Deskripsi Hewan ANNELIDA

Deskripsi Hewan ANNELIDA – Hewan yang hidup di alam ini sangat beragam jenis beserta ciri-ciri yang menyertainya. Berdasarkan ada tidaknya sistem tulang belakang, hewan dibagi menjadi dua yaitu hewan vertebrata dan hewan avertebrata. Hewan vertebrata adalah hewan yang mempunyai tulang belakang, yang meliputi Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves dan Mamalia. Sedangkan hewan avertebrata adalah hewan yang tidak mempunyai tulang belakang, yang meliputi Cnidaria, Ctenopora, Echinodermata, Annelida, Insecta dan Crustacea (Jasin, 1989).

Cacing dalam kerajaan binatang termasuk hewan avertebrata. Cacing diklasifikasikan ke dalam tiga phylum, yaitu Plathyhelminthes, Aschelminthes (Nemathelminthes) dan Annelida (Anderson, 1994). Salah satu phylum yang paling berperan dalam kehidupan manusia (dalam bidang pertanian) adalah Annelida (Kelas Oligochaeta) yang mampu meningkatkan kesuburan tanah, untuk membuat kompos, sumber protein untuk pakan terrnak (ikan, ayam, itik, burung dan bebek). Cara hidupnya dengan menggali lubang meningkatkan porositas tanah sehingga aerasi tanah (masuknya udara ke dalam tanah) dan air dapat merembes ke dalam tanah. Dengan kegiatannya itu, mereka juga mengaduk tanah sehingga bahan organik dapat tersebar meluas dan menjadikan tanah gembur. Annelida terdiri atas 3 kelas utama, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea (Subler et al., 1998).

Deskripsi Hewan ANNELIDA

PEMBAHASAN

Cacing ini disebut Annelida (cacing gelang) karena mempunyai bentuk tubuh seperti cincin atau gelang (Annulus). Adapun ciri-ciri dari Annelida  antara lain tubuhnya simetris bilateral, berlapis kutikula, sistem pencernaan sempurna (memiliki anus), triploblastik selomata, yaitu mempunyai 3 lapisan embrional (ectoderm, mesoderm dan endoderm) dan sudah mempunyai rongga tubuh yang sempurna, tubuhnya beruas-ruas, setiap ruas dipisahkan oleh septum atau sekat dan bersegmen (metametri), artinya antara ruas yang satu dengan yang lainnya sama, baik bentuk luar maupun organ dalamnya seperti pembuluh darah, alat ekskresi dan sistem sarafnya, pada kulitnya terdapat bulu-bulu halus yang disebut seta, habitatnya ada di air tawar, laut maupun di daratan, alat pencernaan sempurna, sistem saraf tangga tali, sistem peredaran darah tertutup, belum mempunyai alat respirasi, alat ekskresinya berupa nefridiofora, alat reproduksinya hermaprodit, sedangkan alat gerak dengan chetae, dengan sepasang alat eksksresi (nefridium) yang saling berhubungan dan terkoordinasi (Kimball, 1999).

Menurut Subler et al. (1998), berdasarkan ada tidaknya dan banyak sedikitnya seta atau rambut yang terdapat pada tubuhnya, Annelida diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. Ciri-ciri dan contohnya adalah sebagai berikut :

1. Polychaeta

Cacing ini disebut Polychaeta karena memiliki seta yang banyak (poly=banyak) yang tumbuh pada kaki berdaging pada setiap ruas tubuhnya yang disebut parapodia. Kebanyakan cacing ini habitatnya di laut. Larva cacing ini disebut trakofor. Contohnya adalah kelabang laut (Nereis virens), cacing wawo (Eunice viridis), Aranicola dan cacing palolo (Lysidice sp.). Kedua cacing terakhir ini terdapat di daerah tertentu seperti Maluku, dapat dikonsumsi karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Memiliki warna tubuh yang menarik, yaitu berwarna merah muda, merah, hijau atau warna campuran. Segmen-segmen pada tubuhnya hampir sama. Pada setiap segmen seta terdapat sepasang parapodia (kaki berdaging) yang berfungsi untuk bergerak. Salah satu familia dari kelas ini yaitu Serpulidae. Kelompok ini merupakan cacing tabung berkapur yang menetap dalam Sabellida klade besar, biasa hidup di daerah kapur, sedimen berlumpur atau berpasir. Misalnya Serpula israelitica (Ten Hove and Elena, 2009).

