Metode Pembelajaran Al Qur’an : Al Barqy, Qiroati, Iqra, Al Baghdadi, Manhaji

METODE-METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

A. Metode Al Barqi

Al-Barqi adalah merupakan metode dalam mendalami dan memahami tata bahasa arab dan pemberian makna dengan efektif dan efisien. Al-Barqi menampilkan cara belajar mendalami dan membaca Al-Qur’an dengan cepat, maka dari itu metode ini di namakan Al-Barqi (kilat). Dari dahulu sampai sekarang masih banyak orang yang menggunakan metode tradisional, step by step tentunya itu membutuhkan waktu yang lama dan melelahkan. Kami disini menyusun buku yang berisi metode mendalami dan membaca kitab kuning bagi pemula dengan mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan yang lain. Pertama anak dimnta memahami rumus metode tersebut yang membutuhkan waktu kira2 2 jam, setelah itu, kemudian dilanjutkan dengan pemahaman tentang rumus dibutuhkan waktu kira2 4 jam, kemudian  yang  terakhir  adalah  penerapan  rumus  tersebut  kedalam  tatabahasa arab yang tidak ada syakal (harakat). Demikian sekilas info tentang metode terbaru dalam mendalami dan memahami Tata Bahasa Arab dengan cepat bagi pemula.

Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca al-Qur’an yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Metode ini disebut ANTI LUPA karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf / suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI.
Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat MEMPERMUDAH dan MEMPERCEPAT anak / siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Al Qur’an menjadi semakin singkat.
Buku Al-Barqy memiliki beberapa kelebihan dari buku tersebut, antara lain: 
  1. Menggunakan sistem 8 Jam, artinya hanya dengan waktu 8 jam murid dapat membaca dan menulis huruf Al-Qur’an. 
  2. Praktis untuk segala umur.
  3. Menggunakan metode yang aktual yaitu SAS (Struktur Analitik Sintetik) yang memudahkan murid belajar Al-Qur’an. 
  4. Memperhatikan pendekatan, sistematika dan teknik dalam pembelajaran.
  5. Cepat dapat membaca huruf sambung.
  6. Bukunya dilengkapi teknik imlak yang praktis dan teknik menulis khat, serta dilengkapi dengan  buku latihan menulis  Al BARQI  (LKS), 
  7. Tidak membosankan karena ada teknik-teknik yang akurat dan menarik seperti: menyanyi, permainan dan lain-lain. 
  8. Sangat cepat jika dipakai klasikal, bahkan massal. 
Langkah-langkah penerapan metode Al Barqi yang dapat dilakukan adalah, sebagai berikut:
  1. Langkah pertama: guru meminta siswa untuk menghafalkan terlebih dahulu beberapa kata kunci dalam metode Al-Barqy. Kata kunci tersebut merupakan struktur yang terdiri dari huruf-huruf hijaiyah. Contohnya: ADA RAJA – MAHA KAYA – KATA WANA – SAMA LABA. (Halaman 1-6 dalam buku Al Barqy) Guru membacakan kata-kata kunci tersebut dengan cara menyanyikannnya kemudian diikuti oleh peserta didik. Sehingga peserta didik merasa belajar Al-Quran sangat menyenangkan dengan cara bermain, bernyayi sambil belajar.
  2. Langkah kedua: setelah peserta didik sudah mampu menghafalkan kata-kata kunci tersebut, kemudian guru menuliskannya di papan tulis. Contohnya : ا د ر ج م ح ك ي ك ت و ن س م ل ب . Selanjutnya guru meminta siswa untuk membacakan huruf-huruf tersebut, karena sebelumnya peserta didik sudah menghafalkan kata kunci, maka huruf-huruf hijaiyyah yang dituliskan guru mampu dibaca peserta didik dengan sangat lancar sambil menyayikannya.
  3. Langkah ketiga : guru meminta siswa untuk menuliskan kata-kata kunci tersebut dengan huruf hijaiyah. Sebagai permulaan guru meminta siswa mengikuti contoh tulisan huruf tersebut (Halaman 1-6 dalam buku Al-Barqy) selanjutnya guru meminta siswa menutup buku Al-Barqy dan membuka lembaran baru yang kosong kemudian guru menyebutkan salah satu huruf dengan acak dan siswa menuliskannya di lembaran kosong dengan cara guru mendikte dan siswa menulis sambil menyebutkan huruf yang ditulisnya berulang kali sampai hafal.
  4. Langkah keempat : guru meminta siswa satu persatu untuk membaca huruf-huruf tersebut dengan cara guru menunjukan huruf-huruf tersebut dengan tidak teratur. Contohnya : س ج م ح ك ا ي ك و د ن م ل ب ت ر 
Penerapan metode Al-Barqy secara spesifik dan rinci adalah sebagai berikut:
1). Fase Analitik A:
