KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT ARAB PRA ISLAM

KONDISI SOSIAL DAN  EKONOMI 
MASYARAKAT ARAB PRA ISLAM 
A. Masyrakat Arab Pra Islam
Bangsa arab adalah penduduk asli jazirah arab .semenanjung yang terletak dibagian barat daya asia ini, sebagian besar pemukaanya tediri padang pasir . secra umum iklim di jazirah arab sangant panas . Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid, dalam sub ras Mediterranean yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia, dan Irania. Bangsa Arab hidup berpindah-pindah, nomad, karena tanahnya terdiri dari gurun pasir yang kering dan sangat sedikit sekali turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lain itu mengikuti tumbuhnnya stepa atau padang rumput yang tumbuh secra sporadis di tanah Arab di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan.
Bangsa Arab terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh Jazirah Arabia. Mereka kebanyakan mendiami wilayah pinggir Jazirah, dan sedikit yang tinggal di pedalaman. Pada masa dahulu tanah Arab itu dapat dibagi menjadi tiga bagian:

  1. Arab Petrix atau Patrea, yakni wilayah yang terletak di sebelah barat daya gurun Syiria, dengan Petra sebagai pusatnya.
  2. Arab Diserta atau gurun Syiria yanng kemudian dipakai untuk menyebut seluruh Jazirah Arab karena tanahnya tidak subur.
  3. Arab Felix, wilayah hijau (Green Land) atau wilayah yang berbahagia (Happy Land), yakni wilayah yang memiliki kebudayaan maju dengan kerajaan Saba’ dan Ma’in.

Bangsa Arab itu dibagi menjadi dua, yakni Qahtan dan Adnan. Qahtan semula berdiam di Yaman, namun setalah hancurnya bendungan Ma’rib sekitar tahun 120 SM, mereka bermigrasi ke utara dan mendirikan Kerajaan Hirah dan Gassan. Sedangkan Adnan adalah keturunan Ismail ibn Ibrahiim, yang banyak mendiami Arabia dan Hijaz 
Keadaan Umum Bangsa Arab sebelum Islam :

  1. Orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam adalah orang-orang yang menyekutukan Allah (musyrikin), yaitu mereka menyembah patung-patung dan menganggap patung-patung itu suci.
  2. Kebiasaan mereka ialah membunuh anak laki-laki mereka karena takut kemiskinan dan kelaparan.
  3. Mereka tanam anak-anak perempuan mereka hidup-hidup karena takut malu dan celaan.
  4. Mereka orang-orang yang suka berselisihan, yang suka bertengkar, lantaran sebab-sebab kecil, sebab segolongan dari mereka memerangi akan segolongannya .

