Syarat Dan Kendala Budidaya Lebah Madu

Syarat Dan Kendala Dalam Ternak Lebah Madu

1. Faktor alam (cuaca)

Tahun 2007, banyak peternak lebah madu yang gulung tikar akibat cuaca yang tidak menentu. Sebagai contoh, kondisi yang dialami peternak lebah yang pada tahun sebelumnya biasanya bisa memanen madu kelengkeng sekitar bulan September. Dengan asumsi tersebut, peternak lebah madu akan menggembalakan lebahnya ke daerah Ambarawa. Namun, akibat cuaca yang tidak menentu, ternyata pohon kelengkeng gagal berbunga. Peternak yang sudah terlanjur membawa koloni lebahnya ke tempat tersebut tentu akan rugi besar. Selain biaya tarnsportasi yang mahal, juga banyak lebah yang mati kelaparan.

Baca Juga : Panduan Budidaya Lebah Indonesia

2. Lingkungan masyarakat

Masyarakat Indonesia banyak yang menganggap peternak lebah madu sebagai hama tanamannya, sehingga sebagian masyarakat akan mengusir peternak lebah madu yang masuk ke area perkebunannya. Kalau pun diizinkan, sewa lahan sebagai tempat beternak lebah sangat mahal. Hal ini tentu sangat berbeda dengan peternak lebah madu di luar negeri. Peternak lebah justru dicari untuk membantu penyerbukan perkebunan dan diberi upah karena telah membantu meningkatkan hasil produksi pertaniannya.

Syarat Dan Kendala Dalam Ternak Lebah Madu

Syarat untuk berhasil dalam beternak lebah diantaranya sebagai berikut:

  • Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat C. Pada suhu ini, lebah dapat beraktivitas normal. Pada suhu di atas 10 derajat C, lebah masih beraktivitas.
  • Kehidupan koloni di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25 derajat C).
  • Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian, dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya

Faktor lingkungan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut agar hasil madu yang diperoleh dalam beternak lebah tersebut maksimal:

1. Lokasi peternakan dalam wilayah pertanian

Kebutuhan makanan lebah madu adalah tepung sari bunga, cairan nektar (calon madu) dan susu ratu, sehingga peternakan ini harus diusahakan berada dalam wilayah pertanian. Hal ini dikarenakan bahwa bahan makanan lebah madu adalah alami artinya bagi ternak akan mencari dengan sendirinya bahan makanan (seperti yang dilakukan tawon pekerja) ke tempat dimana adanya tanam-tanaman yang berbunga. Jadi peternaknya tidak menyediakan langsung kebutuhan makanan tersebut. Daya terbang lebah pekerja bisa mencapai jarak tempuh 8 mil atau 11 – 12 km, sesungguhnya peternak dapat dibuat pada jarak tersebut tetapi bila dilakukan hasilnya kurang menguntungkan bagi peternak sendiri, sebab jarak tempuh yang sejauh itu akan membuat kelelahan lebah pekerja, sehingga hasil bahan makanan kurang memenuhi kebutuhan seluruh penghuni sarang. Dengan minimnya pengumpulan bahan makanan, berarti persediaan untuk menghadapi musim paceklik tidak akan mencapai target, dimana malapetaka pada musim itu akan terjadi yang berakibat kerugian bagi para peternaknya.

2. Ragam bunga yang mengandung kebutuhan lebah

Tanam-tanaman di wilayah peternakan lebah harus dari jenis tanaman yang banyak mengandung butir – butir tepung sari dan cairan nektar (calon madu). Kedua jenis ini merupakan pangan dan perlengkapan bagi koloni lebah madu. Cairan nektar dari bunga tanaman merupakan bahan yang akan diproses oleh lebah pekerja menjadi madu dan lilin.

3. Pencatatan musim bunga

Mengingat iklim dan musim selalu beubah, sehingga juga akan mempengaruhi saatnya musim bunga. Perubahan tersebut bisa lebih awal atau lebih akhir (panen akhir). Perubahan ini bila memakan waktu yang cukup lama dapat menimbulkan paceklik lebah madu berkepanjangan.

Baca juga artikel : Manfaat Produk-Produk Lebah

4. Pencatatan hasil panen dari musin kemarau

Perlunya diadakan pencatatan hasil panen pertanian dari musim ke musim untuk mengetahui adanya peningkatan hasil. Bila hasil peternakan lebah madu di lokasi pertanian ini ternyata hasilnya meningkat, berarti:

  • Tawon menyukai bunga tanaman tersebut karena tepung sari nektar bungan memenuhi kebutuhan
  • Dengan banyaknya tawon yang hinggap pada bunga, merupakan andil dalam pelaksanaan penyerbukan.

