MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Penulis : Dra. Desmita, M.Si.

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, 304 hlm)

A. Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik

1. Hakikat Perkembangan

Menurut Chaplin, perkembangan adalah perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati; pertumbunhan; perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional; kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang dipelajari.  Menurut Reni Akbar Hawadi perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi-potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Sedangkan menurut F.J. Monks, perkembangan adalah suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja terulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.
Dari beberapa definisi diatas, Desmita menyimpulkan bahwa perkembangan adalah perubahan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap-tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar.

2. Hukum-hukum Perkembangan

Selama hayatnya manusia sebagai makhluk individu mengalami perkembangan yang berlangsung secara berangsur-angsur, perlahan tapi pasti, mengalami berbagai fase, dan ada kalanya diselingi oelh krisis yang datangnya pada waktu-waktu tertentu.proese perkembangan yang berkesinambungan, beraturan, bergelombang, naik dan turun, yang berjalan dengan kelajuan cepat atau lambat, semuanya itu menunjukkan betapa perkembangan mengikuti patokan-patokan atau tunduk pada hukum-hukum tertentu yang disebut hukum perkembangan. Hukum-hukum perkembangan itu adalah:
a. Hukum Kesatuan Organis
Menurut hukum ini anak adalah satu kesatuan organis, bukan suatu penjumlahan atau suatu kumpulan unsur yang berdiri sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan adalah differensiasi atau pengkhususan dari totalitas pada unsur-unsur atau bagian-bagian baru, bukan kombinasi dari unsur-unsur atau bukan suatu kumpulan dari bagian-bagian.
b. Hukum Tempo Perkembangan
Menurut hukum ini, setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-sendiri. Artinya, ada anak yang mengalami perkembangan cepat, sedang, dan lambat.
c. Hukum Irama Perkembangan
Hukum irama berlaku untuk setiap manusia, baik perkembangan jasmani maupun rohani tidak selalu dialami perlahan-lahan dengan urutan-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil silih berganti
d. Hukum Masa Peka
Masa peka adalah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri keluar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Menurut Maria Montessori asal Italia ini berpendapat bahwa masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan.
e. Hukum Rekapitulasi
Menurut Hackle asal jerman ini menyebut hukum ini hukum biogenetis. Dalam hukum rekapitulasi ini perkembangan jasmani individu merupakan ulangan dari perkembangan jenisnya. Dengan kata lain, otogenese adalah rekapitulasi dari phylogenese. Otogenese adalah perkembangan individu sedangkan phylogenese adalah kehidupan nenek moyang suatu bangsa.
f. Hukum mempertahankan dan mengembangkan diri
Dalam diri anak terdapat hasrat dasar untuk mempertahankan dan mengembangkan diri. Hasrat mempertahankan diri terlihat dalam bentuk-bentuk nafsu makan dan minum, menjaga keselamatan diri. Sedangkan hasrat pengembangan diri seperti hasrat ingin tahu, mengenal lingkungan, ingin bergerak, kegiatan bermain-main, dan sebagainya.
g. Hukum Predistinasi
Menurut hukum predistinasi berarti betapapun sempurnanya pembawaan, bakat, dan sifat-sifat keturunan, betapapun baiknya lingkungan dan pemeliharaan anak, serta betapapun lengkapnya sarana dan sumber penghidupan, tetapi proses dan jalan perkembangan tidak akan berlangsung sebagaimana yang dikehendaki manusia seandainya nasib tidak membawanya demikian atau jika tidak diizinkan Allah.