  • Guru mengucapkan kata lembaga (struktur) pada halaman 1 lajur A, yaitu : ا د ر ج (tidak boleh dieja), murid menirukan sampai hafal. Untuk lebih menarik, murid disuruh memejamkan mata, lalu mengucapkan kata lembaga dan menghafal. (Setelah ini, murid memiliki pengetahuan tersedia, dan guru tinggal mendorong saja, yang seolah-olah tanpa mengajar lagi)
  • Murid disuruh mengucapkan kata lembaga yang telah hafal tadi dan melihat papan tulis yang tersedia tulisan seperti pada halaman 1 pada buku Al Barqy (lebih baik membawa tulisan pada karton yang tinggal menempelkan pada papan tulis atau turunan dari halaman 1)
  • Ketika anak mengucapkan kata lembaga (a-da-ra-ja), maka guru menunjuk pada suku-suku kata dari kata lembaga tersebut yang telah terpampang di papan tulis
  • Begitu berulang-ulang, kadang-kadang cepat dan kadang-kadang lambat.
2). Fase Analitik B:
  • Kata lembaga dibagi dua, yaitu a-da dan ra-ja (lihat lajur B pada Buku Al Barqy)
  • Guru menunjuk dua suku kata saja, yaitu a-da. Begitu berulang-ulang dan dibolak-balik, yaitu a-da, da-a, dan seterusnya. Begitu pula dua suku yang lain, yaitu ra-ja, ja-ra, dst.
  • Kata lembaga dibagi dalam tiap-tiap suku kata, yaitu : a, da, ra, dan ja (lihat lajur C)
  • Lajur D untuk mematangkan anak, pada bunyi tiap-tiap huruf, yaitu a-a-a, da-da-da, ra-ra-ra, ja-ja-ja.
  • Guru mengadakan evaluasi, yaitu dengan menunjuk huruf tertentu dan anak mengucapkannya.
  • Membaca huruf-huruf yang disambung dan dibolak-balik (lihat lajur E)
3).  Fase Sintetik
Yaitu satu huruf (suku) digabung dengan suku yang lain, sehingga berupa suatu bacaan (lajur F).
Keterangan : Begitulah kata lembaga yang lain diperlukan.
  • Jumlah kata lembaga hanya 4 (empat), yaitu :
          A-DA-RA-JA = pada halaman 1
          MA-HA-KA-YA = pada halaman 2
          KA-TA-WA-NA = pada halaman 5
          SA-MA-LA-BA = pada halaman 6
  • Tiap dua kata lembaga diajarkan (dimana dua kata lembaga itu merupakan rangkaian kalimat untuk memudahkan menghafalkan), maka dibuat sintesa berupa bacaan (lihat halaman 3 dan 7 pada buku metode Al Barqy )
          Halaman 3 diambil dari dua kata lembaga, yaitu
          A-DA –RA-JA MA-HA-KA-YA
          Halaman 7 diambil dari dua kata lembaga, yaitu
          KA-TA-WA-NA SA-MA-LA-BA
4).  Fase Penulisan
  • Murid menebali tulisan yang samar-samar, seperti ا د ر ج dengan pensil
  • Guru menunjukkan jalan pena menurut arah panah, jangan sampai terbaik.
  • Setelah dianggap baik, anak menulis dikertas lain (lihat halaman 1, 2, 5, 6, 13, 14,   17, 18 pada lajur J dan halaman 4, 8, 16, 20 pada lajur B, D, F, H)
  • Pada lajur J dikenalkan beberapa variasi bentuk huruf. 
  • ححح – ممم – ععع 
5).   Fase Pengenalan Bunyi a – i – u (fathah, kasroh, dhommah)
Dalam mengenalkan bunyi dan tanda-tanda tersebut melalui tiga tahap, yaitu :
  • Tahap Pertama :
           adaraja – mahakaya – katawana – samalaba
           idiriji – mihikiyi – kitiwini – similibi
           uduruju – muhukuyu – kutuwunu – sumulubu
  • Tahap Kedua :
           adaraja – idiriji – uduruju

