Mukjizat Kitab Suci Al-Quran (Fungsi, Adab Membaca dan Keistimewaannya)

Mukjizat Kitab Suci Al-Quran dan Keistimewaannya – Kamu bisa ngebayangin, Alquran diturunkan secara sepotong-sepotong dan spontan, di tempat yang berlainan dalam waktu relatif panjang. Ia terdiri dari 114 surah dan 77.493 kata, dan diturunkan kepada orang yang nggak bisa baca-tulis saat itu. Namun isinya…rrrruarr biasa! Banyak hal-hal yang menakjubkan di dalamnya Misalnya dua kata yang sepadan dalam jumlah yang sama dan seimbang. Kata-kata yang berlawanan arti juga ditemukan dalam jumlah yang seimbang. Hanya “Sesuatu” yang Maha Dahsyat yang mampu melakukan hal itu. Zat yang sangat tinggi ilmunya dan sangat luar biasa ketelitiannya.

Dalam buku yang berjudul “Membumikan Al Qur’an” yang di tulis oleh Quraish Shihab dijelaskan beberapa mukjizat Alquran, antara lain:

  1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan bilangan antonimnya, beberapa contoh diantaranya:
    • A1 Hayah (Hidup) dan A1 Mauwt (Mati), masing-masing sebanyak 145 kali.
    • An Naf’ (Manfaat) dan Al Madharahn (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali.
    • A1 Har (panas) dan Al Bard (dingin), masing-masing sebanyak 4 kali.
    • As Shalihat (kebajikan) dan A1 Sayyi’at (keburukan), masing-masing sebanyak 167 kali. dan masih banyak lagi yang lain.
  2. Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya, contoh:
    • Al Harf dan Al Zira’ah (membajak/ bertani), masing-masing sebanyak 14 kali.

Alquran adalah surat cinta dari Allah yang akan membimbingmu menuju kebahagiaan; memberikan prinsip dasar untuk mencapai keberhasilan dan kesejahteraan baik lahir maupun batinpun memberikan peneguhan agar manusia memiliki kepercayaan din, serta mampu memberikan motivasi yang kuat. Selain itu, Alquran juga memberi petunjuk dan contoh konkret dari langkah-langkah pelaksanaan yang berprinsip pada ke-Esa-an Tuhan. Semua dijelaskan secara lengkap dan rinci.

Alquran juga memberi petunjuk dan aplikasi kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat sesuai dengan suara hati. Bahkan, Tuhan menjelaskan secara rinci apa aja sumber-sumber suara hati itu, lengkap dengan contoh-contoh pelaksanaannya. Dalam Al Quran, kecerdasan emosi ini kemudian dinamakan Akhlaqul Karimah.

Intinya, kamu nggak bakal rugi memilih Alquran sebagai satu-satunya pedoman hidup.

Telah Kami turunkan kepadamu ayat-ayat yang menjelaskan segala, dan pemisalan dari mereka yang terdahulu dari kamu, serta peringatan dari orang yang takwa. Al-Nur (24) : 34 

KEKUATAN DAN KESEMPURNAAN AL-FATIHAH 

AI-Fatihah merupakan intisari Alquran. AI-Fatihah berarti pembuka yang sempurna bagi segala keberhasilan dan kebaikan. AI-Fatihah juga merupakan penyembuh dari hati dan pikiran yang sakit la juga pedoman dasar bagi segala kecerdasan hati atau akhlak manusia. AI-Fatihah adalah pemelihara dari hati dan pikiran manusia, ia juga merupakan bekal yang penting banget untuk meraih cita-cita dan harapan.

Nggak hanya itu, AI-Fatihah juga ungkapan rasa syukur dari segala hasil dan pencapaian. Pujian kepada ilahi yang diwujudkan di dalamnya, membangkitkan sumber-sumber suara hati-pemberi informasi yang maha penting, juga pembisik kebenaran yang abadi. Inilah dasar pijakan ESQ untuk mencerdaskan akhlak manusia.

