Mau Swasembada Pangan, Heh Jangan Mimpi di Siang Bolong!

Mau Swasembada Pangan, Heh Jangan Mimpi di Siang Bolong! – Mayoritas masyarakat Indonesia katanya bekerja sebagai petani, petani yang banyak di Indonesia adalah petani padi, meski cara dan alat masih sangat tradisional dalam praktiknya.

Masyarakat desa identitik dengan sawah dan padi karena memang yang bisa mereka lakukan hanya itu. Dengan pengetahuan yang masih terbatas masyarakat kita masih sulit untuk berinovasi dalam sektor riil ini.

Beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia, juga bagi masyarakat dibeberapa wilayah di Asia, sektor ini menjadi sangat potensial ketika mau digarap dengan professional.

Ilustrasi petani padi

Padahal Indonesia mempunya modal yang begitu bagus, ditopang dengan tanah yang begitu subur dengan air yang relatif banyak.

Negeri ini harusnya menjadi surga bagi para petani padi, namun kenyataanya tidaklah demikian, petani padi di Indonesia masih bisa dikatakan petani yang biasa saja. Mereka belum bisa menikmati hasil yang memuaskan dari sektor ini.

Kita masih kalah jauh dibanding Negara sebelah, padahal wilayah kita jauh lebih luas, loh kok bisa negeri yang sesubur ini dengan mayoritas warganya bergantung di sektor pertanian padi, untuk beras kita masih impor ke Negara lain seperti ke Vietnam.

Ajaib, ada yang keliru dengan ciri khas Indonesia yang katanya masyarakatnya banyak bekerja di sektor pertanian padi, nyatanya kalau dilihat dari hasilnya tidak demikian?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia tidak bisa swasembada pangan, salah-satu hal yang umum adalah mengenai sistem pertanian kita.

Mungkin perlu ada revolusi pertanian, bagaimana pertanian ini dijadikan projek utama dalam mensejahterakan masyarakat.

Perlu dukungan dari beberapa pihak baik dari pemerintah maupun sumber daya manusia yang ada. Bertani padi jangan hanya asal bertani, perlu ada ilmu juga didalamnya supaya hasil panen bisa maksimal.

Apalagi dengan semakin berkembangnya dunia, seakan dunia pertanian sudah tidak menarik lagi, masyarakat kita sudah malas untuk bertani, anak-anak muda sekarang jarang yang berminat mengambil profesi sebagai petani.

Asumsi masyarakat kita adalah bertani hanya untuk kaum pinggiran yang tidak terdidik, generasi sekarang “ogah” untuk menjadi petani, mereka lebih tertarik untuk mengadu nasib di kota-kota besar demi melangsungkan kehidupan.

Petani sekarang usianya dikisaran 40 tahun ke atas, dan itu pun biasanya hanya dijadikan pekerjaan sampingan. Belum ada yang memang menggeluti usaha ini karena memang jarang ada petani yang sukses dan banyak materi.

Belum lagi lahan pertanian sekarang yang semakin sempit saja, kini sawah-sawah banyak yang sudah disulap menjadi gedung-gedung pabrik atau perkantoran.

Lahan tidak ada, prestise tidak juga, lalu mau mimpikah kita swasembada pangan? Hemm, semoga saja masih, dan generasi muda  mulai tertarik menggarap pada sektor ini.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.