Teknik Pemeliharaan Lebah Madu Indonesia – Peternakan lebah madu merupakan suatu usaha yang mulai banyak bermunculan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kondisi alam Indonesia yang memiliki iklim tropis dan kaya akan sumber pakan bagi ternak lebah madu sehingga dapat mendukung untuk perkembangan peternakan lebah madu. Beberapa hasil yang diperoleh dari peternakan lebah madu adalah madu, bee pollen, royal jelly, lilin lebah (malam), propolis, dan apitoxin.
Usaha budidaya lebah madu lokal di Indonesia masih dipandang sebagai sampingan dari pekerjaan sehari-hari kebanyakan orang. Paradigma mengenai lebah merupakan hewan penyengat dan pengganggu harus secepatnya diubah menjadi konsepsi pemikiran baru. Lebah adalah hewan yang berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup manusia. Tumbuhan bergantung pada lebah dalam proses penyerbukan dan pembuahan, begitu pula dengan manusia yang memerlukan kehadiran lebah sebagai sumber makanan dan menyembuhkan berbagai penyakit.
Budidaya lebah madu telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di pedesaan dan sekitar hutan. Mereka mengenal dengan baik tradisi budidaya lebah madu, khususnya jenis lokal Apis cerana, meskipun dalam bentuk dan teknik sederhana. Pada tahun 1970-an, diprakarsai oleh Pusat Apiari Pramuka, mulai dikembangkan budidaya lebah madu secara modern menggunakan jenis lebah Eropa Apis mellifera yang didatangkan dari Australia. Dimulai dari 20 stup (kotak lebah) Apis mellifera dalam beberapa tahun telah berkembang hingga puluhan ribu koloni dan melibatkan ratusan peternak. Sekurang-kurangnya terdapat 33.000 koloni Apis mellifera pada tahun 2006 (Ditjen RLPS, 2006).
Kegiatan budidaya sangat penting yaitu menentukan lokasi dan pembuatan sarang. Sarang lebah madu mempunyai dua jenis yaitu yang bersifat tradisional yaitu glodog dan yang bersifat modern yaitu stup. Glodog terbuat dari batang kayu kelapa dan bentuk stup atau kotak lebah madu. Keistimewaan lebah diantara beragam manfaat dari biodiversitas yang ada di dunia adalah kemampuannya untuk menghasilkan berbagai produk yang berkhasiat bagi kesehatan manusia.
Lebah madu akan berkembangbiak dan mempunyai koloni yang besar atau individu yang banyak jika kondisi lingkungan tempat tinggal sangat mendukung. Terutama tercukupinya kebutuhan makanan, nektar, pollen, dan cadangan makanan lainnya. Faktor pendukung bagi habitat lebah madu adalah ada tidaknya gangguan lingkungan, utamanya hama pengganggu dan predator. Hama pengganggu yang biasa muncul adalah cicak, semut dan kupu-kupu.
Jenis predator yang sering kita jumpai adalah Epiophlebia (capung besar) dan Eshna (capung warna). Predator ini biasanya menyerang di udara pada saat lebah madu kembali ke sarangnya setelah berkelana membawa pulang madu dan pollen. Budidaya lebah madu akan berhasil jika lingkungan setempat sangat mendukung, yaitu tersedia banyak tanaman berbunga atau penghasil nektar dan pollen serta cukup cadangan makanan lainnya.
Ciri-ciri lebah madu
- Hidup menyendiri dan ada yang hidup berkelompok membentuk koloni.
- Memiliki susunan masyarakat lebah
- Lebah pekerja yang bertugas membuat sarang, mengumpulkan madu dan mengurus telur dan larva, membersihkan sarang, menyuapi anakan dan menyuapi ratu, menjaga sarang dari gangguan musuh. Lebah pekerja hanya berumur 8 minggu.
- Lebah pejantan bertugasnya membuahi calon ratu.
- Lebah ratu menghasilkan telur, hanya berumur ratu 5 tahun dan produktif 2-4 tahun (Tim Pelatihan Budidaya Lebah Madu, 2008)
Pekarangan merupakan salah satu tempat sumber pangan dan gizi pada pemeliharaan lebah madu. Pekarangan dipandang mempunyai potensi cukup besar sebagai wadah pemeliharaan lebah madu, karena adanya tanaman yang mempunyai masa berbunga berbeda-beda. Disamping tersedianya bunga sepanjang tahun perlu dipilih tanaman yang mempunyai bunga dengan kandungan gula nektar tinggi. Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan jumlah, warna dan aroma lebah madu yang dihasilkan lebah madu. Keadaan ini yang dapat merangsang kehadiran lebah madu.
