Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kakao

Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kakao – Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.  Cokelat (Theobroma cocoa L) atau lazim pula disebut tanaman kakao, adalah penghasil bahan penyedap (penyegar), seperti halnya kopi dan teh. kakao sudah mulai di manfaatkan bijinya untuk minuman oleh bangsa Indian Maya beberapa abad sebelum masehi. Komoditas ini dikenal oleh dunia hingga penanamannya meluas setelah bangsa kulit putih menguasai benua Amerika.

Usaha pengembangan kakao sering mengalami berbagai hambatan terutama oleh hama dan penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya beberapa jenis hama /penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis hama/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao antara lain: (a) hama penggerek buah kakao; (b) kepik penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign; dan (c) penyakit busuk buah, Phytophthora palmivora.

Organisme pengganggu tanaman (OPT) utama yang menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan agribisnis kakao adalah penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella), penghisap buah kakao (Helopelthis antonii), dan busuk buah kakao (P. palmivora). OPT utama yang saat ini menjadi prioritas utama untuk dikendalikan adalah penggerek buah kakao dan busuk buah, mengingat kecenderungan intensitas dan luas serangannya yang semakin meningkat.

Diperkirakan rata-rata kehilangan hasil akibat OPT mencapai 30% setiap tahunnya bahkan ada penyakit penting yang dapat mengakibatkan kematian tanaman sehingga dalam budidaya kakao pada umumnya sekitar 40 % dari biaya produksi dialokasikan untuk biaya pengendalian OPT.

Pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHPT) dirancang untuk menyeimbangkan dan mengelola kegiatan yang ada hubungannya dengan daur pertanaman kakao.  Meskipun bahan tanam baru merupakan komponen utama teknologi PHPT, teknologi ini sama efektifnya jika diterapkan pada tanaman kakao klonal atau hibrida yang telah ada. PHPT dirancang untuk memaksimumkan keuntungan petani dengan cara memperbaiki kesehatan tanaman kakao.

Penanganan OPT merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan dengan menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). PHT atau yang dikenal dengan Integrated Pest Management (IPM), merupakan suatu konsep atau paradigma yang dinamis, tidak statis, yang selalu menyesuaikan dengan dinamika ekosistem pertanian dan sistem social ekonomi dan budaya masyarakat setempat.

Berbagai cara pengendalian telah diketahui dan diuji pada kedua jenis hama tersebut termasuk cara pengendalian yang sederhana, murah dan ramah lingkungan, antara lain dengan penggunaan pestisida nabati yang memanfaatkan tumbuhan, penggunaan musuh alami seperti parasitoid, predator dan patogen serangga, serta penggunaan senyawa atau bahan penolak serangga.  Selain itu, pengendalian bisa dilakukan secara teknis seperti pembungkusan.

Biasanya OPT yang menyerang tanaman kakao meliputi hama penggerek buah kakao, kepik penghisap buah kakao, penyakit busuk buah. Sedangakn simulasi pengendalian terpadu pada tanaman kakao berupa pemangkasan, pembungkusan atau kondomisasi dan penggunaan semut merah.

Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) adalah hama yang sangat merusak pada tanaman kakao dan dapat menurunkan  produksi hingga 90 %.  Penurunan produksi akibat serangan C. Cramerella diperkirakan 60.000 ton per tahun atau setara dengan 90 milyar rupiah.  Untuk mengantisipasi kerugian akibat gangguan hama tersebut, maka perlu dilakukan upaya pengendalian yang lebih aplikatif, ramah lingkungan dan dapat menunjang pembangunan pertanian serta mendukung program pengendalian hama terpadu.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva PBK berupa rusaknya biji, mengeriputnya biji dan timbulnya warna gelap pada kulit biji.  Hal itu berarti turunnya berat dan mutu produk. Kerugian yang disebabkan oleh PBK merupakan resultante dari turunnya berat dan mutu produk serta meningkatnya biaya panen karena pemisahan biji sehat dari biji yang rusak memerlukan waktu lama. Untuk mengetahui kerusakan buah kakao akibat serangan PBK maka buah harus dikupas.

Buah tampak masak lebih awal dengan warna tidak merata ( belang kuning hijau atau kuning jingga).  Pada saat di belah daging buah berwarna hitam dan saling melekat.  Biji tidak berkembang, ukuran biji kecil dan tidak bernas.

Mengendalikan hama penggerak buah kakao (PBK) tersebut umumnya petani masih tergantung pada penggunaan pestisida organik sintetik (Kimiawi).  Namun penggunaan pestisida organik sintetik tersebut telah terbukti menimbulkan berbagai dampak negatif seperti: resistensi, resurgensi, terbunuhnya musuh alami (agen pengendali hayati) dan pencemaran lingkungan. Adanya residu pestisida pada produk pertanian termasuk biji kakao akan menyebabkan keracunan pada manusia dan hewan piaraan dan terjadinya bahaya lain dalam kehidupan sehari-hari.  Oleh karena itu, diupayakan dengan PHT.

Baca juga :

Perlu dilakukan pemangkasan/pemendekan tajuk maksimal 4 m, untuk memudahkan panen dan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).  Perlu dilakukan panen sering satu minggu sekali dan buah segera di ambil bijinya agar tidak terinfeksi penyakit lain.  Perlu dilakukan rampasan buah, berfungsi untuk memutuskan daur hidup hama dengan cara meniadakan makanan yang sesuai bagi serangga hama selama jangka waktu tertentu (minimal 2 bulan).

