Mengenal Agroekosistem Atau Ekosistem Pertanian

Mari Mengenal Agroekosistem Atau Ekosistem Pertanian – Tanaman merupakan mahluk hidup yang pertumbuhan dan perkembangannya sangat bergantung pada faktor biotik dan abiotik disekitar tanam.  Faktor abiotik biasanya meliputi tanah, suhu, air, cahaya sedangkan faktor biotik meliputi hama, patogen, mikroorganisme lain dan manusia.  Interaksi atau hubungan timbal balik antara faktor biotik dan faktor abiotik disebut dengan ekosistem.  Peningkatan faktor biotik disuatu lingkungan bisa dipengaruhi oleh faktor abiotik.  Misalkan musim kemarau dapat meningkatkan banyaknya hama yang muncul sehingga bisa mengancam tanaman yang sedang dibudidayakan.

Hamparan luas dalam suatu area yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi kemudian diolah sedemikian rupa oleh manusia untuk usaha pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dikenal dengan agroekosistem.  Agroekosistem inilah yang harus dijaga kelestariannya demi kelangsungan generasi berikutnya.  Hal ini disebabkan karena kerusakan-kerusakan yang terjadi di alam atau di agroekosistem akibat penerapan sistem budidaya yang kurang tepat.
Masyarakat dapat mengambil segala sesuatu hasil pertanian yang ditanam disuatu agroekosistem secara langsung ataupun terlebih dahulu mengolah atau memodifikasinya.

Jadi suatu agroekosistem sudah mengandung campur tangan masyarakat yang merubah keseimbangan alam atau ekosistem untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.  Pendekatan agroekosistem yang berbasis pada ekologi berusaha menanggulangi kerusakan lingkungan akibat penerapan sistem pertanian yang tidak tepat dan pemecahan masalah pertanian spesifik akibat penggunaan masukan teknologi.  Salah satu upaya atau strategi pemecahan masalah dalam agroekosistem adalah pada komponen-komponennya secara terpadu.  Misalkan pengendalian hama dengan menggunakan perangkap yang ramah lingkungan.  Hal ini tentu menjadi salah satu cara efektif agar hama tersebut berkurang, tanaman tetap berproduksi dan dapat dinikmati oleh masyarakat serta kondisi lingkungan tetap lestari atau terjaga.

Agroekosistem atau ekosistem pertanian merupakan suatu kesatuan lingkungan pertanian yang tersusun dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi serta manusia dengan sistem sosialnya yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen-komponen tersebut. Pengertian ekosistem pertanian yang paling sederhana dan mudah dimengerti oleh petani adalah hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik serta manusia pada suatu lingkungan pertanian.
Pendekatan pertanian berwawasan lingkungan adalah pendekatan yang dimulai dengan pendekatan ekosistem.

Pendekatan ekosistem pertanian selanjutnya dikenal sebagai agroekosistem menekankan dua prinsip dasar akibat penerapan teknologi. Agroekosistem berasal dari kata sistem, ekologi dan agro.  Sistem adalah suatu kesatuan himpunan komponen-komponen yang saling berkaitan dan pengaruh-mempengaruhi sehingga di antaranya terjadi proses yang serasi.  Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Sedangkan ekosistem adalah  sistem yang terdiri dari komponen biotic dan abiotik yang terlibat dalam proses bersama (aliran energi dan siklus nutrisi).

Pengertian Agro adalah Pertanian dapat berarti sebagai  kegiatan produksi/industri biologis yang dikelola manusia dengan obyek tanaman dan ternak.  Pengertian lain dapat meninjau sebagai lingkungan buatan untuk kegiatan budidaya tanaman dan ternak. Pertanian dapat juga dipandang sebagai pemanenan energi matahari secara langsung atau tidak langsung melalui pertumbuhan tanaman dan ternak.

Analisis agroekosistem (AAES), merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama dan penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan pertaniannya.  Analisis agroekosistem merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama terpadu. Kegiatan AES dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan tentang pengelolaan lahan / kebunnya. Keputusan pengelolaan tersebut misalnya kegiatan sanitasi, pemangkasan , pemupukan, teknik pengendalian. Kegiatan AAES mengharuskan melakukan sejumlah pengamatan sejumlah faktor sebelum membuat keputusan perlindungan tanaman. Faktor tersebut antara lain  hama, cuaca, penyakit, air, musuh alami,kondisikebun,serangga netraL, Gulma.

Komponen agroekosistem dan interaksinya terdiri dari Tanah, biota tanah , vegetasi, manusia, teknologi, nutrisi / pemupukan , pestisida, Hewan ternak, Sungai / air.  Dalam komponen agroekosistem di atas saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Tanah komponen sumberdaya alam yang mencakup semua bagian atas permukaan bumi, termasuk yang di atas dan di dalamnya yang terbentuk dari bahan induk yang dipengaruhi kinerja iklim dan biota tanah. Tanah yang diberikan pestisida kimia yang berlebihan dapat membuat tanah kekurangan nutrisi, musuh alami menjadi berkurang, dan ledakan hama.