B. Keadaan Sosial Masyarakat Arab pra Islam
Masyarakat Arab pra Islam memiliki budaya patriakhi yang kuat bahkan sampai sekarang. Hal ini dikarenaan kondisi alam yang tidak menguntungan bagi kaum perempuan uyuk menjalankan peran-peran sosialnya .
Masyarakat pra islam memiliki sifat sifat yang baik seperti kesedehanaan, keramahtamahan, solidaritas, padai merenung, kedermawanan dean keberanian, yang semua sifat itu apabila terkumpul dalam diri seseorang disebut Muru’ah .
Selain sifat sifat baik yang dimiliki oleh masyarakat arab pra islam mereka juga memiliki sifat sifat yang tidak bermoral menurut pandangan islam. Sifat sifat itu diantaranya adalah :
1. Suka meminum khomer
2. Suka berjudi
3. Merendahkan derajat perempuan
4. Melakukan perbudakan
5. Memonopoli kekayaan
6. Mengubur hidup-hidup anak perempuan, karena kegelisahan mereka jika mempunyai seorang anak perempuan adalah hal yang memalukan.
Dilihat dari segi sosiologis dan antropologis, bangsa Arab mempunyai tingkat solidaritas tinggi. Bangsa Arab terkenal memiliki banyak kabilah yang terikat karena adanya garis keturunan atau persamaan kepentingan, yang melindungi setiap rakyat yang berada dalam lindungannya atau meminta perlindungannya. Hal itu disebabkan karena bangsa Arab tidak memiliki pemerintahan yang melindungi rakyatnya secara resmi. Sehingga kabilah ini yang bertugas melindungi jika ada yang berusaha merampas haknya dan mengganggu hak asasinya .
Selain itu, bangasa Arab juga memiliki kebudayaan yang tinggi, hal itu dapat diketahui dari beberapa kerajaan yang berkuasa antara lain Kerajaan Main, Quthban, Saba’ dan Himyar .
a. Kerajaan Main
Kerajaan Ma’in ini berdiri kira-kira 1200 th SM, di Yaman. Kerajaan Ma’in ini didirikan oleh suku Ma’in, yaitu suatu suku yang terbilang besar di antara suku-suku dari Bani Qathan.
Kerajaan ini telah memiliki kekuasaan yang besar dan kekayaan yang melimpah-limpah. Penghidupan mereka terutama sekali ialah berniaga. Kekuasan mereka pun bersumber pada perniagaan. Mereka telah membangun kota-kota yang digunakan sebagai stasiun perniagaan di sepanjang jalan yang melintasi Tanah Arab dari selatan ke utara sampai ke Suriah. Stasiun ini berfungsi menyiapkan perbekalan yang dibutuhkan para khallifah serta menjaga para khalifah dari serangan  perampok atau penyamun.
Bentuk pemerintahan mereka adalah monarki yang demokratis. Rajanya memerintah secara turun temurun kepada anak, dan kadang-kadang terdapat pula seorang raja yang memegang kekuasaan bersama anaknya. Di samping raja ada majelis umum, sedang di kota-kota dibentuk pemerintahan setempat.
b. Kerajaan Quthban
Kerajaan Quthban berdiri di Yaman Selatan kurang lebih 1000 SM. Ibu kotanya Quthban. Kerajaan Quthban ini mempunyai kedudukan penting dalam sejarah karena penguasaan dan pengawasan mereka terhadap selat Bab el-Mandeb. Selat Bab el-Mandeb termasuk salah satu pusat perniagaan di masa itu.
c. Kerajaan Saba’
Kerajaan Saba’ berdiri kira-kira tahun 950 SM. Kerajaan Saba’ dibangun oleh rajanya yang pertama Saba’ Abdu Syam ibn Yasyjub dan Qathan.
Oleh karena Yaman adalah daerah kering, karena tidak ada sebuah sungai pun mengalir di Yaman ini, dan hujannya adalah hujan musiman yang hanya turun pada musim panas saja, maka oleh raja Saba’ dbangun sebuah bendungan airdi dekat kota Maarib ini, yang dikenal dalam sejarah dengan “Saddu Maarib” (Bendungan Maarib)
d. Kerajaan Himyar (Himyariyah)
Kerajaan Himyar berdiri kira-kira tahun 115 SM. Didirikan oleh suku Himyar, sedang asal usul  suku Himyar itu adalah seorang di antara saudara-saudara raja Saba’  pendiri kerajaan Saba’iyah.
Kerajaan Himyariyah raja-rajanya suka berperang dan menyerang serta menaklukan negara tetangga. Mereka mempunyai bala tentara yang panglima-panglimanya suka memperluas daerah atau kawasan negaranya dengan menyerang atau menaklukan negara lain. Mereka pernah menyerang Persia dan Ethiopia (Habsyah) dan lain-lain.
Kehidupan sosial bangsa Arab dapat juga kita  ketahui misalnya dengan adanya syair-syair Arab. Ada dua cara dalam mempelajari syair Arab di masa jahiliyah. Kedua cara itu amat besar manfaatnya.
1) Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab sangat dihargai
2) Mempelajari syair itu dengan maksud supaya kita dapat mengetahui adat istiadat dan budi pekerti bangsa Arab .
C. Keadaan Ekonomi Arab pra Islam
       Kehidupan ekonomi di jazirah Arab dapat diketahui dari perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Perniagaan di masa kerajaan saba’ dan Himyar meliputi perniagaan di laut dan di darat. Perniagaan di laut yaitu ke India dan Tiongkok, dan perniagaan di darat adalah dalam jazirah Arab.
       Setelah negeri Yaman dijajah oleh bangsa Habsyi dan kemudian oleh bangsa  Persi, maka kaum penjajah itu dapat mengusai perniagaan di laut. Akan tetapi perniagaan dalam jazirah Arab berpindah ke tangan penduduk Mekah, karena kaum penjajah itu tidak dapat menguasai bagian dalam Jazirah Arab.
       Ada faktor-faktor yang menolong Mekah dapat memegang peranan dalam perniagaan. Terutama orang-orang Yaman yang telah berpindah ke Mekah, sedang mereka mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang perniagaan. Dalam pada itu, kota Makkah, dari hari ke hari bertambah mahsyur, keberadaan bangunan Ka’bah, dan jama’ah haji pun berdatangan dari segenap penjuru Jazirah Arab tiap tahun .
       Penduduk Arab suka merantau untuk berniaga, sebagai suatu usaha yang utama dan sumber yang terpenting bagi kehidupan mereka. Dengan demikian perniagaan suku Quraisy menjadi giat serta mendapatkan kemajuan dan kemasyuran di dalam dan di luar jazirah Arab .
       Pengaruh dari budaya perdagangan bagi pengembangan dakwah adalah tersebar luasnya agama-agama yang dibawa oleh para pedagang tersebut. Tipologi seorang pedagang yang mempunyai jiwa ekspansif, dinamis dan agresif, turut mempengaruhi cepat berkembangnya ajaran-ajaran Islam yang mereka bawa. Mereka berdakwah sambil berdagang. Mereka berdakwah dengan persuasif dan memberi tauladan yang baik dalam berdagang. Dengan sikap itu, para relasi mereka banyak yang menaruh simpatik dan akhirnya mengikuti ajakan masuk Islam sebagaimana yang didakwahkan oleh para mubaligh dan pedagang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dunung. 2003. Sejarah Peradaban Islam dari masa klasik hingga modern. Yogyakarta: Jurusan Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga & LESFI YOGYAKARTA.
Hamda, Hanung Hasbullah dkk. 2011. Moziak Sejarah Islam. Jogjakarta: Nusatenggara Press Jogjakarta.
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Ciputat: Logos wacana Ilmu.
Syukur, Fatah. 2009. Sejarah peradaban Islam. Semarang : PT Pustaka Rizki Putra.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Press.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.