Peran Unsur Hara Pada Pertumbuhan Tanaman Jagung

Peran Unsur Hara Pada Pertumbuhan Tanaman Jagung – Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan tiap minggu pada tanaman jagung dengan pemberian larutan yang memiliki kandungan unsur berbeda yang dibutuhkan oleh tumbuhan akan terlihat adanya perbedaan yang jelas pada perubahan panjang batang, akar dan daun serta timbulnya gejala kekurangan unsur hara yang berbeda disetiap perlakuan yang mengakibatkan sebagian tanaman memiliki daun yang mengalami gejala klorosis dan nekrosis atau mati. Menurut pendapat Sutcliffe (1962), terdapat dua sifat pengambilan ion oleh tanaman :

  1. Faktor konsentrasi, yang kadang-kadang beberapa tingkat lebih besar daripada dalam medium
  2. Perbedaan kuantitatif yang ada diantara spesies tanaman dan bahkan kadang-kadang di dalam satu spesies tentang kebutuhan terhadap hara yang berbeda serta kekurangan unsur hara akan menghambat pertumbuhan dan klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman.

Gejala kekurangan suatu unsur hara yang ditampakkan tanaman tidak selalu sama. Gejala tersebut dapat berbeda, tergantung spesies tanaman, tingkat keseriusan masalah dan fase pertumbuhan tanaman. Gejala kekurangan unsur hara ini dapat berupa pertumbuhan akar, batang,atau daun yang terhambat (kerdil) dan khlorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman (Lakitan, 2001). Menurut Dwiidjoseputro (1983),

Peran Unsur Hara Pada Pertumbuhan Tanaman Jagung

Ciri-ciri tumbuhan yang mengalami gejala kekurangan hara adalah :

  1. Kekurangan Nitrogen mengakibatkan daun tidak tampak hijau segar, melainkan agak kekuning-kuningan. Jika kekurangan itu agak terus menerus, maka daun-daun yang di bawah menjadi kuning sama sekali dan akhirnya gugurlah daun-daun itu, tangkai pendek dan pipih.
  2. Kekurangan Fosfor mengakibatkan pertumbuhan terhambat, daun menjadi hijau-tua, kadang-kadang tampak juga pembentukan antosianin secara mewah. Pada lembaran dan tangkai daun tampak bagian-bagian yang mati dan akhirnya daun dapat rontok.
  3. Kekurangan Kalium mengakibatkan daun menjadi kuning, ada noda-noda jaringan mati di tengah-tengah lembaran atau sepanjang tepi daun. Pertumbuhan terhambat, batang kurang kuat hinga mudah terpatahkan oleh angin.
  4. Kekurangan Kalsium (Ca) mengakibatkan desintegrasi pada ujung-ujung batang maupun ujung-ujung akar. Daun-daun yang paling muda menjadi abnormal bentuknya.
  5. Kekurangan Magnesium (Mg) mengakibatkan klorosis yang dimulai dari batang bagian bawah, diikuti dengan matinya bagian-bagian atau daun seluruhnya. Menguningnya daun tidak dimulai dari pangkal, melainkan dari ujung, sedagkan tulang daun tetap berwarna hijau.
  6. Kekurangan Belerang (S) mengakibatkan daun-daun yang muda menjadi kuning, sedang daun yang tua pun berubah menjadi pucat, apabila kekurangan belerangnya terus menerus.
  7. Kekurangan Besi (Fe) mengakibatkan lembaran daun menjadi kuning atau pucat, sedang urat-urat daun tetap berwarna hijau. Daun muda klorosis, tangkai pendek dan pipih.
  8. Kekurangan Borium (B) mengakibatkan lekas matinya bagian-bagian yang mengalami pertumbuhan seperti “penyakit pucuk” (top sickness) pada t3mbakau, menguningnya kobis, menggulunnya daun kentang.
  9. Kekurangan Mangan (Mn) mengakibatkan klorosis, bercak jaringan mati tersebar diseluruh daun, urat yang kecil cenderung tetap hijau, sehingga tampak seperti jala-jala.
  10. Kekurangan Tembaga (Cu) mengakibatkan mengisut dan merananya ujung daun-daun, yang akhirnya berkesudahan dengan gugurnya seluruh daun.
  11. Kekurangan Seng (Zn) mengakibatkan salah tumbuh pada ujung akar dan akhirnya menghambat pertumbuhan seluruhnya.
  12. Kekurangan Molybdenum (Mo) mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman.
  13. Aluminium (Al), unsur ini sebenarnya tidak termasuk unsur esensial, akan tetapi diperlukan oleh tanaman.
  14. Silisium (Si), unsur ini diperlukan sekali oleh ganggang Diatomae, suku Gramineae dan beberapa suku lainnya, akan tetapi untuk banyak suku yang lain unsur ini tidak esensial.

