Nyamuk Di Sekitar Kita Dan Peranannya

Nyamuk adalah salah satu hewan yang merugikan manusia karena peranannya sebagai pembawa bibit penyakit. Nyamuk sangat lekat dengan kehidupan manusia. Bayangkan saja. Hampir siang dan malam nyamuk selalu mengikuti kita, layaknya sebuah bayangan tubuh. Nyamuk termasuk ke dalam Filum Arthropoda (hewan berbuku-buku), Kelas Insecta (kaki berjumlah enam), dan Ordo Diptera (mempunyai 2 sayap yang sama persis, karena 2 sayap lainnya berubah menjadi halter). Seperti halnya serangga lainnya, tubuh nyamuk terbagi atas tiga bagian, yaitu kepala, thorax (dada), abdomen (perut). Nyamuk mempunyai proboscis.

Apa itu proboscis?

Proboscis merupakan modifikasi mulut nyamuk untuk menusuk dan menghisap. Karena kita tahu bahwa nyamuk betina merupakan pemakan darah. Darah tersebut digunakan untuk menyelesaikan siklus gonadotropin-nya. Sedangkan si jantan pemakan nektar tumbuhan. Jadi, nyamuk itu tidak menggigit, namun menusuk dan menghisap.
Beberapa spesies nyamuk diketahui sebagai pembawa bibit penyakit (vektor), di antaranya adalah:

Yang pertama, Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua spesies tersebut sangat familiar di telinga kita. Ya benar. Mereka adalah pembawa virus Dengue yang menyebabkan demam berdarah dengue atau bahasa kerennya Dengue Hemoraghic Fever. DBD ditemukan pertama kali di Surabaya pada tahun 1968 dan sampai sekarang hampir seluruh wilayah Indonesia menjadi endemis DBD.

Kedua, Aedes aegypti Ae. africanus, Ae. taylori, Ae. metallicus, Ae. vittatus, Ae. furcifer, luteocephalus berperan dalam menularkan Flavirus yang dapat menyebabkan demam kuning. Demam kuning banyak terjadi di Afrika. Ciri khas dari penyakit ini adalah adanya infeksi virus pada organ hati yang menyebabkan kerusakan pada fungsi hati dalam memproduksi bilirubin. Kerusakan ogan hati akan meyebabkan kadar bilirubin melebihi kapasitas normal sehingga akan pecah dan bercampur dengan darah sehingga akan mempengaruhi perubahan warna kulit dan sklera mata menjadi kekuningan.

Ketiga adalah Anopheles sp.. Anopheles sp. berperan penting dalam menularkan Plasmodium sp. penyebab Malaria. Malaria adalah penyakit mematikan yang diperantarai oleh nyamuk selain DBD. Di Indonesia, Endemisitas Malaria tertinggi terjadi di Papua dengan angka API > 5%. Selain Indonesia, malaria juga tersebar di Afrika, Amerika Selatan, negara-negara di Asia Selatan.

Keempat, Culex quinquefasciatus, Anopheles sp. Mansonia sp. menjadi vektor Filariasis. Jenis-jenis Filariasis yang penulis ketahui adalah Lymphatic filariasis (disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori), Subcutaneous filariasis (disebabkan oleh Onchocerca volvulus, Mansonella streptocerca, Loa loa, Dracunculus medinensis), dan Serous cavity filariasis (disebabkan oleh Mansonella perstans, M. ozzardi). Kalau masyarakat biasa menyebut filariasis dengan kaki gajah. Terdapat 337 kabupaten/kota di Indonesia yang endemis filariasis.

Kelima, nyamuk Culex tritaeniorhynchus, Cx. fuscocephalus, Cx. gelidus, dan Cx. quinquefasciatus berperan dalam menularkan Japanese Encephalitis Virus (JEV) yang menyebabkan penyakit Japanese Encephalitis (JE). JE merupakan suatu penyakit infeksi pada sistem syaraf pusat. JE pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1871. Negara-negara yang beresiko terkena JE adalah Korea Selatan, Korea Utara, China, India, negara-negara di Asia Tenggara. JE jarang ditemukan di Indonesia, namun beberapa tahun sebelumnya JE pernah dilaporkan terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

Baca juga :

Demikian sedikit tulisan dari saya. Semoga bermanfaat. Salam !

Bacaan lebih lanjut:

-Centers for Disease Control and Prevention. 2004. Yellow fever. USA.

-Ditjen P2PL. 2007. Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Depkes RI: Jakarta.

-Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

-Salim M. 2011. Aedes sp. si nyamuk kosmopolitan. Buletin Spirakel. Tersedia pada: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/spirakel/article/view/1250/639.

-Suwarto, Sudomo M, Liat LB. 1984. Studies of Filariasis in Kebun Agung and Gunung Agung Villages in South Bengkulu, Sumatera, Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. XII No. 1.

-WHO. 2009. Dengue: Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. Geneva.

-WHO. Manual on Practical entomology in malaria, the WHO Division of malaria other parasitic diseases part II. Geneva.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.