Ironi Guru Honorer / Wiyata Bakti

Ironi Guru Honorer / Wiyata Bakti

Ironi Guru Honorer / Wiyata Bakti
guru honorer/wiyata bakti
Di televisi mungkin kita sudah sering menjumpai demontrasi yang dilakukan para guru honorer/wiyata bakti. Mereka menuntut agar mereka segera diangkat menjadi PNS ataupun menuntut untuk mendapatkan penghasilan yang lebih manusiawi.
Yah memang mereka selama ini tidak dimanusiawikan, para guru honorer/wiyata bakti melaksanakan tugas yang sama atau bahkan ada yang lebih berat dari para guru PNS tapi mereka digaji dengan upah yang sangat kecil. Sangat ironi.
 
Yang menjadi permasalahan pokok para “the real pahlawan tanpa tanda jasa” tersebut memang masalah gaji. Mereak mendapatkan gaji yang sangat jauh untuk sekedar memenuhi kebutuhan ekonomi.
 
Bagi guru honorer/wiyata bakti perempuan mungkin tidak terlalu menjadi permasalahan, karena tentunya tanggung jawab perempuan dalam kehidupan ekonomi keluarga tidak besar.
 
Tapi bagi guru laki-laki yang wajib mencari nafkah tentu itu sangat menjadi masalah. Setidaknya ada 2 teman laki-lakiku yang awalnya menjadi guru honorer/wiyata bakti tapi kemudian memilih untuk tidak lagi melanjutkan pengabdiannya.
 
Pertama seorang sarjana pendidikan yang sudah mengajar kurang lebih 5 tahun, usianya 26 tahun. Dengan usia yang sudah matang tentunya dia ingin menikah, tapi melihat penghasilannya selama ini dia merasa tidaklah cukup untuk mencukupi kebutuhan nikah dan sesudah nikah. Makanya dia memilih untuk keluar dari sekolah.
 
Satu lagi temanku berhenti sebagai guru setelah 5 bulan menikah. Istrinya hamil, harus membeli kebutuhan bayi, membeli susu dan kebutuhan lainnya. Gajinya perbulan jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dia memilih keluar dan terakhir aku lihat dia menjadi pedagang makanan keliling.

Lalu berapa sih gaji guru honorer/wiyata bakti?

Berbeda dengan gaji seorang guru PNS, gaji guru honorer/wiyata bakti berbeda antar satuan pendidikan. Tergantung dari jumlah siswa setiap sekolah. Sekolah yang memiliki siswa banyak tentunya akan mendapatkan pendapatan yang banyak, lalu alokasi untuk menggaji guru akan semakin besar. Namun bagi sekolah dengan jumlah siswa sedikit ya pendapatnnya juga semakin sedikit, alokasi uang untuk membayar guru juga sedikit.
 
Besar kecilnya gaji guru juga dipengaruhi oleh banyaknya jam mengajar dan lamanya dia mengajar disekolah tersebut.
 
Namun dari beberapa informasi yang saya peroleh, gaji para guru tersebut masih dibawah UMR. Untuk yang mengajar di tingkat dasar kira-kira 300-500 ribu perbulan. Untuk tingkat SMP, temanku yang kebetulan menjadi guru honorer mengatakan dia mendapat sekitar 800 ribu perbulan.

Cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan?

Mungkin sebagian dari kita akan heran. Dengan gaji yang begitu kecil kok mereka masih bisa hidup. Memang saya sering mengajukan pertanyaan diatas kepada temanku yang menjadi guru honorer/wiyata bakti. Jawaban mereka adalah “jelas tidak cukup, tapi kami cukup-cukupkan”.
 
Aku bingung, bagaimana mereka mengatur neraca keuangannya? Prinsip ekonomi apa yang mereka gunakan? Salut untuk mereka

Kan ada berbagai macam tunjangan dan bantuan untuk guru honor/wiyata bakti?

Memang pemerintah mengalokasikan anggaran khusus untuk para guru honorer/wiyata bakti. Tapi itu diberikan bukan perbulan, tapi per semester(6 bulan sekali), itupun dengan jumlah yang sangat sedikit.
 
Belum lagi persyaratan ini itu yang harus dipenuhi, tak jarang banyak pula yang tidak mendapat bantuan/tunjangan dari pemerintah karena sulitnya memenuhi persyaratan yang diberikan.

Lalu mengapa masih bertahan?

Setidaknya ada dua alasan yang membuat mereka para guru honorer tetap bertahan. Alasan pertama adalah mereka masih mempunyai asa dan harapan bahwa suatu saat dapat diangkat menjadi PNS. Alasan kedua adalah karena mereka merasa mengajar sudah menjadi passion, jadi walaupun dengan honor yang sedikit mereka tetap bertahan.
 
Tapi mungkin sebenarnya ada alasan lain, ya karena tidak ada pekerjaan lain yang mereka lakukan makanya mereka masih tetap rela mengajar. Tapi entahlah..

Harapan Mereka

Harapan terbesar semua guru honorer/wiyata bakti tentu saja agar pemerintah segera mengangkat mereka menjadi pegawai negeri sipil, mengingat mereka selama ini telah cukup lelah berjuang dan mengabdi.
Selain itu juga mereka berharap agar mereka mendapatkan gaji minimal sesuai dengan standar gaji di daerah masing-masing.
 
-RianNova-

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.