Pentingnya Menulis Bagi Guru di Era Globalisasi

Pentingnya Menulis Bagi Guru di Era Globalisasi – Dalam perkembanganya menulis bagi seorang guru merupakan kebutuhan yang tidak mungkin bisa dilepaskan dalam dunia kependidikan

Apa lagi pada zaman globalisasi seperti sekarang, menulis merupakan hal yang amat penting, karena akan membantu tenaga pendidik dalam berkarir.

Memasuki dunia globalisasi bila guru tidak bisa menulis maka akan tertinggal dari yang lain, bahkan sekarang sudah ada MEA, persaingang guru tidak hanya dari dalam negeri bahkan kita bersaingan dengan guru dari negara yang lain.

Pentingnya Menulis Bagi Guru di Era Globalisasi
Seorang guru sedang menulis

Kalau tidak meningkatkan kualitas kita dalam mendidik maka bisa dibayangkan kelak guru-guru yang akan mengajar anak-anak kita adalah guru-guru dari negara lain.

Bagaimana kelak nasib dunia pendidikan Indonesia bila demikian, jelas kearifan lokal kita akan hilang.

Identitas negara juga lambat laun akan pudar, jangan harap berbicara nasionalisme karena guru-guru yang mengajar bukan dari negara sendiri.

Untuk itu kualitas guru di Indonesia harus ditingkatkan kalau kita tidak mau tertinggal dari guru-guru dari negara yang lain.

Pentingnya Menulis Bagi Guru di Era Globalisasi

Menulis adalah salah-satu cara untuk meningkatkan kualitas guru, ketika guru sudah mulai bisa menulis, maka dia akan mudah dapat mengisi kolom-kolom media yang dalam dunia globalisasi sekarang semakin banyak dan kompetitif.

Mempersiapkan diri untuk bisa kompetitif dalam dunia pendidikan bagi guru merupakan hal mutlak yang harus seorang guru lakukan.

Dalam dunia globalisasi siapa yang tidak bisa bersaing maka dia akan tersingkir, maukah kita tersingkir di negeri kita sendiri?

Mulailah membuang paradigma guru hanya sekedar mengajar setelah itu pulang, seolah-olah guru hanya mengugurkan kewajiban saja.

Guru dalam dunia globalisasi tidak seperti itu, guru harus bisa berkarya, harus bisa berkembang, dan lebih maju dari sebelumnya.

Karena tuntutan seperti itu seharusnya sebagai seorang guru tidak ada kata berhenti belajar, setiap hari harus mau belajar meski hanya mendapatkan satu ilmu baru.

Di Indonesia sendiri  masih sangat sedikit guru yang aktif menulis, bahkan dikalangan media, guru belum terlalu akrab. Ini bisa kita lihat di koran maupun media yang lain, sangat jarang kita temui guru yang menulis opini mengenai pendidikan misalnya.

Guru masih kalah produktif dalam hal penulisan dengan dosen-dosen, padahal seharusnya tidaklah demikian karena seorang guru lebih aktif di dalam proses belajar mengajar.

Berbeda dengan seorang dosen walaupun sama-sama mengajar namun mengajar mahasiswa biasanya akan lebih mudah diarahkan untuk mencari materi sendiri.

Namun kenyataanya dari beberapa sumber guru di Indonesia sangat tidak produktif dalam hal penulisan.

Stagnasi kualitas guru tampak dalam peningkatan jenjang karir. Saat ini jumlah guru golongan IV/b hanya 0,087 persen, golongan IV/c 0,007 persen, dan IV/d 0,002 persen.

Kebanyakan guru yaitu 569.611 orang atau 21,84 persen, stagnan di golongan IV/a. Ini disebabkan karena banyak guru tidak bisa naik ke golongan IV/a karena tidak mampu dalam menulis dan membuat karya ilmiah. (Kompas).

Profesionalisme guru yang dibangun di atas fondasi kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan pedagogis membutuhkan kompetensi menulis dan belajar menulis guna membangun kualits diri sehingga mampu meningkatkan performa keempat kompetensi tersebut.

Nah kan sebagai seorang guru kita dituntut untuk bisa menulis, dimulai dari hal sederhana misalnya mengisi mading sekolah.

Jangan ada alasan lagi, sibuk mengajar. Ya guru dalam dunia globalisai ini memang guru dituntut untuk bisa dan tahu banyak, beberapa hal yang mengakibatkan seorang guru menjadi seolah begitu sibuk.

Tapi itu tidak menjadikan sebuah alasan yang baku untuk guru tidak mulai belajar menulis, toh banyak manfaat yang akan kita tuai dikemudian hari berkaitan dengan kebiasaan menulis.

Satu hal yang perlu guru yakini bahwa kita semua bisa untuk menulis, belajarlah memulai dan bisa hanya soal kebiasaan saja.

Sebagai penutup saya kutipkan pernyataan dari Imam Al-Ghazali “ Kalau kita bukan anak Raja dan bukan anak dari ulama besar maka menulislah”. Sekian semoga bermanfaat.

Baca juga: Belajar menjadi guru seutuhnya

                  Menjadi guru idaman siswa

Baca Artikel Menarik Lainnya di Google News

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.