Berdasarkan perbedaan konsentrasinya yang dianggap berkecukupan dalam jaringan tumbuhan, maka unsur hara esensial dibedakan menjadi unsur makro dan unsur mikro. Yang tergolong unsur-unsur makro adalah unsur esensial dengan konsentrasi 0,1% (1000ppm) atau lebih; sedangkan unsur dengan konsentrasi kurang dari 0,1% digolongkan sebagai unsur mikro. Berdasarkan batasan ini maka yang tergolong unsur makro adalah C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur-unsur Cl, Fe, B, Mn, Zn, Cu, dan Mo tergolong unsur mikro (Lakitan, 2001).

Peranan unsur hara makro dan mikro yang diperoleh tanaman dari dalam tanah atau larutan hara adalah :

  1. Nitrogen. Dalam jaringan tumbuhan nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam-asam amino. Nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan enzim.
  2. Fosfor. Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian dari nukleotida dan fosfolipida penyusun membran.
  3. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga berperan dalam mengatur potensi osmotik sel dan tekanan turgor sel.
  4. Belerang. Sebagian besar belerang dalam tumbuhan terdapat sebagai penyusun asam amino sistein dan methionin serta untuk respirasi dan sintesis asam lemak.
  5. Magnesium merupakan unsur penyusun klorofil dan aktivator dari berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis, respirasi, dan pembentukan DNA dan RNA.
  6. Kalsium. Peran penting unsur kalsium adalah sebagai pengikat antara molekul-molekul fosfolipida atau antara fosfolipida dengan protein penyusun membran. Kalsium juga memacu aktivitas beberapa enzim, tetapi juga menghambat aktivitas beberapa enzim lainnya.
  7. Besi. Besi merupakan unsur hara esensial karena merupakan bagian dari enzim-enzim tertentu dan merupakan bagian dari protein yang berfungsi sebagai pembawa elektron pada fase terang fotosintesis dan respirasi.
  8. Khlor. Fungsi penting dari khlor adalah menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang fotosintesis. Sealin itu juga esensial untuk proses pembelahan sel.
  9. Mangan berfungsi sebagai aktivator dari berbagai enzim.Selain itu, juga berperan dalam menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang fotosintesis.
  10. Boron berfungsi dalam metabolisme tanaman memang belum begitu jelas. Tetapi para ahli berpendapat boron terlibat dalam proses sintesis asam nukleat.
  11. Seng berpartisipasi dalam pembentukan klorofil dan pencegahan kerusakan molekul klorofil.
  12. Tembaga terdapat dalam enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi dan reduksi.
  13. Molibdenum. Fungsi molibdenum yang telah diketahui secara jelas sebagai bagian dari enzim nitrat reduktase yang mereduksi ion nitrat menjadi ion nitrit (Salisbury and Ross, 1992)

Unsur yang terkandung dalam tubuh tumbuhan dapat diketahui dengan menumbuhkan tanaman dengan akar terendam dalam larutan garam mineral (larutan hara) yang susunan kimianya tertentu dan terbatas, dengan menggunakan bahan kimia murni. Pertamanan seperti ini dinamakan hidroponik. Walaupun teknik ini mempermudah penelitian tentang hara mineral, ada juga kekurangannya. Salah satunya adalah kebutuhan akar akan aerasi. Kekurangan lainnya ialah perlunya menggantikan larutan tiap hari agar didapatkan pertumbuhan maksimum; ini karena susunan larutan terus menerus berubah ketika ion tertentu diserap lebih cepat daripada ion yang lainnya. Penyerapan pilih-pilih ini bukan hanya menghabiskan ion tertentu saja, tapi juga menyebabkan perubahan pH yang tak diinginkan (Salisbury dan Ross, 1995).

Daftar Pustaka

Dwidjoseputro,D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta.

Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Salisbury, F. B., and C. W. Ross. 1992. Plant Physiologi Fourth Edition. Wadsworth Publishing Company. California.

Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB. Bandung.

Sutcliffe, J. F., 1962. Mineral Salts Absorption In Plants. Dergamon Press. New York.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.