  • Tahap Ketiga :
           a – i – u ; da – di – du; ja – ji – ju dan seterusnya (lihat halaman 9)
6). Fase Pemindahan
Untuk memudahkan pengenalan bunyi Arab yang sulit, maka didekatkan dengan bunyi-bunyi bahasa Indonesia yang berdekatan. Yaitu ditulis diatas bunyi huruf bahasa Indonesia, misal د , maka dibawahnya ditulis ذ, dan diatas ditulis س dibawahnya ditulis ش dengan anak panah menurun (lihat halaman 13, 14, 17, 18 pada lajur A dan B).
7). Fase Pengenalan Tanwin
Dalam mengenalkan huruf-huruf Tanwin guru menggunakan istilah akhiran N untuk mempermudah siswa memahami. Harakat ganda berbunyi n atau menggunakan istilah akhiran N (tanwin). Perlu diingatkan, bahwa tanwin itu hanya ada pada suku terakhir dari kata. Jadi tak ada yang diawali atau ditengah (halaman 11, 12, dan 21)
8). Fase Pengenalan Mad (bacaan panjang)
Pada pengenalan Mad didahulukan sebelum sukun. Ia harus dimatangkan terlebih dahulu sebelum sukun dan syaddah. Untuk sementara agar memudahkan anak, diatas bacaan panjang diberi tanda (**) dan tanda pendek diberi tanda (*).
Dalam latihan atau pekerjaan rumah, anak disuruh memberi tanda bacaan tersebut pada kalimat atau ayat. Jika benar, berarti anak sudah mengerti, mana yang harus dibaca panjang dan mana yang harus dibaca pendek (halaman 24, 25 dan 28).
9). Fase Pengenalan Sukun
Dalam mengenalkan sukun guru memberikan contoh dengan cara melaui logika titian unta. Kemudian siswa mengikutinya. Sebagaimana pada halaman 29, 30, 34, 35 pada buku Al Barqy.
Cara mengenalkan sukun dengan membuat titian unta, yaitu :
SA-BA berubah menjadi SA+B=SAB
(halaman 29, 30 dan 34, 35) pada halaman 33 dibuat latihan membaca untuk mefasihkan tiap huruf (drill). Dapat dilagukan seperti membaca Al Quran (halaman 36 dan 37).
10)  Fase Pengenalan Syaddah
Dalam mengenalkan syaddah guru memberikan contoh. Kemudian siswa SDIT Taruna Al-Quran mengikutinya. Sebagaimana pada halaman 41 pada buku Al Barqy.
Untuk mempermudah siswa dibuat titian unta seperti pada sukun
Contohnya : MA+S+SA=MASSA
11)  Fase Pengenalan Nama Huruf
Cara mengenalkan atau membaca nama huruf harus dengan al. Jadi al-ba’ bukan hanya ba’, al-jim. Hal ini untuk segera dapat membedakan mana yang Qomariyyah dan mana yang Syamsiyyah (halaman 46). Pada halaman 47 dan 48 dibuat latihan.
12). Fase Pengenalan Qashidah Huruf Hijaiyyah
Dalam mengenalkan Qashidah huruf-huruf hijaiyah. guru memberikan contoh. Kemudian siswa mengikutinya. Sebagaimana pada halaman 51 pada buku Al Barqy. Dibaca dengan lagu hingga anak mudah menghafal.
13). Fase Pengenalan Huruf yang tidak dibaca atau dilewati
Dalam mengenalkan tidak dibaca guru memberikan contoh. Kemudian siswa mengikutinya. Sebagaimana pada halaman 50 pada buku Al Barqy.
Huruf yang tidak mendapat tanda aksi (harakat) tidak dibaca.
Biasanya : ا – ل – و – ي 
14). Fase Pengenalan Bacaan yang Musykil
Dalam mengenalkan bacaan yang musykil guru memberikan contoh bacaan yang musykil. Kemudian siswa mengikutinya. Sebagaimana pada halaman 52 pada buku Al Barqy.
15). Fase Pengenalan Huruf-huruf Putus
Dalam mengenalkan huruf-huruf putus guru memberikan contoh tulisan cara memutus huruf. Kemudian siswa mengikutinya. Sebagaimana pada halaman 53 pada buku Al Barqy.
16). Fase Pengenalan Waqaf
dalam mengenalkan tanda-tanda wakof guru memberikan menuliskan dan memberikan contoh sebagaimana pada halaman 54 buku Al-Barqy.
17). Fase Pengenalan Tajwid Sederhana (halaman 55)
Guru menggunakan simbol-simbol tajwid dengan praktis sebagaimana yang terdapat dalam buku Al-Barqy halaman 55.
18). Fase Pengenalan Menyambung
Dalam mengenalkan huruf sambung guru memberikan contoh tulisan cara menyambung huruf. Kemudian siswa mengikutinya. 
Untuk dapat menyambung, hanya diperlukan menghafal 5 kunci menulis (halaman 60). Sedangkan teknik penyambungan lihat halaman 61.
19). Fase Pengenalan Bentuk Tulisan Hamzah, (halaman 62) .

