Pengertian dan Jenis Sarana Pendidikan yang Harus Anda Ketahui

Pendidikan adalah proses dimana memanusiakan manusia yang di dalam proses tersebut terdapat berbagai macam kajian ilmu yang disampaikan, misalnya ilmu pengetahuan alam, sosial, agama dan lain-lain. Proses belajar mengajar ataupun kegiatan belajar mengajar akan semakin sukses bila ditunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, sehingga pemerintah pun slalu berupaya untuk secara terus menerus melengkapi sarana dan prasarana bagi seluruh jenjang dan tingkat pendidikan, sehingga kekayaan fisik Negara yang berupa sarana dan prasarana pendidikan telah menjadi sangat besar.

Sarana dan prasarana sangat penting dalam dunia pendidikan karena sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

A. Pengertian Sarana

Kamus besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.Sarana dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan; alat; media.
Sarana pendidikan adalah peralatan yang secara langsung digunakan dalam proses pencapaian tujuan pendidikan sedangkan prasarana pendidikan adalah fasilitas secara tidak langsung hanya sebagai pendukung dalam pencapaian tujuan dimaksud.

Suharno mengungkapkan bahwa sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung ruang kelas, meja, kurs, serta alat-alat dan media pengajaran. Menurut E. Mulyasa, Sarana Pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.

B. Sarana-sarana Pendidikan

1. Memotivasi Anak untuk Melakukan Usaha/Pekerjaan yang Mulia

Diantara tanggung jawab yang harus dilakukan pendidik terhadap anak adalah memotivasinya untuk bekerja secara wirausaha, baik bekerja dibidang industri, pertanian, atau perdagangan. Para nabi slalu bekerja secara bebas dan memiliki keahlian khusus dalam sesuatu profesi dan membuat sesuatu. Mereka menjadi teladan yang baik dengan bekerja dan mencari rezeki yang halal. Kisah Nabi Daud AS yang pandai sebagai pengrajin besi dan membuat pakaian dari besi, seperti firman Allah:

وَعَلَّمْنَٰهُ صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَّكُمْ لِتُحْصِنَكُم مِّنۢ بَأْسِكُمْ ۖ فَهَلْ أَنتُمْ شَٰكِرُونَ

Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (Al-Anbiya 21:80)
Etos kerja tidak bisa muncul begitu saja, melainkan dibentuk dari sejak dini di mana proses belajar pada masa itu lebih baik dan penguasaan skill lebih kuat. Oleh karena itu pendidikan berkewajiban memotivasi anak sejak kecil untuk melatih suatu profesi, seni, dan skill setelah melewati fase sekolah untuk mempersiapkan anak dalam mengais rezeki dengan tangannya sendiri.

2. Perhatikan Kesiapan Anak Secara Fitrahnya

Hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik adalah mengetahui kecerdasan anak terhadap suatu keterampilan, keterampilan dan cita-cita yang ingin dicapai. Maka sebagai seorang pendidik hendaknya dapat menempatkan anak di tempat yang sesuai dengan bakatnya dan dilingkungan yang cocok serta layak untuknya. Orang tua hendaknya dapat memfasilitasi apa yang diinginkan anaknya guna mencapai apa yang dicita-citakan. Sebagai contoh ketika anak memiliki kesenangan pada bidang kesehatan, alangkah baiknya orang tua menyediakan dan membantu anaknya dalam mencapai cita-citanya seperti memasukan kedalam sebuah sekolah yang sesuai dengan minatnya tersebut. Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Asy-Syaikh :

رَحِمَ اللهُ وَالِدًا أَعَانَ وَلَدَهُ عَلَى بِرِّهِ

“Semoga Allah merahmati seorang ayah yang membantu anaknya untuk berbuat kebaikan kepadanya”.

3. Berikan Kesempatan untuk Bermain dan Bersantai

Islam merupakan agama yang realistis maksudnya adalah agama yang memperbolehkan bagi muslim untuk bermmain dan bercanda selama masih dalam maslahat menurut Islam dan masih dibatas canda dengan keluarga. Ketika permainan yang diperbolehkan, membuat diri rileks, dan melakukan olahraga termasuk kepada hal-hal yang harus bagi seorang muslim, maka bagi anak itu lebih diharuskan. Hal ini dikarenakan kebutuhan bermain anak saat kecil lebih banyak dari pada saat ia tumbuh dewasa. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits;