AI-Fatihah juga merupakan perwujudan dari harapan atau permohonan, yang bisa terus membantumu selalu teringat dan termotivasi oleh visi (harapan) yang harus diraih. Jika Jepang memiliki Kaizen dan Bushido maka kita telah diberikan tujuh ayat yang diulang-ulang, yaitu Al Fatihah. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, melatih kita untuk memulai segala sesuatu dengan kasih sayang.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, melatih kita untuk berpikir besar sebesar alam semesta.
Arrahmaainirraahiim, melatih kita berpikir ke dalam, sudahkah kita menjadi hamba yang pengasih dan penyayang.
Maalikiyaumiddiin, melatih kita untuk memiliki visi dalam kehidupan.
lyyaakana’budu wa iyya kanasta’iin, melatih kita untuk hanya mengabdi dan minta pertolongan kepada Allah SWT.
Ihdinashshiraathal musataqiim, melatih kita untuk senantiasa berada di jalan yang lurus.

Shiraathalladziina an ‘altita ‘alaihim ghoiril maghdhuubi ‘alaihim waldhdhoolliin, melatih kita memilih jalan yang baik yang penuh dengan kenikmatan bukan jalan yang sesat dan Allah murkai.

Coba, sekarang kami ingin tanya, lebih hebat mana Kaizan & Bushido dengan Al Fatihah? Bukankah Al Fatihah lebih dahsyat? Yap, jadi harusnya lebih hebat mana bangsa kita dengan Jepang. Tentu seharusnya bangsa kita lebih hebat dari Jepang karena kita telah diberikan Al Fatihah yang dibaca berulang-ulang.

Dan telah Kami berikan kepadamu

As Sab’an minal Matsany (tujuh ayat Al Fatihah) dan AlQuran yang mulia.  Al-Hijr (15) : 87

BERINTERAKSI DENGAN ALQURAN

Sumber Kebangkitan Umat

Manusia sebagai makhluk tidak dibiarkan berada dalam ketidakpastian arah hidup. Oleh karena itulah Allah menurunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia. Manusia membutuhkan pedoman hidup ini agar ia tidak tersesat. Terlebih dalam situasi dewasa ini, saat harta sudah mendominasi langkah manusia serta ilmu pengetahuan dan teknologi sudah menjadi sesuatu yang didewa-dewakan.

Al-Quran berasal dari kata qara’a yang berarti bacaan. Al-Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad SAW secara berangsur-angsur sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia. Membacanya merupakan suatu ibadah. Al-Quran adalah petunjuk. Maka, seharusnya manusia mengikuti petunjuk itu. Namun pada kenyataanya, manusia justru melalaikannya. Seruan Al-Quran tidak mendapatkan respon sebagaimana para ulama salaf dahulu selalu bersegera memenuhi panggilan Al-Quran.

Hal inilah yang tampaknya menjauhkan umat dari Al-Quran, bahkan banyak yang dengan terang-terangan menolak isinya jika tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Bahkan tidak jarang Al-Quran dianggap sebagai sesuatu yang keramat, sehingga harus diletakkan di tempat yang tinggi, digunakan untuk menolak sihir, bahkan ada juga orang yang menggunakan Al-Quran sebagai saran untuk memperoleh tenaga dalam. Na’uzubillah.

FUNGSI AL-QURAN

Alllah menurunkan Al-Quran agar manusia mengambil manfaat darinya. Al-Quran akan berfungsi ketika nilai-nilai diterapkan dalam kehidupan nyata. Adapun fungsi Al-Quran secara umum adalah sebagai berikut :

  1. Al-Quran sebagai minhajul hayah (pedoman hidup) bagi seluruh manusia tanpa kecuali.

Sebagaimana telah disinggung, sebelumnya, Al-Quran berfungsi untuk mengatur kahidupan manusia. Ia merupakan satu-satunya petunjuk hidup yang benar dan berlaku untuk semua manusia tanpa kecuali. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran :

“…Bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu…” (Al-Baqarah : 185)

  1. Al-Quran sebagai an-nur (cahaya)

Al-Quran adalah cahaya yang menerangi hati manusia yang akan menunjukkan pada keimanannya. Ia akan menerangi hati orang yang membacanya sehingga manusia akan terbimbing untuk mengikuti jalan yang lurus. Seperti yang termaktub dalam Al-Quran :

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan , dan banyak ( pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gi\ulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”

(Al-maidah : 15-16)

  1. Al-Quran sebagai adz-dzikr (pemberi peringatan)

Al-Quran senantiasa memberi peringatan kepada manusia karena sifat lupa yang tak luput dari manusia. Lupa dalam, berbagai hal, baik dalam hubungan dengan Allah, hubungan sesama manusia maupun lupa terhadap tuntutan-tuntutan yang sepatutnya ditunaikan terhadap diri sendiri.

