Sejarah Wisata Gunung Putri Desa Kalitapen

Sejarah Wisata Gunung Putri Desa Kalitapen – Desa Kalitapen terletak di kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Untuk lebi jelasnya bisa dilihat di google map di bawah ini.

Di desa kalitapen terdapat sebuah situs bersejarah, saya menyebutnya sebagai petilasan. Nama petilasan Gunung Putri.

ASAL MUASAL Nama Gunung Putri?

Petilasan Gunung putri berada di grumbul Wanarata. Wanarata berarti sebuah hutan / wana dan rata/ datar.

Sejarah Pemberian nama Gunung Putri tidak lepas dari cerita Babad Banyumasan dan akar dari cerita kerajaan Pajajaran serta kerajaan Pasir luhur.

Cerita yang berkembang sekarang adalah cerita lisan dari orang-orang dahulu yang mewariskan cerita dari generasi ke generasi berikutnya. Pada blog ini saya ingin membuat cerita tersebut menjadi dapat di akses oleh seluruh masyarakat yang ingin mengenal wisata Gunung Putri yang terletak di Desa Kalitapen.

Mari kita mulai untuk mencoba merunut penggalan-penggalan kisah asal muasal gunung putri. Dahulu kala ada 2 kerajaan yang mengawali asal muasal terjadinya nama Gunung Putri.

Kisah Kerajaan Pajajaran

Secara keseluruhan babad banyumasan, sejarah dan kisah-kisah banyumas selalu berhubungan dengan kerajaan asal sunda yaitu kerajaan pajajaran. Letak Banyumas yang di apit oleh kerajaan besar pada saat itu membuat banyumas memiliki dua perpaduan budaya, yaitu budaya Kerajaan majapahit dan budaya kerajaan Pajajaran.

Dalam kisah Gunung Putri sendiri, dominan menceritakan tentang kerajaan pajajaran, hanya saja melibatkan sebuah kerajaan lokal bernama kerajaan Pasir Luhur yang letaknya sekarang berada di Daerah sekitar Karang Lewas.

Selain karang lewas, Ajibarang, Cilongok juga di sebutkan dalam babad Banyumasan.

Diceritakan dikerajaan Pajajaran memiliki beberapa putra mahkota. Dimana semuanya berpotensi menjadi raja berikutnya.

  1. Banyak Catra
  2. Banyak Blabur
  3. Banyak Ngangsar
  4. Banyak Ngampar

Setiap anak raja pasti memiliki guru pribadi yang mengajari mereka ilmu, mereka mempunyai seorang guru yang sangat sakti dan hebat. Dalam cerita rakyat, di ketahui bahwa mereka memiliki kesaktian dan olah kebatinan yang mumpuni.

Dalam tradisi kerajaan, dimana anak sulunglah yang menjadi putra mahkota yang akan mewarisi kerajaan yaitu Pangeran Banyak Catra. Namun ketiga adiknya, banyak blabur, banyak ngangsar, dan banyak ngampar juga ingin menguasai tampu kepemimpinan.

Terjadi perselisihan keempat pangeran tentang hak menjadi pewaris tahta kerajaan, dan akhirnya ayahanda mereka mengadakan kompetisi. Mereka harus menurut perintah guru mereka untuk bersemedi di sebuah tempat yang memiliki kekuatan supranatural.

Para pangeran melakukan tugasnya dengan baik yaitu semedi atas dasar perintah dari sang raja. Semua menjalani dengan sangat serius, namun yang namanya kompetisi, selalu ada yang terbaik dari yang baik. siapa yang terbaik itulah yang akan semakin dekat dengan tampuk kepemimpinan.

Keempat pangeran itu memang pemuda hebat. Semedi paling sempurna jatuh pada pangeran Banyak Catra sebagai putra sulung,

Dalam cerita, sang guru menghampirinya Banyak Catra dalam ghaib dan memberikan cinderamata berupa Cincin Perubah Wujud. Jika cincin itu dipakai maka akan berubah menjadi seekor kera dengan julukan Lutung Kasarung.

Untuk menjadi seorang raja tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan. Seorang raja yang hebat haruslah raja yang punya pengalaman  yang luas dan mempunyai seorang permaisuri yang hebat pula. Untuk melengkapi persyaratan itulah kemudian Pangeran Banyak Catra diperintahkan ayahnya untuk mengadakan petualangan.

Dalam petualanganya Banyak Catra tidak boleh menunjukan jatidiri pada orang lain, sehingga perjalanan petualang ini dilakukan seorang diri dan menyamar menjadi orang biasa dengan nama Kamandaka.

Beberapa tahun berlalu, sampailah kamandaka di kerajaan Pasir Luhur. Letaknya sekarang yang menjadi desa Karang Lewas Purwokerto. Disana kamandaka menjalani kehidupan layaknya rakyat biasa.

Kisah Kerajaan Pasir Luhur

Kerajaan pasir luhur adalah kerajaan yang terletak di daerah yang sekarang bernama Karang Lewas, di daerah tersebut masih ada sebuah tempat yang bernama Pasir. Di perkirakan di situlah kerajaan pasir luhur yang disebutkan dalam sejarah.

Dalam cerita, kerajaan pasir luhur memiliki 9 orang anak, dan semuanya adalah seorang putri. Namun yang di ceritakan dan ikut berperan dalam Asal usul gunung putrihanya  ada tiga:

  • Dewi Purba Larang
  • Dewi Purba Sari
  • Dewi Rantam Sari

Meskipun ada sembilan, dalam cerita babad banyumas hanya diceritakan atau di ulas dan di ketahui empat putri dari kerajaan pasir luhur.

