MEMBRAN EKSTRA EMBRIONAL KADAL (Mabouya multifasciata)

MEMBRAN EKSTRA EMBRIONAL KADAL (Mabouya multifasciata) – Membran ekstra embrional merupakan membran atau selaput seluler yang dibentuk bersamaan dengan perkembangan embrio serta memiliki peran yang penting. Srukturnya dibentuk dari jaringan embrional tetapi tidak menjadi bagian tubuh organisme pada periode setelah kelahiran ataupun penetasan. Membran ekstra embrional memiliki peranan vital dalam perkembangan embrio yaitu sebagai sarana untuk mengeluarkan sisa metabolisme, mentransfer nutrisi dari induk kepada embrio, dan perlindungan dari faktor  kimia,  fisik maupun biologis (Daniel, 2007).

Penyusun selaput ekstra embrionik yaitu saccus vitellinus, amnion, chorion dan allantois. Saccus vetellinus berisi yolk (pada Sauropsida & Monotremata), berperan sebagai nutritif, endoderm, PGC bermigrasi, mengandung enzim pencerna yolk yang diserap satu minggu pascatetas. Mesoderm splanknik merupakan tempat awal pembentukan pembuluh darah, butir‐butir darah dan pembuluh darah vitelin (pengalir yolk & tempat diapedesis BSK pasif). Adapun lapisan penyusunnya  yaitu splanknopleura (endoderm berada di sebelah dalam, sedangkan splanknik berada di luar) (Nalbandov, 1976).

MEMBRAN EKSTRA EMBRIONAL

Amnion berisi cairan amnion, berperan sebagai pelindung langsung embrio, menjaga dari kekeringan, mencegah dari guncangan, tekanan dan menjaga suhu pada uterus. Cairan amnion pada mamalia merupakan air ketuban yang mengandung air. Sel-sel fetus yang terkelupas, mengandung sedikit albumin, urates, kalsium sebanyak 5,5 mg/100 ml, leukosit, garam-garam organik & anorganik. Terbentuk dari somatopleura yang merupakan lapisan rangkap mesoderma dan endoderma yang melipat kearah dorso-median embrio mulai dari sisi anterior, posterior dal lateral (Nalbandov, 1976).

Chorion merupakan selaput embrio bagian terluar. Bersama alantois di bawah pori-pori cangkang respirasi (O2 ↓ CO2↑), pada sauropsida menyerap Ca untuk rangka embrio, cangkang rapuh pada penetasan. Struktur chorion dibentuk bersamaan dengan dengan pembentukan amnion (Nalbandov, 1976).

Allantois Merupakan selaput embrio yang terbentuk paling akhir, bermula sebagai evaginasi ventral dari usus belakang, tersusun oleh lapisan lembaga endoderm dan mesoderm splanknik, serupa dengan kantung yolk. Allantois dan chorion (korio Allantois) berperan dalam respirasi melalui pembuluh-pembuluh darah allantois. Terjadi juga penyerapan kalsium melalui pembuluh-pembuluh darah tersebut sehingga cangkang kapur akan menjadi rapuh dan hal ini memudahkan penetasan kelak.

Kalsium akan digunakan untuk proses penulangan embrio. Bagian proximal allantois membentuk tangkai allantois yang pangkalnya akan tetap berada dalam tubuh embrio. Bagian distal allantois membentuk kantong yang tumbuh membesar kedalam coelom kestrel embrio, yang hampir memenuhi rongga telur, selain itu allantois berada dibawah chorion. Organogenesis adalah proses pembentukan organ-organ tubuh eksternal dan internal yang berasal dari lapisan-lapisan germinal ektoderm, mesoderm dan endoderm (Monk, 1987).

Yolk sac  dibangun oleh splanknopleura dengan endoderm di sebelah dalam dan mesoderm splanknik di luarnya. Mesoderm splanknik akan terdapat pembuluh-pembuluh darah vitelin. Terbentuknya yolk sac sejalan dengan pelipatan lapisan endoderm yang menjadi atap arkenteron untuk membentuk saluran pencernaan makanan. Fungsi yolk sac adalah sebagai sumber nutrisi selama perkembangan embrio, dan tempat asalnya sel kelamin. Mesoderm splankniknya merupakan sumber sel-sel darah dan merupakan organ hemopoletetik paling awal (Sumantadinata, 1981).

Kadal (Mabouya multifasciata) merupakan hewan ovovipar, yang mana perkembangan embrionya terjadi di dalam telur, kemudian telur menetas di dalam tubuh induk. Pembelahan meroblastik pada sel telur reptil yang kaya kuning telur dan bercangkang, hanya terbatas pada cakram kecil sitoplasma pada kutub animal. Tudung sel (blastodisk) membentuk dan memulai gastrulasi dengan pembentukan primitive streak. Dari pembelahan tersebut terbentuk embrio dan empat lapisan ekstra embrional (korion, amnion, alantois dan yolk sac) (Novianto, 2012).