Peringatan yang diberikan Al-Quran ini akan memuliakan hidup manusia dan menempatkan pada posis yang mulia. Oleh karena itulah Al-Quran disebut sebagai adz-dzikr.

  1. Al-Quran sebagai Al-furqan (pembeda).

Allah SWT memberi nama lain Al-Quran dengan sebutan al-furqan. Artinya, Al-Quran sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil. Dengan mengenal Al-Quran secara baik dan benar, berarti secara otomatis dapat mengenal kebenaran yang membedakannya dengan kebatilan. Firman Allah SWT :

Mahasuci Allah yang menurunkan Al-Furqan (Alquran) kepada hamba-Nya, agar dia memberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al-Furqan : 1)

  1. Al-Quran sebagai Al-burhan (bukti).

Al-Quran datang dengan membawa bukti-bukti kebenaran bagi manusia. Sebagaimana firman-Nya :

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhan-mu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahanya yang terang benderang (Al-Quran).” (N-Nisa : 174)

Bukti-bukti pemberi petunjuk yang terkandung dalam Al-Quran akan merasuk ke hati orang-orang beriman dan dan memberikan pencerahan sehingga akan semakin menambah iman dan keyakinan.

  1. Al-Quran sebagai al-basyir (kabar gembira) dan an-nadzir (pemberi peringatan).

Al-Quran  disebut al-basyir atau pembawa kabar gembira bagi mereka yang beriman kepada Allah denga janji-Nya berupa surga. Ia disebut juga sebagai an-nadhir atau pemberi ancaman bagi mereka yang melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah SWT dan kalifah di muka bumi ini. Allah SWT berfirman :

Kitab yang dijelaskan ayat-ayat, yakni bacaan dalam bahsa arab untuk kaum yang mengetahui, Yang membawa berita berita gembira dan membawa berita gembira dan membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya), maka mereka tidak mau mendengarkan.” (Al-Fushilat : 3-4)

  1. AL-Quran sebagai ruh

Alah SWT menamakan wahyu yang diturunkan kepada rasul-Nya SAW, sebagai ruh. Sifat ruh adalah menghidupkan sesuatu. Seperti hanya ruh yang dapat menghidupkan jasad manusia, begitu pula Al-Quran mampu menghidupkan hati-hati yang mati sehingga dekat dengan penciptanya.

Dan demikian Kami mewahyukan engkau suatu ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelum kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siap yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk.

  1. Al-Quran sebagai asy-syifa (obat)

Bila disebut sebagai obat, tentu ada kaitannya dengan penyakit. Dalam tafsir Ibnu Katsir dinyatakan bahwa Al-Quran adalah penyembuh dari penyakit yang ada dalam hati manusia seperti syirik, sombong, congkak, ragu, dan sebagainya. Karena itulah, Al-Quran disebut juga sebagai penyembuh atau obat.

“Wahai manusia, sesunguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalamn dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus : 57)

  1. Al-Quran sebagai ar-rahmah.

Allah menamakan Al-Quran dengan rahmat karena dengan Al-Quran ini akan melahirkan iman dan hikmah. Manusia yang beriman dan berpegang teguh kepada AL-Quran, akan senatiasa mencari kebaikan dan cenderung kepada kebaikan itu. Allah berfirman :

“Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim kecuali kerugian.” (Al-Isra : 82)

  1. Al-Quran sebagai al-huda (petunjuk).

Al-Quran disebut juga sebagai petunjuk, artinya merupakan sumber rujukan dan jarum kompas bagi kehidupan manusia. Tanpa kitab ini, manusia akan menyimpang dari tujuan yang sebenarnya. Karena itulah, Al-Quran sebagai petunjuk yang mesti digunakan.

