Potensi Pakaian dan Makanan di Bulan Ramadhan

Potensi Pakaian dan Makanan di Bulan Ramadhan – Ternyata ramadhan bukan hanya soal urusan puasa dari imsak sampai maghrib, bukan hanya shalat tarawih dan soal lailatul qadar yang mulianya lebih dari seribu bulan itu. Dalam aspek ekonomi ternyata bulan Ramadhan terdapat potensi ekonomi yang sangat-sangat besar.

Saya jadi teringat dalam sebuah sarasehan budaya yang bertemakan ekonomi, dimana saat itu seorang pekerja pengiklanan di suatu perusahaan menceritakan bahwa beberapa bulan sebelum bulan ramadhan, perusahaan sudah menyiapkan teknik dan strategi yang begitu matang.

Kalau kita cermati, hampir semua produk mengalami peningkatan omset penjualan. Mulai dari kebutuhan pokok sampai dengan tersier. Dari makanan sampai dengan aksesoris penunjang penampilan. Namun yang paling mencolok dari semua jenis kebutuhan adalah makanan dan pakaian

Potensi makanan

Dalam bulan ramadhan memang kita dialarang untuk makan dan minum selama kurang lebih 14 jam dalam sehari. Namun ternyata berkurang jam makan tersebut tak mengurangi juga kuantitas makanan. Kita hanya memindahkan jam makan dari sebelumnya siang hari ke malam hari, bahkan cenderung akan lebih konsumtif untuk urusan mengisi perut ini.

Baca Juga : 15 Makanan Khas Banyumas, Dijamin Ngapak

Dibulan puasa, orangakan cenderung memanjakan perut mereka dengan makanan yang enak-enak. Bisa jadi sebagai penghargaan karena seharian mereka kelaparan dan kehausan atau mungkin juga sebagai ajang balas dendam ketika berbuka puasanya.

Begitu besar kebutuhan akan makanan membuat banyaknya pedagang dadakan. Sore hari menjelang berbuka puasa, di tempat-tempat keramaian banyak pedagang dadakan itu membuka lapak takjil. Yaps, takjil seolah menjadi menu wajib yang dari dulu sudah membuadaya. Takjil sudah menjadi bagian identitas bulan puasa.

takjil
takjil

Belum lagi makanan awet seperti macam-macam kue. Nastar, wafer, biskuit, bolu, dll adalah makanan yang pasti ada ketika bulan puasa khususnya menjelang akhir. Orang-orang akan membeli beberapa toples sebagai bingkisan ataupun persediaan sebagai suguhan tamu ketika hari lebaran nanti tiba.

Dengan begitu banyaknya permintaan, maka akan semakin mahal pula harga suatu barang, sesuai hukum permintaan. Bisa kita buktikan dengan berita di televisi yang selalu menyiarkan kenaikan barang jelang atau pada bulan Ramadhan. Setiap tahun selalu begitu dan pemerintah belum juga dapat mengendalikan harga pasar tersebut.

Pakaian baru sebagai barang wajib

Selain makanan, pakaian juga menjadi potensi pasar yang sangat besar. Budaya lebaran memakai baju baru sudah sangat mengakar di benak orang-orang Indonesia. Entah apa sebabnya, yang jelas itu sudah menjadi kebiasaan, khususnya bagi orang-orang desa seperti saya ini, hehe

Baca Juga : Asyiknya Bulan Ramadhan di Pedesaan

Pak lik ku kebetulan menjadi pedagang pakaian di kampong. Pada hari-hari biasa paling omset penjulannya sehari paling sehari sekitar 500 ribu sampai satu jutaan, pendapatannya meningkat drastis menjadi minimal 2 juta dalam sehari ketika bulan Ramadhan.

Bagi orang kota yang dekat dengan pusat-pusat perbelanjaan, bulan Ramadhan mungkin akan dianggap biasa saja dalam hal belanja. Tapi bagi orang-orang daerah, bulan Ramadhan akan digunakan sebagai moment belanja sandang mereka. Apalagi bagi orang yang merantau, memanjakan diri dengan pakaian yang bagus menjadi obat dan penghargaan atas kerja keras sepanjang tahun yang sudah dilakukan.

Baca Juga : Potensi Bisnis Pakaian di Desa

Para pengusaha pakaian mengerti betul potensi dan peluang yang ada, mereka akan memberikan diskon dan promo-promo lainnya. Bisa dibilang, bulan Ramadhan adalah musim panen uang bagi mereka.

 

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.