عُرَا مَةُ الصَّبِيِّ فِي صِغَرِهِ زِيَدَةٌ فِي عَقْلِهِ فِي كِبَرِهِ

“Keinginan bermain pada anak di waktu kecil lebih banyak dari pada saat ia sudah besar.” (HR. At-Tirmidzi)

4. Adakan Kerjasama Antara Rumah, Masjid dan Sekolah

Sebagimana yang diketahui bahwa rumah memiliki peranan tanggung jawab nomor satu dalam mendidik anak dari segi fisiknya. Begitu pula ditegaskan bahwa masjid di dalam Islam memiliki fungsi utama sebagai tempat pendidikan rohani, berupa shalat jama’ah, membaca Al-Qur’an, dan rahmat Allah tidak pernah berhenti dan terputus disana.
Semua sepakat, kalau fungsi utama sekolah itu adalah untuk mendidik intelektual anak. Ilmu pengetahuan memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan mengangkat derajat kemuliaan manusia. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang keluar mencari ilmu, maka ia sedang berada di jalan Allah sampai ia kembali.”(HR. At-Tirmidzi).

Orang tua di rumah adalah sebagai penanggung jawab pertama pendidikan secara jasmani dan akhlak. Sedangkan di masjid, anak didik rohaninya dan disekolah dididik pengetahuan, akidah dan wawasannya.

5. Kuatkan Hubungan antara Pendidik dan Anak

Menguatkan hubungan antara pendidik dan anak sangat diperlukan, hal ini agar apa yang kita sampaikan dapat diterima oleh mereka. Berikut ada beberapa cara menguatkan hubungan pendidik dengan anak antara lain:

a. Pendidik harus selalu tersenyum kepada anak. Seperti telah diriwayatkan oleh Abu Dzarr:
“senyummu pada wajah saudaramu adalah sedekah.”(HR.At-Tirmidzi).
b. Menyemangati dan memberi hadiah ketika anak melakukan seuatu yang baik atau berprestasi.
c. Membuat anak merasa disayang.
d. Memperlakukan anak dengan akhlak yang baik.
e. Memenuhi keinginan anak agar itu menjadi pertolongan untuk anak dalam berbuat baik kepada orang tuanya.
f. Berbicara baik dan bertindak seperti anak-anak.
6. Menyiapkan Sarana Wawasan yang Bermannfaat untuk Anak
a. Membuat perpustakaan pribadi untuk anak-anak

Perpustakaan mini ini dapat pendidik isi dengan berbagai karya-karya buku dari orang-orang yang hebat. Bisa mengisikan dengan mulai pendidikan tentang umum dan juga buku-buku tentang kegamaan yang dapat dengan mudah dipahami anak-anak. Banyak penulis yang menuliskan tentang Islam, diantaranya ada Al-Utadz Hasan Al-Bana, Al-Ustadz Sayyid Quthb dan lain-lain.

b. Langganan majalah mingguan atau bulanan

Dalam berlangganan sebuah majalah seorang pendidik hendaknya terlebih dahulu mengetahui bagaimana karakteristik isi dalam majalah tersebut, tentunya majalah harus pantas dibaca oleh anak-anak dengan tidak mengandung konten-konten yang menyimpang atau berbahaya bagi pengetahuan anak ketika membacanya.

c. Mengunjungi museum setiap ada kesempatan

Kunjungan ini dapat memberikan jendela pengetahuan baru bagi anak, yang berkaitan denga peradaban dan wawasan sejarah.

d. Menggunakan media elektronik

Penggunaan media elekronik pada masa sekarang juga membantu menambah wawasan dan pengetahuan anak. Misal saja sekarang dengan media DVD pendidik dapat memutarkan sebuah film yang berisikan pengetahuan yang baik bagi anak, misal tentang sejarah, sains dan juga kisah-kisah Nabi. Anak-anak akan merasa lebih senang ketika menggunakan media lain dalam mempelajari sesuatu.

e. Menggunakan alat peraga

Penggunaan alat peraga disini dapat berupa berbagai macam jenisnya. Misal menggunakan gambar atau foto-foto tentang peradaban Islam, mengungkap fakta-fakta sains dan lain sebagainya.
Dalam al-Qur’an juga ditemukan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa pentingnya sarana dan prasarana atau alat dalam pendidikan. Makhluk Allah berupa hewan yang dijelaskan dalam al-Qur’an juga bisa menjadi alat dalam pendidikan. Seperti nama salah satu surat dalam al-Qur’an adalah an-Nahl yang artinya lebah. Dalam ayat ke 68-69 di surat itu Allah menerangkan yang artinya adalah sebagai berikut :