“Al=Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya ; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (Al-Baqarah : 2)

  1. Al-Quran sebagai al-mau’izhah (pengajaran).

Al-Quran yang diturunkan oleh Allah adalah untuk kegunaan dan keperluan manusia, karena manusia senantiasa memerlukan peringatan dan pengajaran yang akan membawa mereka kembali pada tujuan penciptaan yang sebenarnya. Tanpa bahan-bahan pengajaran dan peringatan itu, manusia akan terlena dan lalai dari tugasnya karena mereka senatiasa diikuti oleh setan laknatullah yang akan melarikan mereka di jalan Allah.

“Al-Quran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Ali Imran : 138)

  1. Al-Quran sebagai al-kitab.

Perkataan kitab di dalam bahasa Arab dengan baris tanwin di akhirnya (kitabun) memberikan makna umum yaitu sebuah kitab yang tidak tertentu. Apabila di depanya di tambah dengan Alif  dan lam (al-kitab), ia berubah menjadi sesuatu yagn khusus (tertentu). Dalam hubungan ini, nama lain Al-Quran yang Allah berikan adalah  al-kitab itu sendiri.

“Al-kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya ; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (Al Baqarah : 2)

  1. Al-Quran sebagai al-bashir (mata hati).

“Sesunguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; makabrang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali padanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah peliharaannmu.” ( Ali Imran : 104). 

KEISTIMEWAAN AL-QURAN

Al-Quran adalah satu-satunya kitab Allah yang diturunkan sebagai pedoman hidup manusia yang memiliki keistemewaan yang tak tertandingi oleh kitab manapun. Diantara keistemewaan AL-Quran adalah sebagai berikut :

  1. Satu-satunya kitab terjaga keaslianya sampai akhir zaman.

Allah telah menegaskan dalam Al-Quran sendiri bahwa Al-Quran akan terjaga sampai akhir zaman sebagaimana firman-Nya :

“Sesungguhnya telah Kami turunkan adz-dzikr (Al-Quran) dan Kami-lah yang menjaganya.” (Al-Hijr : 9)

Allah menjamin bahwa Al-Quran akan terjaga sampai yaumul akhir. Dan hal ini benar-benar terbukti. Betapa banyak orang yang benci pada islam dan berusaha mengubah Al-Quran, namun semuanya gagal dan ditentang keras oleh umat islam sendiri.

  1. Kelengkapan peraturan termuat dalam AL-Quran dan selalu sesuai untuk manusia di semua zaman.

Kandungan Al-Quran meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat ruhaniah maupun jasmaniah yang pengaruhnya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia di mana pun dan kapanpun. Kandungan Al-Quran selalu sesuai untuk semua manusia di semua zaman.

  1. Keindahan penyampaian, ketinggian bahasanya dan kerapian susunan ayatnya yang sampai saat ini tidak seorangpun sanggup menandinginya.

Bahsa Al-Quran sangat indah, susunan kata-katanya teratur dan berirama serta sarat makna. Tidak seorang pun mampu membuat karya yang demikian hebatnya, hatta seorang sastrawan handal sekalipun. Betapa dahulu para penyair kafir berlomba-lomba mencoba membuat syair untuk menyamai keindahan Al-Quran, namun tidak satupun dari mereka yang berhasil. Firman Allah :

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, maka cobalah kamu datangkan satu surat saja yang semisalnya. Dan ajaklah pembantu-pembantu kamu selain dari Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Maka jika kamu dapat membuatnya, dan pasti kamu tidak akan dapat membuanya, maka peliharalah dirimu dari api neraka.” (Al-Baqarah : 23-24).

  1. Pemberitahuan AL-Quran tentang umat yang lampau.

Dalam Al-Quran kita jumpai kisah yang dikabarkan, supaya kita bisa mengambil hikmah darinya. Al-Quran dengan jelas memaparkan kisah kaum Tsamud dan ‘Ad yang ingkar terhadap Allah dan sebagaimana pedihnya azab yang ditimpakan kepada mereka. Al-Quran juga dengan jelas menggambarkan perjuangan para anbiya’ terdahulu, dan banyak lagi kisah-kisah lain.

  1. Pemberitahuan Al-Quran tentang kejadian yang akan datang.

Sebgai kitab sempurna, Al-Quran tidak hanya menggambarkan kaum terdahulu, tetapi juga menjabarkan kejadian-kejadian yang akan datang, misalnya tentang jatuhnya bangsa Persia oleh bangsa Romawi sebagai mana yang ada dalam surat Ar-Rumm : 1-3. Kemudian janji Alah tentang kemenangan kaum muslimin di Perang Badar, serta berita-berita lain yang kelak akan terjadi seperti datangnya hari kiamat.