B. Metode Qiroati

Sejarah penemuan dan penyusunan Metode Qiraati membutuhkan perjalanan masa yang cukup lama dengan usaha, penelitian, pengamatan, dan uji coba selama bertahun-tahun. Dengan penuh ketekunan dan kesabaran Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi selalu mengadakan pengamatan dan penelitian pada majlis pengajaran Al Qur-an di mushalla-mushalla, masjid-masjid, ataupun majlis tadarus Al Qur-an. 
Dari hasil pengamatan dan penelitian ini beliau mendapatkan masukan-masukan dalam penyusunan Metode Qiraati, di mana hal-hal yang dirasa perlu dan penting untuk diketahui dan dipelajari anak-anak beliau tulis, beserta contoh-contohnya yang kemudian diujicobakan kepada anak didiknya. Sehingga penyusunan Metode Qiraati ini bukan berupa satu paket buku sekali jadi dari hasil “otak-atik akal” melainkan dari hasil pengamatan, penelitan, dan percobaan, sehingga Metode Qiraati ini mempunyai gerak yang dinamis sesuai kebutuhan dan perkembangan. 
Bermula dari panggilan hati Bapak Dachlan Salim Zarkasyi sebagai seorang muslim untuk mengajar ngaji (membaca Al Qur-an) kepada anak-anaknya sendiri dan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Beliau mulai mengajar ngaji ini pada tahun 1963. Pada saat itu beliau mengajar dengan Kitab Turutan (Metode / Kaidah Baghdadiyah) sebagaimana umumnya guru-guru ngaji di Indonesia. 
Namun ternyata dalam mengajar dengan Kitab Turutan ini beliau merasa kesulitan sehingga tidak diperoleh hasil yang memuaskan. Dimana anak cenderung hanya sekadar menghafal dan tidak paham masing-masing huruf, sehingga anak tidak membaca sendiri, tetapi harus dituntun dalam membaca Al Qur-an. 
Dari rasa tidak puas dengan Kaidah Baghdadiyah yang diajarkan dengan cara dituntun ini, timbul gagasan pemikiran di benak beliau bagaimana cata mengajarkan membaca Al Qur-an dengan cara yang lebih mudah dan berhasil dapat membaca Al Qur-an dengan tartil. 
Untuk itu membeli buku-buku yang katanya praktis dan memudahkan orang belajar membaca Al Qur-an, untuk diajarkan kepada anak didiknya. Namun setelah dipelajari tidak ada satupun buku yang dipergunakan untuk mengajar, karena dalam buku-buku tersebut hanya diajarkan sekedar bias membaca huruf Al Qur-an dan tidak akan menghasilkan anak dapat membaca Al Qur-an dengan bacaan tartil. Dan yang lebih merisaukan beliau adalah contoh-contoh yang diberikan menggunakan kalimat dalam bahasa Jawa ataupun bahasa Indonesia, bukan dengan bahasa Arab ataupun bahasa Al Qur-an. Karena tidak ditemukan buku yang dikehendaki, tercetuslah gagasan untuk menyusun metode yang berbeda dengan metode-metode yang sudah ada sebelumnya. 
KH. Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca al-Qur’an untuk TK al-Qur’ag dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qira’ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira’ati. Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian diperluas. Kini ada Qiraati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.
Secara umum metode pengajaran Qiro’ati adalah :
  • Klasikal dan privat
  • Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa  membaca sendiri (CBSA)
  • Siswa membaca tanpa mengeja.
  • Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.
Hal penting dalam metode Qiroati, adalah :
  1. Penerapan metode qiroati adalah sebelum pelaksanaan metode qiroati ini diterapkan yang dilakukan oleh para ustadzah yaitu harus mendapatkan syahadah terlebih dahulu dan dengan deres tiap malam serta menyediakan media yang akan digunakan, dalam penerapan metode qiroati ini pada setiap jilidnya terdapat materi pelajaran dan cara mengajarnya, selain itu juga terdapat pokok pelajaran di setiap jilidnya, menggunakan strategi klasikal dan individual.
  2. Dalam bacaan qiroati akan dinilai setiap hari dan dicatat hasil yang telah di capai santri, setelah qiroati dlaksanakan maka santri menulis qiroati 1 / 2 halaman, diadakannya imtihan setiap tahun dan diadakannya imtas bagi yang sudah lulus gharib. 

C. Metode Baghdadiyah

Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air. Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yangmudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ).

Secara garis besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkansecara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar ) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode inidiajarkan secara klasikal maupun privat.

Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain :
  • Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif
  • 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral.
  • Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
  • Ketrampila mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri
  • Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain :
  • Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami beberapa modifikasi kecil.
  • Penyajian materi terkesan menjemukan
  • Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman siswa
  • Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Al-Qur’an

