Siklus Hidup Nyamuk Demam Berdarah (Aedes sp), Cegah Sedini Mungkin

Siklus Hidup Nyamuk Demam Berdarah (Aedes sp) – Musim hujan kembali menyapa negeri ini, bersyukur telah melewati musim kemarau yang cukup lama dan kini air masyarakat tidak lagi disibukan dengan masalah kekurangan air.

Namun, seperti musim-musim hujan sebelumnya, musim hujan juga membawa dampat negatif, seperti banjir dan kembali munculnya penyakit khas musim hujan seperti Demam Berdarah. Pada Artikel kali ini chyrun.com akan menguraikan sedikit ulasan tentang siklus nyamuk Aedes sp sebagai nyamuk pembawa wabah demam berdarah.

Penyakit Demam Berdarah Dan Penyebabnya?

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh salah satu serotipe virus dengue. Virus dengue merupakan anggota genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Penularan virus dengue terjadi melalui penusukan dan penghisapan  nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor primer dan Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris serta Aedes niveus sebagai vektor sekunder.

Siklus Nyamuk Aedes sp

Nyamuk Aedes sp. dalam hidupnya mengalami beberapa fase perkembangan dimulai dari telur, larva, pupa dan dewasa.

Perkembangan pada stadium telur, larva dan pupa hidup di dalam air, sedangkan dewasa hidup di udara. Telur diletakkan di dinding perindukan di atas permukaan air. Telur akan menetas menjadi larva/jentik-jentik jika terkena air, setelah 5-10 hari larva akan menjadi pupa dan 2 hari kemudian pupa akan menjadi nyamuk dewasa.

Pertumbuhan telur sampai menjadi nyamuk dewasa pada keadaan optimum memerlukan waktu kira-kira 10 hari (7-14 hari). Stadium larva merupakan stadium penting karena gambaran jumlah larva akan menunjukkan populasi dewasa, selain itu stadium larva juga mudah untuk diamati dan dikendalikan karena berada di tempat perindukan (air).

Tempat perkembangbiakkan nyamuk disebut tempat perindukan. Jenis larva nyamuk Aedes sp. mempunyai tempat perindukan yang berbeda tapi tidak jarang ditemukan pada satu tempat perindukan yang sama seperti Aedes aegypti dan A. albopictus yaitu drum, kaleng bekas, botol bekas, ban bekas, selokan, dan pot tanaman hias yang terisi oleh air hujan, serta kolam ikan yang tidak terawat lagi.

Bagaimana Meminimalisir DBD ?

Tentunya kita sudah sering mendengar istilah 3 M, yaitu menguras, mengubur dan membersihkan. Kita terapkan pola tersebut sebagai tindakan prefentif mencegah wabah penyakit demam berdarah.

Dimana Tempat Ideal Nyamuk Demam berdarah Hidup?

Aedes sp hidup di iklim tropis dengan suhu yang cenderung hangat dan lembab. Salah satu contoh daerah yang endemik DBD adalah kabupaten Karanganyar. Berikut deskripsi singkat letak geografis daerah yang endemik, saya mencontohkanya Kabupaten Karanganyar.

Contoh Geografis Daerah Endemik DBD

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah utara, Kabupaten Ngawi dan kabupaten Magetan di sebelah timur, Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo di sebelah selatan serta Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali di sebelah barat (2013).

Secara astronomis Kabupaten Karanganyar terletak pada koordinat 110o 43’38”–111o11’24” Bujur Timur dan 7o6’17”–7o46’07” Lintang Selatan dengan tipe iklim B (basah), temperatur 22o–31o, ketinggian rata-rata 511 m di atas permukaan laut serta berdasarkan data curah hujan harian selama 10 tahun, menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3.016 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Januari dan Maret, sedangkan yang terendah pada Juli, dan Agustus.

Siklus Hidup Nyamuk Demam Berdarah (Aedes sp)

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu dataran tinggi (ketinggian rata-rata ≥500 meter  di atas permukaan laut) yang endemis penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di provinsi Jawa Tengah.

Jumlah kasus penderita penyakit DBD di Karanganyar mengalami kenaikan tiap tahun. Kasus penderita penyakit DBD pada 2012 sebanyak 76 kasus dan 2 orang meninggal, 2013 sebanyak 485 kasus, dan  2014 sebanyak 520 kasus dan 4 orang meninggal. Berdasarkan data tiga tahun terakhir (2012, 2013, 2014)  kenaikan jumlah kasus DBD tertinggi pada  2013 yaitu sekitar 300% dari tahun sebelumnya (Dinas kesehatan Kabupaten Karanganyar, 2014).

Di Kabupaten Karanganyar 6 kecamatan dari 17 Kecamatan  dinyatakan endemis DBD, yaitu Kecamatan Karanganyar, Colomadu, Gondangrejo, Jaten, Tasikmadu, dan Kebakkramat (Dinas kesehatan Kabupaten Karanganyar, 2014). Kasus DBD yang mengalami kenaikan tiap tahun di Kabupaten Karanganyar bisa untuk menggambarkan keberhasilan perkembangbiakan nyamuk Aedes sp.

Perlu Adanya penanggulangan, dari kontur geografis kabupaten karanganyar bisa di jadikan patokan oleh daerah lain yang sejenis untuk waspada dan selalu melakukan tindakan pencegahan.

Karanganyar menjadi daerah endemik demam berdarah, data di atas diambil dari tahun 2013-2014, semoga di tahun-tahun 2015 dan selanjutnya wabah endemik di daerah tersebut sudah hilang.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.