  1. Penemuan ilmiah yang tercantum dalam Al-Quran.

Al-Quran adalah mata air ilmu pengetahuan yang menerangi akal manusia. Al-Quran menjabarkan berbagai hal ilmiah dan banyak dibuktikan oleh para ilmuwan sekarang. Proses kejadian manusia baru dikaji secara serius pada dewasa ini, ternyata Al-Quran telah mendahuluinya sejak empat belas abad yang lalu, saat teknologi masih belum berkembang sama sekali.

Tidak hanya sebatas itu, AL-Quran juga menggambarkan tentang kejadian alam semesta, bumi yang bulat, bintang, bulan, planet, laut, matahari, dan banyak hal lain yang kesemuanya kemudian dibuktikan kebenaranya oleh orang-orang yang menetang kebenaran Al-Quran . Subhanallah.

Keistimcwaan yang tersebut di atas barulah sebagian kecl dari keistimewaan yang climiliki oleh Al-Quran. Masih banyak hal lain yang mungkin belum terungkap karena ketcrbatasan akal kita, manusia. Saw yang perlu dicatat kim, tcntang kita umat Islam. Adakah keraguan yang masih tersisa dalam ruang hati kita tcntang kebenaran Al-Quran? Atau bahkan keinginan-keinginan untuk meninggalkan ajarannya? Adakah kita memiliki alasan untuk mendustainya atau menolaknya? Naudzubdlahi mindzalik.

KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM TERHADAP AL-QURAN

  1. Meyakini dan mengimani Al-Quran.

Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya mengirnani kebenaran Al-Quran dengan jalan membenarkan isinya serta mengamalkannya dalam kehidupan schari-hari. Yakin bahwa Al-Quran akan menerangi jalan hidupnya dan tersesat­lah orang-orang yang meninggalkannya. Seorang muslim harus meyakini bahwa Al-Quran adalah wahyu yang akan terjaga keasliannya hingga akhir zaman

  1. Membaca Al-Quran.

Membaca merupakan tanda keimanan seseorang kepada Al-Quran. Dan hal inilah yang membedakan seorang mukmin dengan orang kafir, scbagaimana firman Allah swt.:

“Dan apabila kamu membaca Al-Quran niscaya Kami adakan antara kamu dengan arang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” (Al-Isra’: 45)

Seorang muslim yang membaca Al-Quran akan mendapatkan ketenangan jiwa. Selain itu, banyak sekali pahala yang diberikan Allah kepadanya. Seperti sabda Rasulullah saw:

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam Kitabullah, maka baginya suatu kebaikan. Satu kebaikan itu akan berlipat ganda menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak menganggap aliif laam miim adalah satu huruf. Alif adalah satu huruf, laam adalah satu huruf, dan miim adalah satu huruf.”  (HR. Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)

  1. Tadabbur Al-Quran.

Setiap muslim wajib men-tadabbur-i Al-Quran. Seorang muslim tidak akan bisa menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk hidupnva, jika ia tidak pernah memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan tadabbur manusia akan mampu mengerti makna dan maksud ayat-ayat Al-Quran, schingga akan mampu meletakkan dirinya di hadapan Al-Quran secara tepat.

“Kitab ini Kami turunkan kepadamu dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang berfikir.” (Shad: 29)

  1. Mengamalkan isi ajaran Al-Quran.

Setelah mengimani, membaca, dan men-tadabbur-i Al-Quran, kewajiban seorangmuslim selanjutnya adalah mengunakan ajarannya. Al-Quran bukanlah kitab untuk dipelajari saja, melainkan juga harus diamalkan. Dan kandungan isi Al-Quran itulah di akhirat kelak Allah akan mcmperhitungkan amal hamba­Nya. Akankah manusia nanti mcndapatkan kesejahteraan karena amalannya ataukah kesengsaraan karena telah mclalaikannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Al-Quran adalah hujjah bagi keberuntunganmu atau kecelakaanmu”?