Pestisida nabati bersifat non persisten di alam dapat digunakan sebagai media pengendalian  sehingga diharapkan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan menggunakan pestisida nabati dapat dipadukan dengan teknik pengendalian lainnya yang relatif aman terhadap organisme bukan sasaran dan lingkungan.

Helopeltis spp. merupakan salah satu hama utama kakao yang banyak dijumpai hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis Helopeltis yang menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, yaitu H. antonii, H. theivora dan H. claviver.  Stadium yang merusak dari hama ini adalah nimfa (serangga muda) dan imagonya. Nimfa dan imago menyerang buah muda dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan, kemudian mengisap cairan di dalamnya. Sambil mengisap cairan, kepik tersebut juga mengeluarkan cairan yang bersifat racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan yang ada di sekitar tusukan. Selain buah, hama ini juga menyerang pucuk dan daun muda.

Gejala serangan hama ini adalah buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman akibat tusukan mulut kepik pada saat menghisap jaringan tanaman. Serangan dapat terjadi pada buah muda, buah dewasa, dan pucuk. Serangga ini mempunyai tipe metamorfosa sederhana, terdiri dari telur, nimfa dan imago.  Telur berbentuk lonjong, berwarna putih, pada salah satu ujungnya terdapat sepasang benang yang tidak sama panjangnya.

Telur diletakkan pada permukaan buah atau pucuk dengan cara diselipkan di dalam jaringan kulit buah atau pucuk dengan bagian ujung telur yang ada benangnya menyembul keluar. Stadium telur berlangsung antara 6-7 hari.  Nimfa mempunyai bentuk yang sama dengan imago tetapi tidak bersayap, terdiri dari 5 instar dengan 4 kali ganti kulit. Stadium nimfa berkisar antara 10-11 hari.  Imago berupa kepik dengan panjang tubuh kurang lebih 10 mm. Seekor imago betina mampu meletakkan telur hingga 200 butir selama hidupnya .

Upaya pengendalian Helopletis spp. dapat dilakukan beberapa cara telah dilakukan antara lain dengan menggunakan semut hitam, Dolichoderus thoracicus (D.bituberculatus). Semut hitam mengganggu Helopeltis spp. semut ini pada permukaan buah menyebabkan Helopeltis sehingga tidak bisa meletakkan telur atau mengisap buah karena diserang oleh semut-semut tersebut. Peningkatan populasi semut dapat dilakukan dengan meletakkan lipatan daun kelapa kering yang berfungsi sebagai sarang semut.

Selain dengan semut hitam, pengendalian hama ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) yang berwarna merah coklat.  Pengendalian hama ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan jamur B. bassiana. Isolat yang digunakan adalah Bby–725 dengan dosis 25-50 gram spora/ha.  Pemanfaatamn pestisida nabati juga dapat digunakan untuk megendalikan hama ini.  Pesnab digunkaan karena ramah lingkungan, aman bagi manusia dan hewan, mudah dibuat dan murah, memiliki spectrum yang luas dalam mercuni OP.

Penyakit busuk buah merupakan salah satu penyakit yang paling umum menyerang dan merusaktanaman kakao. Berbagai jenis Phytophthora penyebab busuk buah kakao yaitu Phytophthora palmivora, Phytophthora megakarya, Phytophthora capsici dan Phytophthora citrophthor. Penyakit ini menyebabkan kehilangan 30- 90% dari produksi per tahun.  Phytophthora sp. menyerang hampir di semua bagian tanaman kakao, namun kerugian yang paling besar adalah serangan terhadap buah.

Buah yang terinfeksi P. palmivora akan menyebabkan permukaan buah berwarna cokelat-kehitaman dan kelembaban yang cukup menyebabkan seluruh permukaan buah akan dipenuhi miselia berwarna putih hingga abu-abu.

Salah satu teknik yang berpotensi dikembangkan untuk mengendalikan penyakit ini ialah penggunaan cendawan Trichoderma. Kemampuan pengendalian biologi sejumlah spesies Trichoderma telah dilaporkan. Peng-gunaan Trichoderma nonendofit isolat Sulawesi dapat menurunkan insidensi penyakit BBP hampir sama dengan penggunaan fungisida sintetik.  Salah satu cara untuk mencegah terjadi kerugian akibat penyakit busuk buah kakao bisa dilakukan dengan penggunaan klon unggul yang tahan terhadap penyakit ini seperti local hijau dan sindono.

Kesimpulan artikel :

Jenis hama dan penyakit kakao utama yang menyerang adalah penggerek buah kakao, kepik penghisap buah kakao dan penyakit busuk buah kakao

Komponen PHT yang dapat diterapkan untuk kakao adalah pemangkasan, pmbungkusan, pemberian pupuk dengan tepat, penggunaan agen hayati, penggunaan pesnab, dan pemilihan klon yang tahan OPT

Keuntungan dari penerapan PHT adalah ramah lingkungan, tidak menimbulkan kerusakan lingkungan, murah, aman, dan berkelanjutan baik secara ekonomis ataupun ekologis.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.