Dalam kehidupan dan perkembangannya lebah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Selain ketersediaan pakan lebah maka faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban udara, curah hujan dan ketinggian tempat juga sangat menentukan perkembangan lebah madu (Kuntadi, 2003). Jadi, sama halnya dengan makhluk hidup lain dalam kaitannya dengan iklim, lebah juga memiliki persyaratan iklim yang cukup untuk keberlangsungan produktifitasnya. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika iklim tidak sesuai maka produktifitas lebah madu juga kemungkinan besar akan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Iklim yang dimaksud dalam hal ini meliputi cuaca dan faktor-faktor iklim itu sendiri. Jadi, untuk berhasil dalam bisnis budidaya lebah madu, faktor iklim merupakan salah satu bagian penting yang perlu dikaji terlebih dahulu. Berikut ini ada beberapa faktor iklim yang berhubungan dengan lebah madu baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu: suhu (32oC – 35oC), kelembaban (70%-80%), curah hujan, ketinggian tempat (0-700 m dpl), dan penyinaran matahari. Faktor fisis yang relatif berpengaruh dalam menentukan kegiatan keluar-masuk sarang adalah intensitas cahaya matahari, suhu dan kecepatan angina. Walaupun demikian, pola kegiatan harian memperlihatkan pola yang ritmis. Faktor lingkungan fisis yang relatif paling berpengaruh dalam menentukan kegiatan pekerja untuk mengumpulkan tepung sari adalah intensitas cahaya.

Pemilihan lokasi untuk beternak lebah madu agar mendapatkan hasil madu yang maksimal dengan syarat sebagai berikut:

  1. Tersedia cukup pakan lebah pada radius terbang Apis cerana : 0,5-0,7 km, sedangkan pada Apis mellifera : 1,5-2 km.
  2. Suhu udara antara 25-30o C dengan kelembapan 70-80 %. Kondisi ini optimum untuk lebah melakukan segala kegiatan. Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 oC, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10 derajat C lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (250C) seperti Malang dan Bandung lebah madu masih ideal dibudidayakan.
  3. Tersedia cukup air bersih dan sirkulasi udara yang cukup baik
  4. Jauh dari ganggungan (bau, asap, kebisingan, hama dan penyakit)
  5. Kotak menghadap ke timur agar cukup sinar matahari pagi dengan jarak antara kotak 1-2 m dengan ketinggian kotak minimum 30 cm dari tanah dengan tipe kotak tipe langstroth.

Jika dibandingkan dengan lokasi praktikum, maka lokasi praktikum cukup memenuhi kriteria lokasi yang baik yaitu suhu dalam kondisi normal, kelembaban yang cukup dan ketinggian diatas permukaan laut yang memenuhi syarat, hanya saja dalam lokasi praktikum kali ini kondisi lingkungannya kurang bersih dan hama kurang terkendali karena terdapat beberapa hama yang terlihat diantaranya laba-laba, tawon, semut, dll.

Hama merupakan salah satu faktor penganggu dalam beternak lebah madu. Hama-hama yang biasa dijumpai bermacam-macam, mulai dari jenis hingga target atau sasaran yang dirusak hama.

Syarat Dan Kendala Dalam Ternak Lebah Madu

Berikut merupakan hama yang bisa menyerang keberadaan lebah madu antara lain:

a. Tabuhan/tawon

Masih termasuk keluarga lebah tetapi pemangsa lebah madu. Cara pengendalian tabuhan/tawon adalah dengan membuat perangkap atau membakar sarang tawon ini.

b. Semut

Pada serangan ringan, lebah madu tidak begitu terganggu tetapi pada serangan yang berat lebah akan hijrah. Semut, membangun sarang dalam stup dan merampas makanan lebah. Cara menanggulanginya biasanya dengan mengoleskan oli atau memberi genangan air pada kaki bangku standar stup. Secara kimiawi dilakukan dengan insektisida, dengan catatan tidak mengenai lebah dan tidak pada waktu masa produksi madu.

c. Ngengat lilin

Biasanya merusak sarang lebah. Cara mengatasinya dengan: 1). Menangkap dan mematikan larva dan telur; 2). Mengecilkan pintu masuk stup; 3). Memasukkan sarang terserang pada koloni yang kuat; 4). Sanitasi lingkungan (membakar sarang rusak dan tak terpakai).