  1. Belajar dan mengajarkannya.

Setiap muslim yang mempercayai A1-Quran memptmvai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya. Di antaranya adalah mempelajari dan mengajarkannya, sebagaimana firman Allah swt. sebagai berikut:

“Tidaklah wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepada-Nya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia : ‘hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah.’ Akan tetapi (dia berkata) : ‘hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali imran : 79)

Rasulullah SAW bersabda :

“Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkanya.” (HR Bukhari-Muslim)

Belajar dan mengajarkan Al-Quran adalah kewajiban yang suci dan mulia. Di dalam mengajarkan Al-Quran terkandung tiga kemuhaan, yaitu kemuliaan mengajar (yang merupakan tugas para nabi), kemuliaan membaca Al-Quran ketika mengajarkannya, kemudian men-taddabur-inya. Dengan mengajarkan secara terus-menerus, selain untuk belajar, menjadikan seseorang lebih mahir dalam pemahamannya.

ADAB MEMBACA AL-QURAN

Di awal sudah disinggung bahwa membaca Al-Quran adalah ibadah. Hendaklah seorang muslim mewarnai hari-harinya dengan tilawatil (membaca) Quran. Sebagaimana ibadah-ibadah lain, tilawatil Quran memiliki adab -adab yang harus diperhatikan oleh setiap muslim. Meskipun tidak semua adab-adab dalam membaca Al-Quran itu sampai pada tingkaran wajib, tetapi la merupakan bagian untuk mencapai keutamaan dalam tilawatil Quran. Adab-adab yang disunahkan meliputi:

Pertama, adab yang berhubungan dengan batiniyah, di antaranya sebagai berikut:

Ikhlas. Bagi seorang muslim, segala aktivitasnya adalah dalam kerangka ibadah yang hanya ditujukan untuk menggapai ridha Allah semata, tcrmasuk dalam hal tilawatil Quran. Kita harus membebaskan diri kita dari segala tujuan duniawi, agar memperoleh pahala dari Allah swt.

Konsentrasi. Agar bacaan Quran menjadi penentram jiwa, hendaknya tilawatil Quran tidak hanya menjadi ibadah lisan, namun juga akal dan kalbu hendaknya turut dihadirkan.

Khusyuk. Membaca Al-Quran juga harus disertai dengan kekhusyukan, ketundukan, dan kesungguhan. Kekhusyukan ini diperoleh dengan mengagungkan Allah, disertai dengan kesadaran bahwa diri kita adalah seorang hamba yang lemah dan hina. Mengagungkan Allah berarti pula mengagungkan firman-firman Allah yang dibaca dalam Al-Quran. Pembaca harus pula merasa bahwa dirinyalah yang diseru oleh ayat-ayat yang dibacanya, pertntah dan larangan-Nya pun tertuju kepada­nya. Dengan demikian, kita bisa menyesuaikan suasana hati dcngan pengertian ayat-ayat yang kita baca.

Kedua, adab yang berhubungan dengan lahiriyah.

Memilih waktu, tempat, dan kondisi yang tepat. Tempat hendaknya suci dari najis dan bukan tempat-tempat keramaian yang orang sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri (seperti di pasar). Waktu yang utama membaca Al-Quran adalah waktu subuh dan petang, pada waktu yang banyak fadhilahnya. Akan tetapi bukan berarti waktu selain itu tidak baik untuk membacanya.

Suci dari hadats dan najis. Suci dari hadats dan najis ketika membaca Al­Quran dalam tinjauan fiqih adalah masalah khilafzyah (perbedaan pendapat), namun sebagai muslim sejati, akan selalu mengambil yang lebih utama. Sehingga suci dari hadats dan najis akan lebih baik.

Membaca ta’awudz dan basmallah sebelum mulai. Hendaknya ketika akan mem­baca Al-Quran kita berlindung kepada Allah swt. dari godaan setan. Allah sendiri menganjurkan agar kita berlindung kepada-Nya sebelum membaca Al-Quran, “Apabila kamu hendak membaca Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan.” (An-Nahl: 98)

Berdoa ketika membaca ayat-ayat nikmat maupun adzab dan ketika selesai membaca (khatam). Rasulullah mencontohkan ketika betiau membaca Al-Quran dan menemukan ayat-ayat tentang nikmat atau adzab, beliau memohon perlin­dungan kepada Allah.

“Apabila beliau membaca ayat-ayat yang menyuruh berlindung, beliau memo­hon perlindungan.”