3. Fase-fase Perkembangan

Fase perkembangan berarti penahapan atau periodesasi tentang kehidupan manusiayang ditandai ciri-ciri atau pola tingkah laku tertentu. secara garis besar ada empat dasar pembagian fase perkembangan yaitu:
a. Berdasarkan ciri-ciri biologis, perkembangan berdasarkan ciri biologis diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:
1) Aristoteles, membagi perkembangan manusiadalam tiga masa, dimana dalam setiap fase meliputi masa tujuh tahun, yiatu:
  • Fase anak kecil atau masa bermain (0-7 Tahun) yang diakhiri dengan tanggal atau pergantian gigi
  • Fase anak sekolah atau masa belajar (7-14 tahun), yang dimulaki dari tumbuhnya gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-kelanjar kelamin.
  • Fase remaja (pubertas) atau masa peralihan dari anak menjadi dewasa (14-21 tahun), yang dimulai dari mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin sampai akan memamsuki masa dewasa.
2) Sigmun Freud, dasar-dasar pembagiannya adalah pada cara-cara reaksi-reaksi bagian-bagian tubuh tertentu. fase-fase itu adalah:
a) Fase infantile, umur 0-5 tahun. Fase ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
  • Fase oral (0-1 tahun), dimana anak mendapatkan kepuasan seksuil melalui mulutnya.
  • Fase anal (1-3 tahun), dimana anak mendapat kepuasan seksuil melalui anusnya.
  • Fase phalis (3-5 tahun), dimana anaka mendapatkan kepuasan seksuil melalui alat kelaminnya .
b) Fase laten (5-12 Tahun),pada fase ini anak tampak pada keadaan tenang setelah terjadi gelombang dan badai (strumund drang)pada tiga fase pertama. Pada fase ini desakan seksuil anak mengendur. Anak dapat dengan mudah melupakan desakan seksuilnya dan mengalihkan perhatiannya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah dan teman sejenisnya.
c) Fase Pubertas (12-18 Tahun), pada fase ini dorongan mulai muncul kembali dan apabila dorongan-dorongan ini dapat ditransfer dan disublimasikan dengan baik maka anak akan sampai pada  masa kematangan terakhir, yaitu fase genital.
d) Fase Genital (18-20 Tahun), pada fase ini dorongan yang pada masa laten boleh dikatakan sedang tidur kini berkobar kembali. 
b. Berdasarkan konsep didaktif
Dasar yang digunakan dalam menentukan pembagian fase-fase perkembangan adalah materi dan cara bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu. Fase  perkembangan secara didaktif menurut Johann Amos Cornenius adalah sebagai berikut:
1) 0-6 tahun disebut sekolah ibu, merupakan masa pengembangan alat-alat indera dan memperoleh pengatahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan keluarga.
2) 6-12 tahun disebut sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak mengembangkan daya ingatnya di bawah pendidikan sekolah rendah. Pada masa ini mulai diajarkan bahasa ibu.
3) 12-18 tahun disebut sekolah bahasa Latin, merupakan masa mengembangkan daya pikir di bawah pendidikan sekolah menengah (gymnasium). Pada masa ini diajarkan bahasa Latin sebagai bahasa asing.
4) 18-24 tahun disebut masa sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa mengembangkan kemauannya dan memilih suatu lapangan hidup yang berlangsung di bawah perguruan tinggi.
c. Berdasarkan ciri psikologis
Periodisasi ini didasarkan atas ciri-ciri kejiwaan yang menonjol yang menandai masa dalam periode tersebut. periodesasi ini dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:
1) Oswald Krock,  ciri yang digunakan adalah yang dipandang terdapat pada anak-anak umumnya adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz atau sifat keras kepala. Fase ini terdiri atas:

  • Fase anak awal (0-3 tahun), pada akhir fase ini terjadi trotz yang pertama, ditandai dengan anak serba membantah atau menentang orang lain. Hal ini disebabkan mulai timbulnya kesadaran akan kemampuannya untuk berkemauan sehingga menguji kemampuannya itu.
  • Fase keserasian sekolah (3-13 tahun), pada akhir masa  ini timbul trotz yang ke dua, di mana anak mulai serba membantah lagi, suka menentang orang lain terutama orang tua. Gejala ini sebenarnya merupakan gejala yang biasa, sebagai akibat kesadaran fisiknya, sifat berfikir yang dirasa lebih maju daripada orang lain, keyakinan yang dianggap benar dan sebagainya namun dianggap sebagai keguncangan.
  • Fase kematangan (13-21 tahun) yaitu mulai setelah berakhirnya gejala trotz kedua, anak mulai menyadari kekurang-kekurangan dan kelebihan-kelebihan dirinya, yang dihadapi dengan sikap yang sewajarnya, ia mulai dapat menghargai pendapat orang lain, dapat memberikan toleransi terhadap keyakinan orang lain, karena menyadari bahwa orang lain mempunyai hak yang sama. Masa inilah yang merupakan masa bangkitnya atau terbentuknya kepribadian menuju kemantapan.
2) Kohnstamm, ciri yang dilihat adalah dari sisi pendidikan dan tujuan luhur umat manusia, terbagi menjadi lima fase yaitu:
  • Periode vital, umur 0 – 1, 5 tahun, disebut juga fase menyusu.
  • Periode estetis, umur 1,5 – 7 tahun, disebut juga fase pencoba dan fase bermain. 
  • Periode intelektuil, umur 7 – 14 tahun, disebut juga masa sekolah.
  • Periode sosial, umur 14 – 21 tahun, disebut juga masa remaja.
  • Periode matang, umur 21 ke atas, disebut juga masa dewasa.
d. Konsep tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembanagn yang diharapkan timbul dan dimiliki setiap anak pada setiap masa dalam periode perkembangannya. Periodesasi seperti ini diungkapkan oleh Robert J. Havighurst, yaitu:
  • Masa bayi dan anak-anak (infacy and early childhood), umur 0 – 6 tahun.
  • Masa sekolah atau pertengahan (middle childhood), umur 6 – 12 tahun.
  • Masa remaja (adolescence), umur 12 – 18 tahun.
  • Masa awal dewasa (early adulthood), umur 18 – 30 tahun.
  • Masa dewasa pertengahan (middle age), umur 30 -50 tahun.
  • Masa tua (latter maturity), umur 50 tahun ke atas.
e. Periodesasi perkembangan menurut konsep Islam
Periodesasi perkembangan berdasar ayat dan hadist secara garis besarnya terdiri atas tiga, yaitu:
1) Periodesasi prakonsepsi, yaitu masa perkembangan manusia sebelum masa pembuahan sperma dan ovum. Meskipun pada masa ini wujud manusia belum terbentuk, tetapi hal ini terkait dengan bibit manusia yang akan mempengaruhi generasi yang akan dilahirkan kelak.
2) Periodesasi pranatal, yaitu periode perkembangan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran. Periode ini dibagi menjadi empat fase:
  • Fase nuthfah (zigot), dimulai sejak pembuahan sampai 40 hari dalam kandungan.
  • Fase ‘alaqah (embrio) selama 40 hari.
  • Fase mudhghah (janin) selama 40 hari.
  • Fase peniupan ruh ke dalam jazad janin dalam kandungan setelah genap berusia 4 bulan.

3) Periodesasi kelahiran sampai meninggal dunia

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Perkembangan tiap individu berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a) Faktor dari dalam
  • Bakat dan pembawaaan, anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. apabila bakat dan pembawaan itu dibina dengan baik maka akan mudah mencapai kecakapan-kecakapan yang berhubungan dengan bakat dan pembawaannya. Dengan demikian bakat dan pembawaan mempengaruhi perkembangan individu. 
  • Sifat-sifat keturunan, sifat yang diturunkan dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental. Sifat ini tentu saja mempengaruhi perkembangan individu, namun dengan pendidikan dan lingkungan yang bagus, maka sifat-sifat jelek yang diturunkan dapat dihambat dan sifat-sifat yang baik dapat dikembangkan.
  • Dorongan dan insting. Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan insting atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisikkan kepada manusia bagaimana cara-cara melaksankan dorongan batin.
b) Faktor dari luar, beberapa faktor dari luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah: makanan,  iklim, kebudayaan, ekonomi, dan kedudukan anak dalam lingkungan keluarga.
c) Faktor-faktor umum, faktor-faktor umum yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah: intelegensi, jenis kelamin, kelenjar gondok, kesehatan, dan ras.

5. Aspek-aspek perkembangan, ada beberapa aspek yang ada dalam perkembangan peserta didik, yaitu perkembangan aspek fisik, perkembangan aspek kognitif, dan perkembangan aspek psikososial.