Baca Juga : Membuat Stup Lebah Madu Lokal
Tahap permulaan dalam memulai memelihara lebah madu adalah keadaan sumber pakannya. Berbagai sumber tanaman pekarangan diketahui sebagai sumber pakan lebah, yang meliputi tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan, dan tanaman industri. Selain memanfaatkan sumber pakan yang ada di pekarangan, lebah madu juga mampu mengambil nektar dan serbuk sari dari tumbuhan di luar pekarangan. Jarak jangkau antara koloni lebah madu dengan sumber pakan yang efisien adalah kurang dari 750 meter.
Pemeliharaan lebah madu secara lokal berdasarkan hasil praktikum adalah dengan menggunakan stup yang di tempatkan pada pekarangan rumah dan sawah yang tersedia pakan untuk lebah. Pemeliharaan lebah madu lokal akan berhasil jika lingkungan setempat sangat mendukung, yaitu tersedia banyak tanaman berbunga atau penghasil nektar dan pollen serta cukup cadangan makanan lainnya. Penanganan yang serius, tekun, sabar menjaga kebersihan juga merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan upaya tersebut disamping tersedianya bibit atau lebah madu yang cukup tersedia di sekitar lingkungan.
Jenis tanaman yang tersedia di lokasi pemeliharaan lebah madu dan manfaatnya sebagai berikut :
- Kelapa Penghasil pollen dan nektar Biasanya pada bulan Agustus-September
- Pepaya Penghasil pollen Agustus-September
- Padi Penghasil pollen Tergantung masa tanam
- Kelapa Penghasil pollen dan nektar Antara Juni-Agustus
- Kelapa sawit Penghasil pollen Antara Januari-Desember
- Rumput Penghasil pollen Antara Januari-Desember
- Pisang Penghasil pollen dan nektar Antara Agustus-November
- Mahoni Penghasil nektar Antara Februari-Maret
- Mangga Penghasil nektar Antara Kemarau
- Rambutan Pengahsil nektar Tergantung masa tanam
- Jambu air Penghasil nektar 3-4 kali dalam Setahun
- Ubi jalar Penghasil nektar Tergantung masa tanam
- Kedelai Penghasil pollen dan nektar Antara Februari-Agustus
- Jagung Penghasil pollen Tergantung masa tanam
Serbuk sari atau pollen berkaitan dengan analisis dan teknik yang dilakukan bersamaan dengan produk sarang lain seperti Royal Jelly. Serbuk sari berkaitannya dengan nilai gizi pada pemeliharaan lebah. Serbuk sari atau pollen digunakan untuk memberi makan lebah madu. Seperti dengan produk sarang lainnya pollen memiliki komposisi kimia dari zat yang diciptakan oleh sebagian besar bunga. Sedangkan Nektar adalah cairan manis yang terdapat pada bunga yang biasa diserap lebah, merupakan bahan utama untuk madu.
Sumber pakan dinilai para peternak sebagai permasalahan yang paling utama bagi perkembangan budidaya lebah sebab sumber makanan menyangkut kelangsungan hidup lebah madu dalam perkembangbiakannya. Hal lain yang mempengaruhi keberlangsungan hidup lebah madu yaitu hama contohnya Varroa destructor pada Apis mellifera dan kualitas ratu berpengaruh terhadap perkembangan populasi koloni, akan tetapi kecukupan sumber pakan yang paling menentukan hasil akhirnya.
Untuk memperoleh hasil lebah madu yang optimal diperlukan pengetahuan mengenai tata letak dan jumlah koloni lebah yang dapat dikembangkan di perkarangan. Dasar penempatan sejumlah koloni lebah madu tergantung banyak faktor daintarnya jumlah produksi serbuk sari bunga dan nektar dari jenis tanaman yang ada. Tidak semua tanaman yang ada disekitar pekarangan tempat pemeliharaan madu mempunyai nektar bunga dan pollen sekaligus tergantung kepada jenis tanaman demikian tinggi rendahnya kandungan gula nectar bunga tanaman. Selain jenis tanaman, umur tanaman dan kesuburan tanaman, tinggi rendahnya kandungan gula nectar bunga juga menetukan tinggi rendahnya produksi dari hasil-hasil lebah madu.