Membaca dengan tartil. Membaca Al-Quran dengan tartil berarti membaca dengan perlahan-lahan dan berusaha untuk membacanya sesuai dengan hukum-­hukumnya (tajwid). 

KEUTAMAAN MEMBACA AL-QURAN

Allah swt. menurunkan kitab-Nya yang kekal abadi berupa Al-Quran, agar dibaca oleh lidah-lidah manusia, didengarkan oleh telinga-telinga mereka, di­taddabur-i oleh akal mereka, dan menjadi ketenangan bagi kegundahan dan kegersangan hati mereka.

Seorang muslim yang senantiasa menghiasi hari-harinya dengan membaca Al­Quran, akan memperoleh keutamaan dan kebaikan sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dan hadits.

Di antara keutamaan membaca 111-Quran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Firman Allah swt. dalam Al-Quran:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagu maha Mensyukuri.” (Fathir : 29-30)

Aisyah ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:

Orang yang pandai membaca Al-Quran akan digolongkan bersama para malaikat yang mulia, dan orang yang membaca Al-Quran sedangkan ia terbata-bata (karena sakit atau kaku) dan merindukanya, maka orang ini mendapat dua pahala.”(HR.Bukhari-Muslim)

Al-Quran dapat memberi syafaat kepada pembacanya kelak di hari kiamat.

Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Abu Umamah Al-Bahili, bahwa Rasulullah saw bersabda;

“Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya Al-Quran akan datang pada hari kiamat sebgai pemberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)

Diberikan yang terbaik oleh Allah. Alah SWT berfirman :

“Siapa yang disibukkan oleh Al-Quran sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, akan Aku berikan kepadanya sesuatu yang paling baik yang aku berikan kepada orang lain yang meminta, dan keutamaan kalam Allah terhadap seluruh kalam selainnya adalah seperti keutamaan Allah terhadap seluruh makhluk-Nya,” (HR. Ahmad dan Thabrani)

Dari ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Tidak akan ada kedengkian (hasad) kecuali (apabila seseorang mengerjakan) dua hal : seorang laki-laki yang diberi Al-Quran oleh Allah, lalu dia beribadah denganya siang dan malam, dan seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah, lalu dinafkankan harta itu harta itu siang dan malam.” (HR. Bukhari)

Mendapat kebaikan. Dari Ibnu Mas’ud, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

“Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah akan mendapatkan satu kebaikan an satu kebaikan berlipat sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Aliif Laam Miim satu huruf, namun Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

Subhanallah, begitu besar keutamaan yang Allah berikan kepada para pembaca Al-Quran, sekualitas apa pun mereka. Coba Anda bayangkan seandainya salah seorang di antara kita membaca Al-Quran beberapa waktu saja, berapa jumlah huruf yang habis terbaca ? Dan jika dalam setiap huruf terdapat sepuluh kebaikan, maka berapakah pahala yang kita dapatkan? Hanyalah orang-orang keras hatinya, sehingga tidak terketuk dengan panggilan membaca Al-Quran.

Semoga kita termasuk orang-orang yang dibcri rahmatAllah dan hidayah-Nya untuk senantiasa membersamai AI-Quran, dan menjadikanya cahaya kehidupan kita. Amien. 

MUKJIZAT AL-QURAN

Al Qur’an diturunkan oleh Allah swt. melalui Nabi Muhammad saw. yang buta huruf kala itu. Ia dilahirkan dan hidup di tengah-tengah kaum yang terbelakang peradabannya, di Jazirah Arab. Al- Quran diturunkan selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari.

Ketika itu, seringkali AI-Quran turun secara spontan, guna menjawab berbagai pertanyaan atau mengomentari suatu peristiwa. Setelah rampung diturunkan dan disusun, dilakukan analisis serta perhitungan terhadap catatan redaksinya. Ditemukann hal-hal yang sangat menakjubkan. Ditemukan adanya keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakan. Bayangkan. AI-Quran diturunkan secara sepotong-sepotong dan spontan, di tempat yang berlainan dalam waktu yang relatif panjang, dan terdiri dari 114 surat dan 77.493 kata. Serta diturunkan mclalui orang yang tidak bisa membaca dan menulis saat itu. Namun ditemukan banyak hal-hal yang mengejutkan.