6. Karakteristik umum perkembangan peserta didik, meliputi:

  • Usia Sekolah Dasar (SD), pada masa ini anak senng bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
  • Usia Sekolah Menengah (SMP), pada masa ini mulai timbul ciri-ciri seks sekunder; kecenderungan ambivalensi; senang membandingkan kaedah, nilai dengan kehidupan orang dewasa; reaksi dan ekspresi emosi masih labil, kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah stabil. 
  • Usia remaja (SMP/SMA), ditandai dengan mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya; menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif; memilih mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya; mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial; memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

B. Teori-teori Perkembangan Peserta Didik

1. Teori-teori Psikologi tentang Hakikat Peserta Didik

a. Teori Psikodinamika
Menurut teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, tingkah laku manusia menupakan hasil tenaga yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering tanpa disadari oleh individu. Menurut pandangan ini tingkah laku manusia lebih ditentukan dan dikontro oleh kekuatan psikologis, naluri-naluri irrasional (terutama naluri menyerang dan naluri seks). Freud  membedakan kepribadian manusia atas tiga unit mental atau struktrur psikis, yaitu:
  • Id merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur biologis termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan impuls-impuls instingtif yang lebih dasar (lapar, haus, seks, dan agresi)
  • Ego merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan instingtif orgnisme dengan keadaan lingkungan.
  • Superego merupakan aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaiman yang ditasfsirkan orang tua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar apa salah sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
b. Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang berasal dari luar, faktor lingkungan inilah yang menjadi penentu terpenting dari tingkah laku manusia. Menurut teori ini, orang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya melalui penaglaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah-hadiah. Tokoh teori ini adalah John B. Watson, dan Skinner.
c. Teori Humanistik
Tokoh teori ini adalah Carl Rogers dan Abraham Maslow, yang meyakini bahwa tingakh laku manusia tidak dapat dijelaskan sabagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengkondisian (conditioning) yang sederhana. Teori ini menyiratkan penolakan pendapat bahwa tingkah laku menusia ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sebaliknya teori ini melihat manusia sebagao aktor dalam drama kehidupan bukan reaktor terhadap insting atau tekanan  lingkungan. 
d. Teori Psikologi Transpersonal
Teori ini merupakan kelanjutan dari atau lebih tepatnya pengembangan dari psikologi humanistik. Psikologi ini menunjukkan bahwa di luar alam kesadaran biasa terdapat ragam dimensi lain yang luar biasa potensialnya serta mengajarkan prakterk-praktek untuk mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual, di atas id, ego, dan superegonya Freud.

