# Tanah Para Raja (Episode 1)

Tanah Para Raja – Pecahan stupa tua membimbing memuaskan imajinasi selama ini. Bangunan batu kuno tertata menjulang. Dahulu orang menyebutnya candi sewu, sekarang orang menyebutnya candi prambanan. Kedua nama ini merujuk pada satu bangunan. Konon perbedaan penamaan ini karena perbedaan makna dan sejarah ceritanya. Bangunan yang menakjubkan ini dibangun ketika manusia belum mengenal teknologi semaju sekarang. Batu-batu besar dipahat dan disusun sedemikian rupa. Membentuk bangunan yang megah nan luar biasa. Bahkan terlihat megah untuk jaman sekarang, bagaimana membangun bangunan ini masih diperdebatkan.

“Pram, Lihat ini, kau pasti akan terpukau !”. Hanif melambaikan tangan dari puncak candi terbesar.

Aku letakan pecahan batu pada tempat semula. Rasa penasaran mendorong untuk bergegas. Aku hampiri hanif, semakin masuk ke dalam komplek candi, rasa aneh semakin memenuhi. Panas terik matahari siang ini kuat menyengat kulit, sama kuat dengan kharisma candi dan misteri mistis yang tersembunyi. Sejarah memang telah mencatat cerita, mitos dan semua yang bisa dicatat dalam buku-buku. Tapi rasanya ada yang belum tercatat. Rasa spiritualitas. Sebuah kharisma terdalam dan kekuatan di luar nalar. Sebuah misteri yang setiap orang bisa merasakan setiap kali datang, bisa dirasakan namun tidak bisa diungkapkan.

Setiap langkah di kawasan ini menjadi sesuatu yang baru. Rasa haus akan pengetahuan masih kalah akan haus spiritualitas.

Tidak lama, langkahku sampai pada tempat Hanif berdiri. Baru aku sadari, saudaraku ini semakin jangkung. Tiga tahun dipengasingan membuatnya tanpak berbeda. Kini tubuhnya kekar, kulitnya hitam legam terbakar. Penderitaan selama dipengasingan membakarnya menjadi sosok lebih dewasa. Menguatkan fisik dan mental. Suara dan gerak-geriknya jauh berbeda dari empat tahun yang lalu.

“Lihat patung ini, letaknya ditengah ruang candi, raut wajahnya cantik nan menggoda. Apakah ini Roro Jonggrang?”.

“Menurut legenda,  ini adalah putri yang dikutuk menjadi candi keseribu oleh Bandung Bondowoso”. Aku buka buku panduan yang diberikan oleh petugas ketika di pintu masuk.

# Tanah Para Raja (Episode 1)

Seketika suasana berubah menjadi rasa penasaran. Setiap inci tidak luput dari pengamatan kami. Patung seorang perempuan lengkap dengan lekuk-lekuk tubuh berdiri diam dihadapan kami. Bau kemenyan yang diletakan pengunjung disudut-sudut ruangan semakin lama semakin menyesakan. Aura aneh terasa megawasi kami. Kami luluh dalam keagungan dan kebesaran candi. Kami menghormati karya seni nan eksotik ini.

 #

Seminggu berlalu sejak kunjungan kami ke Prambannan. Satu minggu libur, sudah membuatku kembali bersemangat. Satu minggu cuti yang di ambil Hanif dari cam pelatihan militer sudah cukup membuatnya melihat dunia luar. Kurasa ?. Kini dia kembali menjalankan tugas negara bersama TNI. Yah, meskipun kami bersaudara, dunia yang kami pilih sungguh berbeda. Aku memilih menjadi wartawan harian disebuah surat kabar nasional, sementara Hanif memilih menjadi tentara yang sering diasingkan, menurutku. Tapi menurutnya berbeda, suatu kebanggaan tersendiri karena ditugaskan di daerah-daerah terpencil.

Beberapa amplop surat aku ambil dari meja kerja. Akhir-akhir ini pemerintah semakin gencar menangkap teroris melalui densus 88.

Next : # Tanah Para Raja (Episode 2)

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.