Keberhasilan pemeliharaan lebah madu sangat erat kaitannya dengan habitat yaitu tempat, musim yang cocok dan ketersediaan tanaman berbunga sebagai sumber nektar. Habitat yang cocok untuk pemeliharaan lebah madu dicirikan dengan suhu ideal tempat yang cocok bagi lebah adalah sekitar 260C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas100C lebah masih bias beraktifitas. Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya.
Berhasil tidaknya budidaya lebah madu tergantung :
- Ada sumber makanan ( nektar, tepung sari atau pollen ).
- Bibit lebah madu yang baik yaitu anggota koloni banyak dalam satu stup atau sarang minimal 6 sisiran dan pejantan jumlahnya sedikit ( < 100 ekor ).
- Pembudidaya atau peternak (orang yang bersangkutan).
- Pemberian tambahan makanan pada saat perubahan cuaca (Tim Pelatihan Budidaya Lebah madu, 2008).
Terdapat tanaman yang berbunga sebagai sumber pakan lebah madu. Sumber pakan lebah madu adalah nektar, serbuk sari pada bunga dan air.
Faktor pendukung yang ada pemeliharaan lebah madu seperti banyaknya berbagai jenis tanaman yang tumbuh, serta terlindungi dari predator dan jarak antara koloni satu dengan koloni yang lain tidak berdekatan. Jenis tanaman yang tumbuh seperti tanaman papaya, pisang, kelapa, jambu air, kelapa sawit, padi, rumput, mahoni, mangga, rambutan, ubi jalar, kedelai dan jagung. Masa waktu berbunga dari tiap-tiap jenis tumbuhan berbeda-beda.
Selain tanaman pendukung yang diperlukan dalam pemeliharaan lebah madu, ada juga beberapa faktor yang diperlukan dalam pemeliharaan lebah madu diantaranya adalah :
1. Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan
Pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak dapat harus rajin memeriksa, menjaga dan membersihkan bagian-bagian stup seperti membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut atau serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu.
2. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan ini meliputi menyingkirkan lebah dan sisiran sarang abnormal serta menjaga kebersihan stup.
3. Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan lebah adalah dengan menggembala lebah ke tempat di mana banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang ada.
Baca Juga : Panen Produk Lebah Madu
Dapus :
Baharudin, M. 2008. Usaha Budidaya Lebah Madu (Apis melifera). Pustaka, Bogor.
Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2006. Keynote Speech Direktur Jenderal RLPS, Yogyakarta.
Free. 1970. Insect Pollination on Crops. Academic Press London and New York, London and New York.
Gregor, S.E. 1976. Insect Pollination of Cultivated Crops Plant. Agricultural Research Service. US dept. Of Agriculture.
Hadisoesilo, S. 1992. Evolutionary and development of beekeeping in Indonesia. Universitas Pertanian Malaysia, Southbound.
Jacobus. 2009. Lebah Madu Hasil Ikutan dan Ternak Harapan. Mustang, Jakarta. Jones, Sarah L., H. Richard Jones and Andreas Thrasyvoulou. 2011. Disseminating research about bee products. Journal of Apiproduct and Apimedical Science 3 (3): 105 – 116.
Priyono dan Ramelan, A. 1978. Struktur Pekarangan di daerah aliran sungai Citarum. Makalah seminar Ekologi Pekarangan II. Lembaga ekologi, Unpad.
Salmah, S. 1992. Lebah, Pengembangan, dan Pelestariannya. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
Sarwono. 2001. Lebah Madu. Agro Media Pustaka, Tangerang.
Siswowijoto, A. 1991. Bahan Kuliah Labah Madu (Apis cerana) PAU. Hayati. ITB, Bandung.
Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press, Yogjakarta.
Sumoprastowo, R. M. dan R. A. Suprapto. 1993. Beternak Lebah Madu Modern. PT. Bhatara Niaga Media, Jakarta.
Tim Pelatihan Budidaya Lebah Madu. 2008. Budidaya Lebah Madu (Apis indica). Politeknik Purbaya, Tegal.
Widiarti, Asmanah dan Kuntadi. 2012. Budidaya Lebah Madu Apis mellifera L. Oleh Masyarakat Pedesaan Kabupaten Pati Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 9 (4) : 351-361.
Zahrina. 2008. Keistimewaan Pemanfaatan dan Pelestarian Lebah Madu. SMA 1 Tambun Selatan, Jakarta..