Membran ekstra embrio kadal terdiri dari empat membran utama. Masing-masing dari empat membran utama yang menyokong embrio merupakan lembaran sel-sel yang berkembang dari lembaran epitelium yang berada di sisi luar embrio. Kantung kuning telur atau disebut juga saccus vitellinus meluas diatas permukaan massa kuning telur. Sel-sel kantung kuning telur akan mencerna kuning telur dan pembuluh darah yang berkembang di dalam membran itu akan membawa nutrien kedalam embrio. Lipatan lateral jaringan ekstra embrional menjulur di atas bagian embrio dan menyatu untuk membentuk dua membran tambahan yaitu amion dan korion, yang dipisahkan oleh perluasan ekstra embrional selom. Amnion membungkus embrio dalam kantung yang penuh cairan yang melindungi embrio dari kekeringan dan  bersama-sama dengan korion  menyediakan bantalan bagi embrio agar terlindung dari segala guncangan mekanis. Membran keempat yaitu allantois berasal dari kelipatan keluar perut belakang embrio. Allantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom ekstra embrional dan berfungsi sebagai kantung pembuangan untuk asam urat, yaitu limbah nitrogen yang tidak larut dari embrio.

Pembentukan membran ekstra embrional pada reptil diawali dengan pembentukan kantong yolk (Saccus vitelinus) dinding-dinding dari kantong yolk dibentuk dari splanknopleura yaitu lapisan rangkap mesoderma dan endoderma yang melipat ke arah ventral embrio. Pembentukan amnion, mula-mula terjadi lipatan amnion kepala yang juga menerus kelipatan-lipatan lateral, pada hari kedua terjadi lipatan-lipatan amnion ekor. Kedua macam lipatan ini akan bertemu dan membentuk amnion. Lipatan-lipatan amnion dibangun oleh somatopleura yang dibentuk dari ekto dan mesoderma somatis. Lipatan amnion ekor dibangun oleh dua lapisan terpisah yang disebur serosa (corion), dibangun oleh ekto dan mesoderma. Ektoderma amnion menerus pada kulit janin diantara amnion dan corion terdapat rongga seroamnion (solom ekstra embrional). Corion tumbuh sekitar kantong yolk dan membungkus seluruh kantong yolk tersebut lalu melekat pada cangkanag telur. Allantois terbentuk melalui evaginasi (pelekukan ke arah luar) spanknopleura. Seiring pertumbuhan embrio, kantung allantois membesar dan akan mengisi ruang antara amnion dan corion., selanjutnya dinding allantois bersatu dengan lapisan mesoderma somatis dari corion dan disebut allantocorion (Nishikawa, 2006).

Adnan, 2010. Perkembangan Hewan.  Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar

Campbell, N.A.,Reece, J.B. 2004. Biology, 5th ed. San Francisco, Benjamin Cummings.

Daniel. 2007. Struktur dan Pertumbuhan Tulang Sampai Devisiensi Insulin Diabetes. http://www.DanlWebsterlnn.com. Diakses tanggal 13 November 2012-11-16

Djuanda, T. 1991. Embriologi Perbandingan. C.V. Armico, Bandung.

Molenaar R, et al., 2010. Meeting Embryonic Requirements of Broilers Throughout Incubation: A. Brazzilian.  137 – 148.

Monk, M. 1987. Mammalian Development. IRL Press. London

Nalbandov,  A.V.  1976.  Fisiologi  Reproduksi  Mamalia  dan  Unggas.  Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Nishikawa, T., Kazuya M., Masahiko M., Yasuhiro T., Kenji K., Akio T. 2006. Calcification at The Interface Between Titanium Implants and Bone: Observation With Confocal Laser Scanning Microscopy. Journal of Oral Implantology Vol. XXXII/No. Five/2006, (213): 211-217.

Novianto, Dery. 2012. Reptil.  http://dc353.4shared HYPERLINK “http://dc353.4shared.com/doc/1FZ3W8Of/%20preview.html”.com/doc/ HYPERLINK “http://dc353.4shared.com/doc/1FZ3W8Of/%20preview.html”1FZ3W8Of/ preview.html. Diakses pada tanggal 18 November 2012.

Soeminto, 2002. Embriologi Vertebrata. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangbiakan Aves di Indonesia. Sastra Budaya, Bogor.

Syahrum, M.H, Kamaluddin dan Arjatmo Tjokronegoro. 1994. Reproduksi dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta: FKUI.

Tian, Xin, Gautron, J., Monget, P.,and Pascal, Ge´raldine. 2010. What Makes an Egg Unique? Clues from Evolutionary Scenarios of Egg-Specific Genes. Biology of Reproduction Vol.83, 893–900.

Yatim, W. 1981. Embryologi. Tarsito, Bandung.

Yatim, W. 1984. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.