2. Teori Kebutuhan Peserta Didik

Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekompleksan tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Menurut Afrooz (1996) need adalah a natural requerment we should be satisfied in order to socure a better organic compatibility. Sedangkan menurut chaplin (2002) mendefenisikan kebutuhan sebagai satu substansi seluler yang harus dimiliki oleh organisme tersebut dapat tetap dan sehat. Kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik karena pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Kebutuhan itu timbul karena adanya dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu (Sumadi, 1971: 70; Lefton, 1982:137). Lefton (1982) menyatakan bahwa kebutuhan dapat muncul karena keadaan psikologis yang mengalami goncangan atau ketidakseimbangan. Munculnya kebutuhan tersebut untuk mencapai keseimbangan atau keharmonisan hidup.
Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli. Contoh kebutuhan primer, antara lain adalah: makan, minum, bernapas, dan kehangatan tubuh. Pada tingkat remaja dan dewasa, kebutuhan primer ini dapat bertambah, yaitu kebutuhan seksual. Adapun kebutuhan sekunder umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif yang dipelajari, seperti kebutuhan untuk mengejar pengetahuan, kebutuhan untuk mengikuti   pola    hidup   bermasyarakat,   kebutuhan  akan  hiburan,  alat 
transportasi, dan semacamnya.
Cole dan Bruce (1959) (Oxendine, 1984:227) membedakan kebutuhan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis. Pengelompokan ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Murray (1938) (Oxendine, 1984:227) yang mengajukan istilah yang berbeda., yaitu kebutuhan viscerogenic dan kebutuhan psychogenic. Beberapa contoh kebutuhan fisiologis adalah: makan, minum, istirahat, seksual, perlindungan diri, sedangkan kelompok kebutuhan psikologis, seperti yang dikemukakan Maslow (1943) mencakup (i) kebutuhan untuk memiliki sesuatu, (ii) kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, (iii) kebutuhan akan keyakinan diri, dan (iv) 
kebutuhan aktualisasi diri.
Dalam perkembangan kehidupan yang semakin kompleks, pemisahan jenis kebutuhan yang didorong oleh motif asli dan motif-motif yang lain semakin sukar dibedakan. Kebutuhan social psikologis seorang individu terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kondisi kehidupannya yang semakin luas dan komleks. Freud mengemukakan bahwa sikap dan perilaku manusia didorong oleh factor seksual (dorongan seksual) dengan yang teorinya yang terkenal sebagai teori libido seksual. Pandangannya tentang konsep diri juga dikaitkan dengan teori libido seksual ini. Ia mengemukakan bahwa prinsip kenikmatan senantiasa mendasari perkembangan sikap dan perilaku manusia, dan dengan prinsip itu, ia menyatakan  bahwa  factor  pendorong   utama  perilaku  manusia  adalah dorongan seksual.
Namun Freud menjadi terkenal sehubungan dengan pandangannya yang pada pokoknya menyatakan bahwa dalam perkembangan manusia terjadi pertentangan antara kebutuhan insting pribadi dan tuntutan masyarakat. Dalam pendekatannya terhadap pembentukan kepribadian, ia mengemukakan perlunya penyelesaian pertentangan tersebut dengan pendekatan analisis psikologik, sehingga teori Freud itu terkenal dengan teori psikoanalisis. Menurut teori Freud, struktur kepribadian seseorang berunsurkan tiga komponen utama, yaitu ; id, ego, dan superego. Ketiganya merupakan factor-faktor penting yang mendorong terbentuknya sikap dan perilaku manusia serta struktur pribadi. Teori psikoanalisis Freud diawali dengan mengemukakan asumsi bahwa dorongan utama yang pada hakikatnya berada pada id, senantiasa akan muncul pada setiap perilaku. Kebutuhan psikologis muncul dalam kehidupan manusia, saperti apa yang dialami setiap hari secara emosional; yaitu: senang, puas, susah, lega, kecewa, dan semacamnya. Karena hidup bersama di dalam masyarakat, manusia ingin mengatur dan mengikuti peraturan yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat, sekalipun kadang-kadang hal ini amat sukar. Untuk itu, manusia belajar memahami norma-norma atau  sifat-sifat  norma, artinyo perilaku manusia diarahkan dan disesuaikan dengan kehidupan bermasyarakat.
Kebutuhan Dasar Individu
Pada bayi, perilakunya didominasi oleh kebutuhan-kebutuhm biologis, yakni kebutuhan untuk mempertahankan diri. Kebutuhm ini disebut definciency need artinya kebutuhan untuk pertumbuhan dan memang diperlukan untuk hidup (survival). Kemudian, pada masa kehidupan berikutnya, muncul kebutuhan untuk mengembangkan diri. Berkembangnya kebutuhan ini terjadi karena pengaruh faktor lingkungan dan faktor belajar, seperti kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memiliki (yang ditandai berkembangnya “aku” manusia kecil). Kebutuhan harga diri, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan untuk berhasil, dan munculnya kebutuhan untuk bersaing dengan yang lain. Menurut Maslow indikasi dari kebutuhan akan rasa aman pada anak-anak adalah kebergantungan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kepentingan jasmaniah atau organisme, baik  yang  berkaitan dengan usaha  mengembangkan   diri,  memperoleh  
 keamanan,   dan mempertahankan diri.

C. Perkembangan Pada Peserta Didik

1. Perkembangan Fisik Peserta Didik

Pertumbuhan fisik manusia merupakan perubahan fisik dari kecil atau pendek menjadi besar dan panjang, yang prosesnya terjadi sejak lahir hinggadewasa.
a. Pertumbuhan sebelum lahir
Manusia dimulai dari proses pembuahan ( pertemuan sel telur dan sperma) yang membentuk suatu sel kehidupan,yang yaitu embrio. Embrio yang telah berusia satu bulan berukuran sekitar setengah sentimeter. Pada umur dua bulan, ukuranya membesar menjadi dua setengah sentimeter yang disebut janin atau fetus. Satu bulan kemudian (kandungan telah berumur 3 bulan), janin trersebut telah terbentuk menyerupai bayi dalam ukuran kecil. Masa sebelum lahir merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan syaraf yang membentuk system yang lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan janin berakhir setelah kelahiran. Kelahiran merupakan kematangan biologis  dan  jaringan  syaraf masing-masing telah mampu berfungsi secara mandiri. 
b. Pertumbuhan setelah lahir
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan dari pertumbuhan sebelum lahir. Proses pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa. Dalam tahun pertama  pertumbuhannya, ukuran panjang badan bertambah sekitar sepertiga dari panjang semula, sedangkan berat badannya bertamabah sekitar tiga kalinya. Sejak lahir sampai umur 25 tahun, perbandingan ukuran badan individu dari pertumbuhan yang kurang proporsional pada awal terbentuknya manusia. Pertumbuhan dan perkembangan fungsi biologis setiap orang memiliki pola urutan yang teratur. Ahli psikologi menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dan perkembangan kemampuan fisik anak pada umumnya memiliki pola yang sama dan menunjukkan keteraturan. Secara umum pertumbuhan fisik anak dapat dibagi menjadi empat periode utama, dua periode ditandai dengan  pertumbuhan  yang cepat, dan  dua periode lainnya dicirikan 
oleh pertumbuhan yang lambat. 