D.  Metode Iqra’

Metode iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqro’ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengan  tujuan untuk meudahkan setiap peserta didik (santri) yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang akan menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro; ini termasuk salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat Indonesia. 
Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur’an.
Bagi kebanyakan umat Islam Indonesia, nama K.H. As’ad Humam sudah tidak asing lagi karena karyanya berupa metode praktis membaca Al-Qur’an serta lembaga pendidikan TKA (Taman Kanak-kanak Alqur’an) dan TPA (Taman Pendidikan AlQur’an) telah menyebar keseluruh Indonesia, ke Malaysia dan mancanegara lainnya. Bahkan di Malaysia metode Iqro ditetapkan sebagai kurikulum wajib di sekolah. 
Pria yang lahir tahun 1933 yang cacat fisik sejak remaja ini ternyata  sebagai penemu Metode Iqro yang menghebohkan banyak kalangan. Banyak para penguji  mencoba  mengadakan pengujian terhadap keakuratan  metode ini. Ternyata karena selain sererhana dengan metode iqro sangat mudah mempelajari Al-Qur’an.
Menurut Meneg, K.H. As’ad Humam yang hanya lulusan kelas 2 MadrasahMualimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setinggi SMP)  ini juga bisa disebut “pahlawan”, yakni pahlawan penjaga kelestarian Al-Qur’an dan pahlawan yang telah membebaskan jutaan anak Indonesia dari buta Al-Qur’an. Berkat hasil karyanya ini jutaan anak muslim Indonesia dengan mudah mempelajari Al-Qur’an. Sebelum K.H. As’ad Humam meluncurkan metode Iqro’ memang sudah ada metode membaca Al-Qur’an yang dimanfaatkan oleh umat islam Indonesia antara lain dalam metode Juz Amma, methode  Al-Banjary, methode Al-Barqy dan banyak methode lainnya.  K.H. As’ad Humam dalam menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang saudah ada sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro  muncul, sekitar tahun 1988 langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang digunakan juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca Al-Qur’an dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK umumnya belum bisa membaca Al-Qur’an. 
Pada awal Februari  tahun 1996 dalam usia 63 tahun  sang penemu metode ini  K.H. As’ad Humam telah dipanggil Allah SWT. Dan menghembuskan nafas terakhirnya  di Bulan Suci Ramadhan hari Jum’at(2/2) sekitar Pukul 11:30 memang, dimana sejak 14 Desember tahun l1995  ia  telah sakit dan pernah diopname di Rumahsakit Muhammadiyah Yogyakarta sekitar 2 bulan.  Jenazah KH. As’ad Humam dishalatkan di mesjid Baiturahman Selokraman Kota Gede Yogya tempat ia mengabdi. 
Pada saat pelepasan menuju tempat peristirahatan terakhir jenazah bapak 6 anak dan kakek 10 benar-benar dikenang masyarakat luas baik masyarakat Indonesia maupun mancanegara. Hal ini terbukti pada sambutan Menteri Agama RI yang saat itu Dr. H. Tarmizi Taher  yang dibacakan Kakanwil Daerah Istimewa Yogyakarta Muhda Hadisaputro SH pada  saat upacara pemakaman. Ia menjelaskan dalam pidatonya bahwa  Hasil karya K.H. As’ad Humam benar-benar sudah go internasional. Lebih lanjut oleh Menag  RI dijelaskan Metode Iqro selain sudah diterapkan di beberapa negara tetangga, semacam Malaysia, Singapura dan Brunai Darusalam.juga sudah diterjemaahkan kedalam berbagai bahasa, bahkan dilakukan penjagaan penggunaannya oleh kalangan muslimin di Amerika Serikat. 
Tak mengherankan kalau metode iqro berkembang pesat. Sampai saat ini (data penulis tahun 2007) tercatat 30 ribu TKA/ TPA. Dengan santri mencapai 6 juta lebih menerapkan metode ini. Bulan Juli tahun  1995  Presiden Soeharto mewisuda ribuan santri TKA/TPA. Wakil persiden juga melakukan hal yang serupa di Yogya dalam berbagai even misalnya MTQ juga acap menampilkan santri TKA yang mendemonstrasikan kemampuan mereka membaca Al-Qur’an. 
Metode Iqro memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak orang. Pemerintah sendiri juga telah menganugrahkan  penghargaan kepada K.H. As’ad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991 Mentri Agama RI (waktu H Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang didiriakn K.H. As’ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai Balai Latihan dan pengembangan dan lembaga pengembangan Tilawatil Qur’an.
Dari waktu kewaktu metode Iqro semakin memasyarakat. Bukan saja masyarakat sekitar yang memanfaatkannya, tetapi merembet masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar YID, bahkan akhirnya merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode ini antara lain karena keihklasan K.H. As’ad Humam dan para anak buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang merupakan markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan  metode ini.
Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur’an. Selain itu, didalam masing-masing jilid dari buku panduan Iqro’ ini sudah dilengkapi dengan bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri.
Ada 10 macam sifat-sifat buku Iqro’ yatu :
  1. Bacaan langsung.
  2. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
  3. Prifat
  4. Modul
  5. Asistensi
  6. Praktis
  7. Sistematis
  8. Variatif
  9. Komunikatif
  10. Fleksibel
 Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
  1. TK Al-Qur’an
  2. TP Al-Qur’an
  3. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
  4. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur’an
  5. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
  6. Digunakan di majelis-majelis taklim
 Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro’ adalah:
  • Kelebihan: 
  1. Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
  2. Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
  3. Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan.
  4. Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
  5. Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
  • Kekurangan 
  1. Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
  2. Tak ada media belajar
  3. Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
Setiap metode pembelajaran yang digunakan tentu memiliki metode tersendiri, namun secara umum metode pelaksanaan pembelajran untuk membuka pembelajran itu sama, seperti pemasangan niat, berdoa, berwudhu dan lain-lain, namun dalam kegiatan intinya yang memilki teknik-teknik atau langkah-langkah masing-masing yang berbeda setiap metode pembelajaran.
Adapun proses pelaksanaan pembelajaran metode ini berlangusng melalui tahap-tahap sebagai berikut:  Ath Thoriqah bil Muhaakah, yaitu ustadz/ustadzah memberikan contoh bacaan yang benar dan santri menirukannya.  Ath Thoriqah bil Musyaafahah, yaitu santri melihat gerak-gerik bibir ustadz/uztadzah dan demikian pula sebaliknya ustadz/ustadzah melihat gerak gerik mulut santri untuk mengajarkan makhorijul huruf serta menhindari kesalahan dalam pelafalan huruf, atau untuk melihat apakah santri sudah tepat dalam melafalkannya atau belumAth Thoriqoh Bil Kalaamish Shoriih, yaitu ustadz/ustadzah harusmenggunakan ucapan yang jelas dan komunikatif. Ath thriqah bis Sual Limaqoo Shidit Ta’limi, yaitu ustadz/ustadzah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan santri menjawab atau ustadz/ustadzah menunjuk bagian-bagian huruf tertntu dan santri membacanya