2. Oligochaeta

Cacing ini dikelompokkan dalam keluarga Lumbricidae dan diidentifikasi sebagai Eisenia foetida, sementara spesies lokal dikelompokkan di bawah Eudrilidae keluarga dan diidentifikasi sebagai Eudrilus eugenia. Sebagian besar berhabitat terrestrial dan kebanyakan hidup di tanah. Cacing ini tubuhnya digambarkan bersegmentasi, pada umumnya berkontribusi terhadap biomassa dari invertebrate tanah, terutama di daerah beriklim sedang dan tropis (Ansari and Preeta, 2010).

Cacing ini mempunyai simetri bilateral, hermaprodit dan tidak mempunyai kerangka. Cacing ini mempunyai sedikit rambut atau seta (oligo=sedikit) dan tidak mempunyai parapodia, habitatnya di air tawar dan daratan, kepalanya kecil dan tidak mempunyai bintik mata dan alat peraba. Contohnya adalah Tubifex sp. (cacing air), Lumbricus terrestis (cacing tanah Amerika dan Eropa), Eisenia foetida (cacing tanah California), Pheretima sp. (cacing tanah Asia) dan Moniigaster houternii (cacing tanah di Sumatra). Cacing tanah memiliki 15 sampai 200 segmen. Pada segmen atau somit ke 23 hingga 37 (pada Lumbricus) dan somit ke 10 hingga 11 (pada Pheretima) terdapat penebalan kulit yang biasa disebut klitelum atau sadel yang mengandung kelenjar. Cacing tanah berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah dan sebagai dekomposer atau pengurai dan meningkatkan porositas tanah sehingga aerasi tanah menjadi baik (Prawirohartono, 2000).

Cacing tanah bereproduksi secara seksual. Umumnya bersifat hermaprodit, tetapi cacing ini tidak melakukan pembuahan sendiri, melainkan secara silang. Dua cacing yang kawin silang menempelkan tubuhnya dengan ujung kepala berlawanan. Alat kelamin jantan mengeluarkan sperma dan diterima oleh klitelum cacing pasangannya. Pada saat bersamaan, klitelum mengeluarkan mukosa (kelenjar) kemudian membentuk kokon. Sperma bergerak ke alat reproduksi betina dan disimpan di reseptakel seminal. Ovum yang dikeluarkan dari ovarium akan dibuahi oleh sperma. Selanjutnya, ovum yang telah dibuahi masuk ke dalam kokon. Telur bersama kokon akan lepas dari tubuh cacing dan menetas menjadi individu baru (Pickering, 2000).

3. Hirudinae

Cacing dari kelompok ini disebut hirudinale, karena merupakan kelompok lintah (hirudo = lintah). Ciri-cirinya tidak mempunyai seta dan parapodia pada tubuhnya, habitatnya air tawar, laut maupun darat. Tubuhnya berbentuk pipih pada bagian mulut dilengkapi dengan alat isap untuk menghisap darah dari tubuh inangnya dan bersifat hermaprodit. Selain itu, cacing ini juga mengeluarkan zat antikoagulasi darah (zat anti beku darah) yang disebut zat hirudin, dapat digunakan untuk pengobatan, contohnya adalah Hirudo medicinalis (lintah). Spesies lain dalam kelompok ini adalah Haemodipsa zeylanica (pacet), Hirudinaria javanica (lintah kuning) (Johnson, 2003).

Kelas Oligochaeta merupakan anggota dari filum Annelida yang paling bermanfaat bagi manusia, misalnya cacing tanah (Eisenia foetida). Adapun beberapa manfaat dari cacing tanah yaitu sebagai berikut :

  1. Berkontribusi terhadap biomassa dari invertebrate tanah, terutama di daerah beriklim sedang dan tropis dunia.
  2. Mampu meningkatkan kesuburan tanah.
  3. Dapat digunakan untuk membuat kompos.
  4. Sebagai sumber protein untuk pakan terrnak (ikan, ayam, itik, burung dan bebek).
  5. Menjadikan bahan organik dapat tersebar meluas, sehingga tanah menjadi gembur (Subler et al., 1998).

Organisme tanah sangat berperan dalam proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi dan siklus unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah (Anderson, 1994). Cacing tanah merupakan salah satu fauna yang dapat meningkatkan proses dekomposisi dan ketersediaan hara. Organisme ini dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik 2-5 kali lebih cepat dibandingkan tanpa adanya aktivitas organisme tersebut. Hal ini karena proses pencampuran residu oleh cacing tanah akan meningkatkan luas permukaan, sehingga pelepasan unsur hara oleh mikroflora dipercepat (Maftu’ah, 2002). Selain itu, biomassa cacing tanah telah diketahui merupakan indikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH, keberadaan horison organik, kelembaban tanah dan kualitas humus (Anderson, 1994).