2. Perkembangan Kognitif

Intelek atau daya pikir seseorang berkembang sejalan dengan pertumbuhan syaraf otaknya. Karena daya pikir menunjukkan fungsi otak, kemampuan  intelektual  dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. 
Menurut Piaget,  perkembangan  kognitif  seseorang   mengikuti  tahapan 
berikut ini:
a. Masa sensori motoric (0-2.5 tahun)
Masa ini adalah masa ketika bayi menggunakan system penginderaan dan aktifitas motoric untuk mengenal lingkungannya.
b. Masa pra-operasional (2 – 7 tahun)
Ciri  khas  masa  ini  adalah  kemampuan  anak  dalam  menggunakan symbol yang mewakili suatu konsep. 
c. Masa konkreto pra-rasional (7 – 11 tahun)
Pada  tahap  ini  anak  sudah  dapat  melakukan  berbagai  tugas  yang konkrit dan mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir yaitu identifikasi, negasi, dan reprokasi.
d. Masa operasional (11 – dewasa)
Pada tahap ini  mampu mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan.

3. Perkembangan emosional

Emosi atau perasaan merupakan salah satu potensi kejiwaan yang khas dimiliki oleh manusia. Pada awal pertumbuhannya yang dibutuhkan bayi adalah kebutuhan primer, yaitu makan, minum dan kehangatan tubuh. Apabila tidak terpenuhi bayi akan menangis. Jadi emosi merupakan perasaan yang disertai oleh perubahan atau perilaku fisik. 

4. Perkembangan sosial 

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya setiap individu tidak dapat berdiri sendiri tapi memerlukan bantuan individu lainnya. Pada umumnya setiap anak akan lebih tertarik kepada teman sebaya yang sama jenis kelaminnya. Selanjutnya manusia mengenal kehidupan bersama,berkeluarga, dan bermasyarakat, atau berkehidupan social. 

5. Perkembangan Bahasa

Fungsi pokok bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan dengan sesama.bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak,dan suara untuk menyampaikan isi pikiran dan perasaan kepada orang lain. Berbicara adalah bahasa lisan. Dalam perkembangan awal berbahasa lisan, bayi menyampaikan isi pikiran atau perasaannya dengan menangis,tersenyum, atau ocehan.iamenangis atau mungkin menjerit jika tidak senang atau sakit dan mengoceh atau meraba jika sedang senang.syarat itu semakin lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang di dengarnya.
Perkembangan lebih lanjut, yang telah berusia 6-9 bulan, ia mulai berkomunikasi dengan satu kata atau dua kata, seperti mama, maem dan sebagainya.

6. Perkembangan Bakat khusus

Bakat adalah kemampuan khusus yang di miliki oleh setiap individu  yang  memerlukan  rangsangan atau latihan agar berkembang 
dengan baik.