E. Metode Manhaji

Metode ini merupakan metode yang sederhana bagi mereka yang berkeinginan mendalami dan mengkaji Al-Qur’an. metode yang dibuat oleh M. Anas Adnan adalah metode yang diawali dengan cara yang sederhana dan mudah kemudian semakin meningkat. 
Hal-hal terkait dengan pembelajaran Al Qur’an dengan metode manhaji adalah sebagai berikut:
METODE BELAJAR
  • Menyiapkan kelas, idealnya maksimal 15 orang dalam satu kelas
  • Landasan teori dengan pendekatan CBSA mula-mula siswa diajak membaca satu ayat kemudian belajar mengartikan kata demi kata dalam ayat tersebut. 
  • Landasan praktek, dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
  1. Tahap analitik (Tahap membaca, tahap mengartikan kata demi kata, tahap memahami ayat)
  2.  Tahap sintetik (Merangkai antar ayat dengan ayat sebelumnya.)
  3. Tahap evaluasi (Evaluasi secara klasikal dan individual secara sporadis dan spontanitas dari awal materi hingga akhir dalam tatap muka.)
JENJANG PENDIDIKAN
1. Tingkat dasar
Separoh jus 1 (1-66) mengartikankata demi kata dengan dijelaskan makna dari kata itu merupakan arti sesungguhnya, kiasan, atau perumpamaan dan sebagainya. Ayat 67-141 mengartikan kata demi kata dan pengenalan isim, fi’il, dan huruf
2. Tingkat menengah
Mempelajari teknik mengartikan kata-kata (kalimah) ditambah cara mengubahnya. Separo jus II (143-202) mengartikan kata demi kata sudah tisdak perlu lagi hanya teks ayatnya masih dipotong-potong. Mengnali fi’il jamid dan mutasharif berikut cara mengubahnya. Ayat 203-254 mengartikankata-kata dan mengenalkan yang musytaq.
3. Tingkat atas
Mulai mengenal susunan kalimat
4. Tingkat tinggi
Mulai dengan aplikasi ilmu balaghah dengan tahap ilmu al ma’ani, ilmu bayan dan ilmu badi’

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.