d. Tungau

Tungau endoparasit adalah jenis yang hidup di saluran pernafasan lebah dan menyebabkan kematian serta serangan awalnya sulit dikenali. Tungau jenis Ektoparasit ada 2 jenis: Varroa jacob dan Tropilaelaps clareae. Kedua jenis tungau ini menempel di tubuh lebah yang dapat menyebabkan kematian. Pengendaliannya secara kimiawi tanpa mengganggu lebah dan tanpa pencemaran madu adalah menggunakan belerang dan kapur barus yang ditaburkan di atas karton. Kemudian disisipkan di bawah sisiran sarang pada malam hari selama 3-4 kali. Cara lain adalah dengan mengembangkan koloni agar lebah bisa melakukan perlawanan terhadap tungau.

e. Burung, kadal, dan katak

Adalah hewan yang juga pemakan serangga menjadikan lebah sebagai salah satu makanannya. Cara menanggulanginya biasanya dengan mengoleskan oli pada kaki bangku standar stup. Secara kimiawi dilakukan dengan insektisida, dengan catatan tidak mengenai lebah dan tidak pada waktu masa produksi madu.

f. Kupu-kupu

Telur kupu-kupu yang menetas dalam sisiran menjadi ulat yang dapat merusak sisiran. Cara pengendalian dengan mengedilkan pintu masuk stup (seukuran lebah madu).

g. Tikus

Merampas madu dan merusak sisiran. Cara pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan insektisida, dengan catatan tidak mengenai lebah dan tidak pada waktu masa produksi madu.

Pada daerah tropis, penyakit lebah jarang terjadi dibandingkan dengan daerah sub tropis/daerah beriklim salju. Iklim tropis merupakan penghalang terjalarnya penyakit lebah. Kelalaian kebersihan mendatangkan penyakit.

Beberapa penyakit pada lebah dan penyebabnya antara lain:

1. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri

a. Foul Brood

Ada dua macam penyakit ini, yaitu American Foul Brood disebabkan oleh Bacillus larva, dan European Foul Brood dengan penyebabnya yaitu Streptococcus pluton. Penyakit ini menyerang sisiran dan tempayak lebah. Tanda serangan yaitu larva/kepompong mati, permukaan sel larva tidak rata, larva yang mati berbau amoniak. Penanggulangannya yaitu koloni yang terserang dibakar, pemberian streptomycin (0,2-0,6 gr) dalam stimulan.

b. Chalk Brood

Penyebabnya yaitu jamur Pericustis apis. Jamur ini tumbuh pada tempayak dan menutupnya hingga mati. Penanggulangannya yaitu pembersihan stup seintensif mungkin, jika sudah ada yang terserang maka sisiran dan koloni tersebut dimusnahkan, dan untuk stupnya diberi antijamur atau antibiotik, serta buatlah lubang ventilasi yang baik.

2. Penyakit yang disebabkan oleh jamur

a. Stone Brood

Penyebabnya yaitu jamur Aspergillus flavus Link ex Fr dan Aspergillus fumigatus Fress. Tempayak yang diserang berubah menjadi seperti batu yang keras. Penanggulangannya yaitu pembersihan stup mungkin, jika sudah ada yang terserang maka sisiran dan kolonitersebut dimusnahkan, dan untuk stupnya diberi antijamur atau antibiotik.

b. Addled Brood.

Penyebabnya yaitu telur ratu yang cacat dari dalam dan kesalahan pada ratu.

3. Penyakit disebabkan oleh Tungau (Acarine).

Penyebabnya yaitu kutu Acarapis woodi Rennie yang hidup dalam batang tenggorokkan lebah hingga lebah mengalami kesulitan terbang. Penanggulangannya yaitu dengan pembersihan sarang secara insentif dan pengecekan sisiran. Apabila terdapat sisiran yang terserang, maka sisiran tersebut dimusnahkan.

4. Penyakit disebabkan oleh Protozoa (Nosema dan Amoeba)

Penyebabnya yaitu Nosema Apis Zander yang hidup dalam perut lebah dan parasit Malpighamoeba mellificae Prell yang hidup dalam pembuluh malpighi lebah dan akan menuju usus. Penanggulannya yaitu dengan menjaga kebersihan saran dan melelehkan malam pada sisirannya untuk membunuh parasite tersebut.

Baca Juga artikel terkait : Pembagian Kasta Dalam Koloni Lebah Madu

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.