Aktivitas cacing tanah berperan penting dalam ekosistem tanah melalui proses memakan dan mengeluarkan tanah dalam bentuk kasting, sehingga memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pada tanah mineral, cacing tanah mempengaruhi bobot isi tanah, meningkatkan pori total dan pori aerasi, sehingga cacing tanah disebut sebagai bioagregat (Lavelle et al., 1994). Cacing tanah juga disebut sebagai biofabrik karena mempengaruhi struktur tanah melalui proses pencernaan, pemilihan partikel tanah berukuran kecil dan membentuk struktur yang spesifik. Peranan cacing tanah terhadap sifat kimia tanah melalui kasting yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu aktivitas cacing tanah mempengaruhi laju dekomposisi bahan organik tanah, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dan kesuburan tanah (Subler et al., 1998).

Kompos yang biasa dibeli di toko bunga biasanya memiliki humus dan bahan organik tinggi. Kompos ini biasa disimpan di udara terbuka, terkena embun beku dan sinar matahari yang dapat menyebabkan suhu yang sangat tinggi. Spesies cacing tanah yang biasa ditemukan dalam kompos ini bersifat cosmopolites, berukuran kecil (di bawah 1 cm) dan ringan, sehingga mereka bisa bertahan hidup bahkan di lingkungan yang sangat ekstrim. Cacing tanah yang biasa ditemukan pada kompos ini yaitu Enchytraeids. Enchytraeids merupakan anggota dari Oligochaeta yang memiliki 3 genera, yaitu Buchholzia, Cognettia dan Enchytraeus. Jika jumlah populasi rendah, cacing ini akan bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi, dan jika jumlah populasi cukup tinggi cacing ini menjadi dewasa dan beralih ke zoogamy (reproduksi secara seksual) (Dozsa-Farkas, 1995 dalam Boros, 2010). Enchytraeids merupakan hewan detritivore sehingga kehadiran pendatang baru tidak berbahaya bagi tanaman melainkan akan berguna secara eksplisit karena dapat meningkatkan kandungan bahan gizi bagi tanah (Boros, 2010).

KESIMPULAN

  1. Cacing merupakan hewan avertebrata yang terdiri dari 3 phylum, yaitu Plathyhelminthes, Aschelminthes (Nemathelminthes) dan Annelida.
  2. Annelida terdiri atas 3 kelas utama, yaitu Polychaeta, Oligochaeta dan Hirudinea.
  3. Annelida yang bermanfaat bagi manusia yaitu cacing tanah yang merupakan anggota dari kelas Oligochaeta yang berperan penting dalam membantu penyuburan tanah.

DAFTAR REFERENSI

Anderson, JM. 1994. Functional Attributes of biodiversity in Landusc System; In soil Resiliense and Suistainable Land Use. D.J. Greenland and I. Szaboles (eds). CAB. International, Oxon.

Ansari, Abdullah Adil and Preeta Saywack. 2010. Taxonomical Studies on Some Eartworm Species in Guyana. World Journal of Zoology 5 (3): 162-166.

Boros, G. 2010. Enchytraeids (Oligochaeta, Enchytraeidae) from Potting Compost Purchasable in the Hungarian Retail Trade. Opusc. Zool. Budapest, 2010, 41(2): 237–240.

Dozsa and Farkas, K. (1995).  An interesting reproduction type in enchytraeids (Oligochaeta). Acta Zoologica Hungarica, 42(1): 3–10.

Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.

John W, Kimball. 1999. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Lavelle P. 1994. Soil Funa and Sustainable Land Use in The Humid Tropics in DJ Greenland I Szabolcs (eds). Soil Resiliense and Sustainable Land Use. CAB International, Oxon.

Maftu’ah E. 2002. Study Potensi Diversitas Makrofauna Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan Berkapur di Malang Selatan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Pickering, W.R. 2000. Complete Biology. Oxford University Press.

Prawirohartono. 2000. Buku Pelajaran Biologi. Bhumi Aksara, Jakarta.

Reaven Johnson. 2003. Biology. McGraw Hill-Highger Education.Inc, USA.

Subler, S, Parmelee, RW and Allen, MF. 1998. Functional Diversity of Decomposer Organism in Relation toPrimary Production. App. Soil Ecol. 9:25-31.

Harry A. ten Hove and Elena K. Kupriyanova. 2009. Taxonomy of Serpulidae (Annelida, Polychaeta): The state of affairs.  Zootaxa 2036 : 1-126. Magnolia Press. Auckland, New Zealand.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.