7. Perkembangan Moral dan Spiritual 

Proses pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan bentuk sikap dan tingkah laku merupakan proses kejiwaan yang bersifat muskil. Seseorang individu yang ada waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata tidak selalu kerena ia tidak mengetahui bahwa perbuatan itu tercela, atau tidak sesuai dengan perbuatan baik dan norma sosial. Berbuat sesuatu secara fisik adalah bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Akan tetapi, di dalamnya tidak cukup sikap mental yang tidak selalu mudag ditangapi, kecuali ia tidak langsung, misalnya melalui ucapan  atau  perbuatan yang sangat dapat menggambarkan sikap
mental tersebut.
Dalam kaitanya dengan nilai, moral merupakan kontrol dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud, misalnya dalam pengamalan nilai tenggang rasa, dalam melakukannya seseorangakan selalu memerhatikan perasaan orang, sehingga tidak berbuat sekendak hatinya. Menurut Santrock, 1995 berpendapat bahwa moral adalah sesuatu yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Nilai-nilai kehidupan menyangkut persoalan baik dan buruk, sehinga berkaitan denga persoalan, dalam hal ini aliran psikonalisis tidak tidak membedakan antara sosial, norma, dan nilai (Sarlito, 1991:91). Semua konsep itu menurut Freud menyatu dalam konsepnya tentang seperego. Seper ego dalam teori Freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku (ego) sehinga tidak bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat.
a. Karakteristik Moral dan Spiritual
Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok masyarakatnya. Remaja diharapkan menggati konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskan ke dalam kode moral yang berfungsi sebagai pedoman perilakunya. Michael mengemukakan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu sebagai berikut:
  1. Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak.
  2. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
  3. Penilaian moral yang semakin kognitif mendorong remaja untuk berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah yang dihadapi.
  4. Penilaian  moral  secara  psikologis  menjadi  lebih mudah dalam arti bahwa penilaian moral menimbulkan ketegangan emosi.
b. Tahap-Tahap Perkembangan Moral 
Menurut Santrock perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. 
Tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:
1) Tingkat prakonvensional
Anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal ini semata-mata ditafsirkan darisegi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran kebaikan), tingkat ini dapat di bagi dua tahap:
  1. Tahap orientasi hukuman dan keputusan
  2. Tahap orientasi relativitas-instrumental
2 Tingkat konvensional
Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinyasendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melaikan juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri dengan orang tua kelompok yang terlihat di dalamnya.
Tingkatan ini memiliki dua tahap:
  1. Tahap orientasi kesempatan antara pribadi atau orientasi
  2. Tahap orientasi hukuman dan ketertiban
3) Tingkat pasca-konvensional (otonom/berdasarkan prinsip)
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang dimiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan selepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. 
Ada dua tahap pada tingkat ini:
  1. Tahap orientasi kontrak sosial legalitas 
  2. Tahap orientasi prinsip etika universal
c. Faktor-Faktor  yang  Memengaruhi  Perkembangan Moral
Perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai model. Bagi anak-anak usia 12-16 tahun, gambaran ideal yang diidentifikasikan adalah orang-orang dewasa yang berwibawa atau simpatik, orang-orang terkenal, dan hal-hal yang ideal yang diciptakan sendiri. Para sosiolog berangapan bahwa masyarakat mempunyai peran penting dalam pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempuyai sangsi-sangsi tersendiri buat si pelangar. Teori perkembangan moral yang di kemukakan oleh Kohlberg menunjukan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spotan pada masa anak-anak. Anak memang berkembang melalui interaksi sosial tetapi interaksi ini  mempunyai  corak  yang  khusus  dan faktor pribadi anak
ikut berperan.
d. Perkembangan Spiritual 
Menurut Ingersoll spiritual adalah wujud dari karakter spiritual, kualitas atau sifat dasar. sedangkan Witmer mendefinisikan spiritual sebagai suatu kepercayaan akan adanya suatu kekuatan atau suatu yang lebih agung dari diri sendiri. Sedangkan menurut Aliah B. Purwakania Hasan, spiritual memiliki kata kunci yaitu:

  1. Meaning (makna), yaitu sesuatu yang signifikan dalam kehidupan manusia, merasakan situasi, memiliki dan mengarah pada suatu tujuan.
  2. Values (nilai-nilai) yaitu kepercayaan, standar dan etika yang dihargai.
  3. Transcendence ( transedensi) merupakan pengalaman, kesadaran, dan penghargaan terhadap dimensi transedental bagi kehidupan di atas diri seseorang.
  4. Connecting (bersambung) adalah meningkatkan kesadaran terhadap hubungan diri sendiri, orang lain, Tuhan, dan alam.
  5. Becoming (menjadi) yaitu membuka kehidupan yang menuntut refleksi dan pengalaman, termasuk siapa seseorang dan bagaimana seseorang mengetahui.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.