(UNIK) 3 Tingkah Semut Rangrang yang Luar Biasa

Berikut 3 tingkah sosial semut rangrang yang luar biasa yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmahnya.

1. Cara membangun sarang

Semut membangun sarang dengan cara bergotong royong. Meskipun semut binatang kecil, mereka dapat membuat
sarang sebesar istana manusia dalam waktu dua hari, karena semua bekerja dari matahari terbit sampai matahari terbenam. Sungguh menakjubkan! Prajurit semut menarik daun-daun secara bersama-sama, sementara semut
lainnya merajut daun-daun tersebut dari dalam. Mereka merajut tanpa menggunakan jarum dan benang tetapi
menggunakan larva dan giginya sebagai pemintal benang. Larva semut menghasilkan benangbenang sutera halus untuk merajut daun. Maka dari itu, semut prajurit selalu membawa larva dan menggosok-gosokannya ketika merajut daun.

Larva tersebut dianggap sebagai ‘mesin jahit’. Bayangkan, berapa banyak waktu yang mereka  butuhkan untuk mondar-mandir sampai menghasilkan jaring-jaring sutera yang kuat. Membangun sarang memerlukan sangat banyak tenaga kerja, tetapi mereka telah mempunyai keahlian dalam menemukan daun-daun yang paling cocok untuk membangun sarang. Apabila daun-daunnya sangat kecil seperti Murraya (sejenis kemuning) maka diperlukan lebih banyak benang sutera. Semut-semut pekerja yang lincah tidak hanya membangun sarang, tetapi mereka juga memperbaiki apabila sarang itu rusak.

Tingkah semut yang menawan

Jumlah semut dalam satu sarang bervariasi, rata-rata antara 4000 sampai 6000 individu, dan dalam satu koloni terdapat sekitar 500,000 semut dewasa. Koloni semut merupakan keluarga besar dengan beberapa sarang dan  indvidu yang saling mengenal dan bekerja sama secara erat pada suatu daerah tertentu.

Banyaknya sarang yang ditemukan dalam satu koloni dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya ketersediaan makanan dan tingkat gangguan yang terjadi. Satu koloni dapat mencapai 100 sarang. Sarang-sarang tersebut dapat
tersebar pada lebih dari 15 pohon, atau pada luasan lebih 1000 m2.

2. Cara berkomunikasi

Seperti telah disebutkan terdahulu bahwa semut prajurit merupakan satuan pengaman atau “Satpam” bagi kelompoknya. Setiap saat mereka akan memberikan peringatan kepada semut lainnya apabila ada pengacau memasuki daerah kekuasaannya. Ketika mereka menemukan mangsa, semut prajurit menyebarkan bau dan menyentuh semut lainnya dengan cara-cara tertentu untuk menunjukkan dimana mereka menemukan mangsa dan seberapa besar mangsa yang ditemukan. Sementara itu, beberapa semut ‘mengeksekusi’ mangsa tersebut dengan cara menjepit menggunakan gigi-giginya.

Semut menggunakan sinyal akustik tertentu yang dilepaskanya saat marah. Seekor semut memberi peringatan, lalu ia mengeluarkan panggilan yang bisa diterima, dipahami, dan direspon kawannya dengan segera. Untuk  mendengarkan suara semut yang sedang memberi peringatan kepada kawannya. Beda lagi dengan suara semut dalam keadaan normal dan saat bekerja, memindahkan sesuatu, dan mengumpulkan makananKetika semut menyerang seekor ulat, maka ia mengeluarkan suara yang menakutkan. Suara-suara tersebut benar-benar tidak bisa dipahami, dan mereka melakukan pertemuan seperti manusia.

Dengarkan suara seekor semut saat menyerang seekor ulat. Selain memiliki bahasa-bahasa yang unik, semut juga memiliki suatu pola perjalanan yang disebut Algoritma semut. Algoritma semut diperkenalkan oleh Moyson dan Manderick dan secara meluas dikembangkan oleh Marco Dorigo, merupakan teknik probabilistik untuk menyelesaikan masalah komputasi dengan menemukan jalur terbaik melalui grafik.

Algoritma ini terinspirasi oleh perilaku semut dalam menemukan jalur dari koloninya menuju makanan.

3. Cara kerja semut mencari jalur optimal

Semut mampu mengindera lingkungannya yang kompleks untuk mencari makanan dan kemudian kembali ke
sarangnya dengan meninggalkan zat feromon pada jalur-jalur yang mereka lalui. Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain,
kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi.

Berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat mempengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies). Proses peninggalan feromon ini dikenal sebagai stigmergy, sebuah proses
memodifikasi lingkungan yang tidak hanya bertujuan untuk mengingat jalan pulang ke sarang, tetapi juga memungkinkan para semut berkomunikasi dengan koloninya. Seiring waktu, bagaimanapun juga jejak feromon akan menguap dan akan mengurangi kekuatan daya tariknya. Lebih lama seekor semut pulang pergi melalui jalur tersebut, lebih lama jugalah feromon menguap.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.