Surat Untuk Diriku Sendiri

Surat Untuk
Diriku Sendiri

Surat Untuk Diriku Sendiri
MRN

Untuk seseorang yang aku cintai,

Diriku sendiri.

Surat kecil ini aku berikan untukmu, terpaksa karna aku tak bisa mengatakan langsung dihadapanmu.

Tak tahu harus memulai dari mana, tapi aku mulai saja..

Tanpa disadari waktu begitu cepat
berganti. 22 tahun sudah kamu hidup didunia ini. Merasakan berbagai rasa,
melihat berbagai objek fana, dan melakukan yang kebanyakan tak penting.

Pertanyaanku yang pertama adalah,
sudah sebegitu besar bahkan tua, apakah kamu sudah mengenal dirimu sendiri?
Mengutip sabda Rasulullah saw :”Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia
akan mengenal Tuhannya..”. Sudahkah kau cermati hadits diatas dan mencob
merenungkannya? Lalu mencari makna mutasyabihatnya?

Aku ulangi lagi, apakah kamu sudah
mengenal dirimu? Lalu jika belum, apakah berati hidupmu selama ini sia-sia?
Cukup jawab dalam hatimu saja. Cukup aku katakan, tetaplah ikuti kata-kata guru-guru
dan mursyidmu itu. Jangan pernah lalai.

Aku lihat juga hari-hari ini kamu
kebanyakan mengeluh. Membayangkan semua dimasa depan akan mudah dan gemerlap.
Come on! Untuk mencapai puncak gunung kamu harus mendaki satu-persatu langkah
terjal dan berkerikil.

Aku melihat tidak ada yang kamu
usahakan selama ini. Tidak ada! Maka bahkan bukan hanya pengusahaan saja
sebenarnya, tapi perjuangan! Perjuangan yang mungkin berdarah-darah. Selama ini
sudah melakukan itu belum?

Jelas belum! Kamu hanya
berleha-leha, bahkan kamu selalu kalah dengan burung emprit samping rumahnmu
yang memanggil-manggilmu dengan kicauannya, tapi kau anggap itu hanya berisik yang
menggangu tidur pagi kesianganmu.

Kamu kalah telak dibanding etos
kerja bapakmu itu yang gagahnya mulai memudar. Tidak malu kamu selama ini hanya
numpang dengannya? Yang aku benci malah kamu sering blagu dengan
kepunyaan-kepunyaan bapakmu itu, yang kau anggap kepunyaanmu.

Kenapa? Tersinggung? Mau marah
kepadaku?

Sadar tidak sih! Pantasnya kamu
menjadi seorang pecundang. Kamu itu terlalu lemah untuk menjadi seorang
pemenang. Seorang pemenang tak pernah lemah, dia kuat, pantang menyerah dan
bisa menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Bukan jin, setan, ataupun iblis
untuk sendiri.

Kuatkanlah dirimu, di dunia ini penuh
gunung-gunung masalah, dan bisa saja itu menjatuhimu dengan tiba-tiba. Agar
kamu benar-benar siap. Mulailah, lakukanlah. Lakukan apa yang ingin kamu
lakukan. Dimasa lalu kamu terlalu baik dan mengalah untuk tidak melakukan yang
kamu inginkan. Sadarilah bahwa hidupmu adalah milikmu, meski ada hak-hak orang
lain didalamnya, tetap saja itu hanya sebatas menjadi pertimbangan. Keputusan
untuk melakukan ada didalam hati insanimu dan nur illahi pada dirimu.

Waktu, adalah penjajah yang
demikian kejam, dia tak segan-segan akan bertindak bar-bar. Memenggal kepalamu
dan mencincang otakmu jika masih bodoh. Hargailah 24 jam-mu dengan harga yang mahal.
Perlakukan waktu selagi kamu bisa melakukannya.

Maafkan aku yang tak
mengingatkanmu, maafkan aku yang sering menghilang, aku hilang tanpamu, aku
menyayangimu.

-RianNova-

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.