  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan bilangan antonimnya
  • Al-Hayah (hidup) dan Al-Maut (mati) masing-masing sebanyak 145 kali.
  • An-Naf’ (manfaat) dan Al-Madharah (mudarat) masing-masing sebanyak
  • 50 kali.
  • AI-Har (panas) dan Al-Bard (dingin) masing-masing sebanyak 4 kali.
  • As-Shalihat (kebajikan) dan As-Sayyi’at (keburukan) masing-masing sebanyak 167 kali.
  • AI-Shayf (musim panas) dan AI-Syita’ (musim dingin) masing-masing sebanyak 1 kali.
  • Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
  • Al-Harf dan AI-Zira’ah (membajak/bertani), masing-masing sebanyak 14 kali.
  • Al-‘Ushb dan Al-Dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing sebanyak 27 kali.
  • AI-Dhallun dan Al-Mawta (orang sesat/mati jiwanya), masing-masing sebanyak 17 kali.
  • Al-Islam dan Al-Wahyu (Al-Quran, wahyu, dan Islam); masing-masing sebanyak 70 kali.
  • Al-‘Aql dan An-Nur (akal dan cahaya), masing-masing sebanyak 49 kali.
  • AI-Jahr dan Al-`Alamiyah (nyata), masing-masing sebanyak 16 kali.
  • Keseimbangan khusus
  • Kata Yawm (hari) dalam bentuk tunggal, masing-masing sejumlah 365 kali. Sama dengan jumlah hari dalam satu tahun. Sedangkan kata plural (ayyam) dan dua (yaw-mayni) jumlah keseluruhannya 30, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan.
  • Kata Syahr (bulan) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
  • Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada tujuh. Penjelasan ini diulanginya dalam tujuh kali pula.

Semua hal di atas menunjukkan bukti bahwa Al-Quran sungguh-sungguh firman suci yang diturunkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad saw. Bukan karangan manusia. Tidak mungkin ada seseorang yang mampu menyusun suatu kitab seperti Al-Quran, yang diturunkan secara spontan dan terpisah-pisah, baik dari sisi waktu dan tempat, namun dengan isi yang bisa diterima sebagai kebenaran serta memiliki jumlah kata­ kata yang seimbang seperti contoh di atas. Apalagi saat itu belum ada komputer.

Selain itu, Al-Quran mempunyai rahasia yang berkaitan dengan angka 19. Bismillahirrahmanirrahim adalah pangkalan tempat muslim bertolak, mempunyai 19 huruf. Demikian juga dengan ucapan Laa haula wa laa quwwata illaa billaah (tiada daya untuk memperoleh manfaat dan upaya untuk menolak kesukaran kecuali dengan bantuan Allah). Di dalam Al-Quran, kata ism Allah. Ar-Rahman dan Ar-Rahim, mempunyai jumlah yang dapat dibagi habis dengan angka 19. Ism 19 kali, Allah 2.698 kali (2.698:19=142). Ar-Rahman 57 kali (57:19=3), Ar-Rahim 114 kali (114:19=6).

Baca juga : Kumpulan doa yang ada dalam alquran

Jadi, mungkinkah seorang manusia mampu membuat suatu buku (Al-Quran) dengan menghitung hingga ke huruf-hurufnya seperti itu. Namun tetap dengan tujuan menyampaikan suatu amanat, melalui kalimat-kalimat yang demikian indah. Dan ia disampaikan secara mendadak, untuk menjawab dan merespon suatu pertanyaan. Kemudian secara terpisah diturunkan lebih dari 22 tahun, lalu dikumpulkan menjadi satu. Lalu baru dihitung jumlah kata-katanya dan harus seimbang. Siapakah yang mampu melakukannya? Isinya pun harus benar dan masuk akal. Serta harus sesuai dengan hati nurani setiap manusia, dan harus pula bisa dibuktikan bahwa isinya bisa diuji kebenarannya, baik ditinjau dari masa lalu, masa sekarang, atau masa yang akan datang. Terakhir Anda hitung lagi jumlah kata-katanya. Siapakah yang sanggup melakukannya?! Itulah tantangan dari Allah swt.

Sumber:

Agustian, Ary Ginanjar, Emotional Spiritual Quotient. Jakarta : Penerbit Arga, 2001.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.