Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

Perkembangan industri obat tradisional di Indonesia mengalami kemajuan cukup pesat. Menurut data Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, di Indonesia sampai tahun 2000 telah tercatat 400 lebih perusahaan jamu. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan adanya kenaikan penggunaan obat tradisional dari 19,9% pada tahun 1980 menjadi 23,2% pada tahun 1986 dan penurunan penggunaan obat modern dari 84,6% menjadi 69,7%. Penggunaan obat tradisional oleh rumah tangga Jawa dan Bali dinyatakan bahwa obat tradisional digunakan oleh 30,7% ART di Jawa dan Bali, dimana wanita lebih banyak menggunakannya dibanding pria, sebanyak 64,3 % penggunaan obat tradisional Indonesia ditujukan untuk menjaga kesehatan atau preventif dan 26,15% untuk pengobatan sakit, dimana ART yang berdiam di pedesaan lebih banyak menggunakannya dibandingkan di perkotaan (SKRT, 1995).

Sebagaimana halnya produk makanan, sediaan obat tradisional umumnya mengandung bahan nabati yang sensitif terhadap bahaya mikrobiologis. Di samping itu iklim di Indonesia yang mempunyai kelembaban udara dan temperatur tinggi sangat menunjang kemungkinan tumbuhnya spora atau konidia yang terikut pada bahan obat tradisional tersebut. Hasil penelitian Lestari dkk. (1986) menemukan adanya kapang toksik yaitu Aspregillus flavus dan Aspergillus niger pada sediaan jamu bentuk serbuk dari 3 buah pabrik jamu.

Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

Pengujian rutin yang dilakukan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) dalam rangka pengawasan terhadap produk obat tradisional dari berbagai bentuk sediaan yang beredar terdapat sampel yang tidak memenuhi syarat angka lempeng total atau kapang/khamir, sebagian besar yaitu 74% diantaranya jamu bentuk serbuk. Angka kuman yang tinggi pada produk yang dikonsumsi memungkinkan terjadinya penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare, disentri, tifus, dan lain-lain. Sedangkan jamur toksik dapat menyebabkan mikotoksikosis, diantaranya kanker hati yang disebabkan oleh aflatoksin, suatu mikotoksin yang diproduksi oleh jamur Aspergillus sp.. Menurut Forsythe dan Hayes (1998) bahwa kejadian hepatoma (kanker hati) di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia.

Hasil penelitian tentang kontaminasi mikroorganisme memberikan isyarat bahwa produk tersebut tidak aman dan membahayakan kesehatan. Menurut Jenie (1997), pencemaran mikroba pada produk obat tradisional dan produk makanan pada umumnya bersumber dari bahan baku, pekerja dan lingkungan pengolahan termasuk perlatan produksi. Cemaran mikroba pada obat tradisional meliputi indikator ketinggian Angka Lempeng Total bakteri aerob mesofilik, bakteri golongan Coliform dan escherichia coli, bakteri patogen (Salmonella, Clostridium, dan Staphylococcus aureus), dan golongan kapang penghasil toksin seperti Aspergillus flavus (Fardiaz, 1989; Siregar, 1990).

Proses penerapan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik), faktor-faktor kritis seperti tahapan proses atau prosedur yang berperan untuk mengeliminir atau mencegah pencemaran produk, belum teridentifikasi, sehingga tidak terlihat pengendalian yang spesifik untuk menjamin keamanan produk yang dihasilkan. HACCP (Hazzard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem yang mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul dan cara pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut. Keberhasilan dalam penerapan HACCP dapat diukur dari mutu mikrobiologi yang dihasilkan. Hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya peningkatan kandungan bakteri pada produk sebagai akibat langsung dari kelalaian atau penanganan yang salah oleh pabrik. Higiene atau masalah kesehatan dan kebersihan merupakan syarat penting bagi produsen obat tradisional yang akan menjamin dihasilkannya produk yang bebas mikroba atau tidak tercemar.

Baca : Uji Mikrobiologis Mutu Obat Tradisional  Serbuk

BBPOM, 2006, Metode Analisis PPOMN. Pusat Pengujian Obat dan Makanan, Jakarta.

Forsythe, S.J. dan Hayes P.R., 1998. Food Hygine, Microbiology and HACCP,Aspen Publisher, Inc. All right reseved, Maryland: 277-303.

Http://www.pom.go.id/public/balai/pdf/profile-yogya.pdf. Diakses tanggal 5 Februari 2012

Jenie, B.S.L., 1997. Sanitasi dan Hygine pada Pengolahan Pangan, Makalah Pelatihan Pengendalian Mutu dan Kemanan bagi Staf Pengajar, Pusat Studi Pangan dan Gizi (CFNS)-IPB, Bogor: 1-24.

Lestari dkk., 1986. Isolasi dan Identifikasi Cendawan-cendawan Toksisi pada Jamu, Dalam Kumpulan hasil-hasil Penelitian Bidang Obat-obatan Tradisional, Airlangga University Press, Surabaya: 1-5.

Siregar, L. 1990. Cemaran Mikroba Jamu. Ditjen POM Depkes RI, Jakarta.

SK Menkes RI. 1994. Daftar Metode Mikrobiologi Obat Tradisional Nomor 661.Depkes: Jakarta.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.