Bacaan lebih lanjut ;

Agroekosistem memiliki beberapa aspek yang dapat mendukung terciptanya keseimbangan agroekosistem, yaitu meliputi :

Produktivitas (Productivity)

Apabila produktifitas dari suatu agroekosistem itu tinggi maka hendaknya kebutuhan hidup bagi manusia akan terpenuhi, dan sepantasnya untuk diupayakan kondisi agroekosistem yang lestari. Namun, pada kenyataannya upaya konservasi terhadap agroekosistem itu jarang sekali dilakukan. Seharusnya disusun suatu model pendekatan agroekosistem yang  di desain untuk pencegahan dan pengendalian terjadinya kemerosotan kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan dan tetap mernpertahankan produktivitas pertanian.

Stabilitas (Stability)

Stabilitas diartikan sebagai tingkat produksi yang dapat dipertahankan dalam kondisi konstan normal, meskipun kondisi lingkungan berubah. Suatu sistem dapat dikatakan memiliki kestabilan tinggi apabila hanya sedikit saja mengalami fluktuasi ketika sistem usaha tani tersebut mengalami gangguan. Sebaliknya, sistem itu dikatakan memiliki kestabilan rendah apabila fluktuasi yang dialami sistem usaha tani tersebut besar. Produktifitas menerus yang tidak terganggu oleh perubahan kecil dari lingkungan sekitarnya. Fluktuasi ini mungkin disebabkan karena perubahan iklim atau sumber air yang tersedia, atau kebutuhan pasar akan bahan makanan.

Keberlanjutan (Sustainability)

Kemampuan  agroekosistem untuk memelihara produktifitas ketika ada gangguan besar. Gangguan utama ini berkisar dari gangguan biasa seperti salinasi tanah, sampai ke yang kurang biasa dan lebih besar seperti banjir, kekeringan atau terjadinya introduksi hama baru. Aspek keberlanjutan  sebenarnya mengacu pada bagaimana mempertahankan tingkat produksi tertentu dalam jangka panjang.

Pemerataan (Equitability)

Aspek Ekuitabilitas digunakan untuk menggambarkan bagaimana hasil-hasil pertanian dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat. Contoh apabila suatu sistem usaha tani dapat dikatakan memiliki suatu ekuitabilitas atau pemerataan sosial yang tinggi apabila penduduknya memperoleh manfaat pendapatan, pangan, dan lain-lain yang cukup merata dari sumber daya yang ada. Indikatornya antara lain rata-rata keluarga petani memiliki akses lahan yang luasnya tidak terlalu berbeda atau senjang. Pemerataan biasanya diukur melalui distribusi keuntungan dan kerugian yang terkait dengan produksi barang dan jasa dari agroekosistem.

Agroekosistem adalah suatu kawasan tempat membudidayakan makhluk hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta material lain yang saling berinteraksi. Agar lebih mudah dipahami, dapat diartikan lahan pertanian dalam arti luas, termasuk kedalamnya hutan produksi dengan komoditas tanaman industry (HTI), kawasan peternakan dengan lading penggembalaan serta tambak-tambak ikan.

Agroekosistem adalah satuan fungsi dan struktur yang ada dalam proses pertanian atau bercocok tanam yang bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal, dan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan manusia (sandang, pangan, dan papan).  Keberhasilan suatu sistem pertanian tidak hanya ditentukan oleh hasil yang diperoleh tetapi juga didasarkan pada berbagai komponen baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang atau biasa disebut dengan analisis agroekosistem.

Berdasarkan proses pembentukannya, ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu Ekosistem Alami dan Ekosistem Pertanian / Agroekosistem. Ekosistem Alami merupakan ekosistem yang proses pembentukan dan perkembangannya terjadi tanpa ada campur tangan manusia, sedangkan Agroekosistem merupakan ekosistem yang proses pembentukan dan perkembangannya terjadi karena ada campur tangan manusia.

Kesimpulan artikel ini ;

Agroekosistem dibagi menjadi dua yaitu agroekosistem alami dan agroekosistem buatan

Fungsi agroekosistem yaitu sebagai sarana tanaman untuk tumbuh dengan baik dengan dukungan dari komponen biotik dan abiotik

Komponen agroekosism ada dua yaitu komponen biotik (hama, pathogen, predator, serangga netral dan manusia) dan komponen abiotik (air, suhu, cuaca, kelembapan).

Bacaan Refrensi ;

Gerald G. Marten, 1998. Productivity, Stability, Sustainability, Equitability and Autonomy as Properties for Agroecosystem Assessment. Jurnal Sistem Pertanian 26 : 291-316.

 

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.