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (٦٨)ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٦٩)

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

Jelaslah bahwa ayat di atas menerangkan bahwa lebah bisa menjadi media atau alat bagi orang-orang yang berpikir untuk mengenal kebesaran Allah yang pada gilirannya akan meningkatkan keimanan dan kedekatan (taqarrub) seorang hamba kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW dalam mendidik para sahabatnya juga selalu menggunakan alat atau media, baik berupa benda maupun non-benda. Salah satu alat yang digunakan Rasulullah dalam memberikan pemahaman kepada para sahabatnya adalah dengan menggunakan gambar.

C. Sarana Pendidikan Pada Masa Rasulullah

1. Rumah

Rumah sebagai salah satu sarana dan prasarana pendidikan dikuatkan oleh sabda Rasulullah SAW. Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya mengajarkan bahwa hendaklah setiap orang menyinari rumahnya dengan bacaan al Qur’an, sebagaimana sabdanya:

Dari Anas berkata: telah berkata Rasulullah SAW, sinarilah tempat tinggalmu dengan shalat dan bacaan al Qur’an.
Dengan demikian setiap keluarga hendaknya menjadikan rumah sebagai salah satu sarana dalam mendidik anak-anak mereka khususnya dengan pendidikan agama, menciptakan kondisi yang sehat bagi pertumbuhan jiwa agama, membiasakan shalat berjamaah dan memperbanyak bacaan al Qur’an.

2. Masjid

Dalam kamus Arab-Indonesia, masjid berasal dari kata “sajada” yang berarti membungkuk dan hikmat. Menurut Sidi Ghazalba masjid adalah tempat untuk bersujud. Sujud adalah pengakuan ibadah lahir dan batin. Sujud dalam pengertian lahir bersifat gerak jasmani, sujud dalam pengertian batin berarti pengabdian. Keberadaan masjid sangat penting sepanjang sejarah Islam. Fungsinya bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan pendidikan dan sosial kemasyarakatan.

3. Al-Suffah

Al Suffah merupakan suatu tempat yang berdampingan dengan masjid. Tempat tersebut menjadi tempat tinggal para sahabat miskin yang tidak memiliki rumah. Mereka yang tinggal di al suffah ini disebut ahl al suffah. Mereka adalah para penuntut ilmu. Di tempat inilah dilangsungkan proses pendidikan.

Banyak yang menyebut bahwasanya ahl al suffah adalah generasi sufi pertama dalam Islam. Istilah sufi sendiri ada yang berpendapat berasal dari kata ahl al suffah. Al suffah adalah bangku yang dijadikan alas tidur mereka dengan berbantal pelana. Mereka adalah sekelompok sahabat yang mendiami bilik-bilik yang disediakan Rasulullah SAW di sekitar masjid Nabawi. Seluruh waktu mereka dipergunakan sebanyak-banyaknya untuk hal-hal yang bermanfaat dan seluas-luasnya untuk memahami ajaran Islam. Ahl al suffah bukanlah sekelompok umat yang istimewa atau diistimewakan, mereka juga bekerja, berperang bahkan diantara mereka adalah panglima perang dan periwayat hadis. Sikap yang menonjol pada sahabat dan ahl al suffah adalah zuhud. Jumlah mereka bervariasi dari waktu ke waktu. Mereka bertambah saat delegasi berdatangan ke Madinah. Penghuni permanen kira-kira 70 orang, tetapi jumlah mereka bertambah setiap saat.

KESIMPULAN

Sarana pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang membantu bagi pendidik dalam menyampaikan suatu pengetahuan agar dapat tersampaikan kepada anak didik sesuai dengan tujuan yang telah dimaksudkan. Dalam pemilihan sarana pendidikan hendaknya seorang pendidik juga harus mempertimbangna berbagi hal sebelumnya, misalnya mempertimbangkan apakah sarana yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak atau tidak. Sudah sepantasnya pendidik atau orang tua dapaat memfasilitasi sarana bagi anak dalam menggapai cita-cita mereka.
Sarana pendidikan ketika masa Rasulullah SAW dapat kita ketahui ada masjid, rumah dan lain sebagainya. Dimana kesemua sarana tersebut dahulu digunakan selain sebagai tempat penyebaran ajaran agama Islam, tetapi juga sebagai tempat berlangsungnya menimba pendidikan.