Dari kesembilan, yang paling menarik dan cantik adalah putri terakhir bernama Dewi Rantam Sari, karena paling cantik dan paling menarik itulah dewi Rantam Sari mendapat julukan Dewi Cipto Roso yang artinya seorang dewi atau  putri yang dapat menciptkan rasa suka dan tertarik jika melihatnya.

Pertemuan Kamandaka Dan Dewi Cipto Roso

Di suatu hariDewi Cipto Roso berjalan – jalan melepas lelah di sekitar lingkungan kerajaan, dan pada suatu tempat ada seorang pemuda yang sedang mengadu jago dalam cerita di sebutkan di sebuah dipasar. Sang pemuda yang sedang mengadu jago melihat sang dewi, Karena kecantikan paras dan perilakunya sang pemuda Kamandaka jatuh cinta kepada Dewi Cipto Roso.

Sang pemuda yaitu kamandaka merasa penasaran dengan kecantikan Dewi Cipto Roso, sehingga terus menerus mencari informasi dan cara untuk dapat mendekatinya. Akhirnya pada suatu ketika,,

Diceritakan pada suatu ketika di sebuah gubug taman Dewi Cipto Roso, ia melihat ada monyet sendirian yang berkeliaran disekitar taman sehingga dewi cipto roso memerintahkan prajurit menangkapnya. Sang monyet pun dengan suka rela mau ditangkap dan akhirnya dijadikan teman bermain oleh Dewi Cipto Roso.

Pada saat Dewi Cipto Roso sendirian, si monyet yang adalah Lutung Kasarung berubah menjadi sosok pemuda yang sangat tampan bernama Kamandaka (Pangeran cipto roso). Akhirnya mereka saling menaruh hati dan saling mencintai.

Raja Pasir merasa janggal dan curiga melihat putri bungsunya mempunyai kegemaran ngobrol dengan seekor monyet yang ternyata bukan monyet sembarangan. Monyet itu akan berubah menjadi manusia hanya bila berdua saja dengan Dewi Cipto Roso.

Hubungan Kamandaka dan Dewi Cipto Roso Tidak Mendapat Restu

Seperti pepatah bahwa “Sepandai – pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga” sepintar pintarnya menyembunyikan jati diri si monyet akhirnya ketahuan juga oleh raja pasir  ternyata monyet itu adalah monyet yang dapat berubah menjadi manusia.

Raja Pasir sangat marah dan tidak setuju anak bungsunya berpacaran dengan rakyat biasa yang bukan keturunan raja apalagi monyet. Kamandaka juga dikenal seorang pencuri handal dijuluki Maling Julig.

Suatu ketika pada waktu monyet berkunjung ketempat Dewi Cipto Roso, digrebeglah si monyet itu dan akan dibunuh, tapi berkat kesaktian ilmunya, si monyet lutung kasarung akhirnya berubah menjadi kamandaka. Kamandaka berusaha menghindari perkelahian dengan berlari terus sampai di tepi sungai. Karena terdesak akhirnya Kamandaka atau pangeran Banyak Catra terjun kesungai yang sangat dalam tersebut.

Ternyata sungai tersebut ada penjaganya yaitu seekor naga yang sangat buas. Melihat ada mangsa manusia terjun kesungai, sang naga pun dengan sigapnya langsung menerkam, tetapi karena kamandaka memang pemuda yang cukup tinggi ilmu beladirinya akhirnya kamandaka mengalahkan sang naga.

Naga yang telah mati berubahlah menjadi sebatang ranting yang bila dipakai beradaptasi di air. Hal inilah menjadi salah satu faktor Kamandaka selamat dari kepungan Prajurit Kerajaan Pasir Luhur yang sedang mengejar.

Raja Pasir Menjodohkan Dewi Cipto Roso Dengan Prabu Pule Bahas

Seperti yang sudah saya singgung, dalam babad banyumas akan melibatkan beberapa daerah, berikut adalah peran daerah Cilacap dalam sejarah Babad Banyumas.

Karena Raja Pasir sangat malu putrinya menjalin hubungan dengan orang biasa (Raja pasir tidak tahu kalau kamandaka adalah pangeran dari pajajaran), sehingga diperkenalkanlah Dewi Cipto Roso dengan seorang raja dari cilacap yang bernama Prabu Pule Bahas. dan mereka siap untuk di nikahkan.

Pinangan prabu Pule Bahas terpaksa diterima oleh Dewi Cipto Roso. Tetapi Dewi Cipto Roso mengajukan syarat, namun ternyata syarat itu adalah hasil diskusi dengan kamandaka.

Prabu Pule Bahas harus menggelar kain putih sepanjang dari Kerajaan Pasir sampai Cilacap tanpa putus. Karena sangat ingin memilikinya akhirnya Prabu Pule Bahas berhasil melaksanakannya.

Namun, pada saat penggelaran kain selesai munculah seekor monyet yang menyerang Prabu Pule Bahas sampai lari tunggang langgang.

Dalam cerita, Prabu Pule Bahas akhirnya digulung jasadnya oleh Lutung Kasarung (Kamandaka) atau Banyak Catra sampai ke Cilacap dan masuklah jasad Prabu Pule Bahas ke Laut Selatan sehingga berubah menjadi buaya putih.

Kematian Prabu Pule Bahas membuat prajurit dan rakyat cilacap marah kepada Kerajaan Pasir. Akhirnya prajurit dari Kerajaan Cilacap menyerang Kerajaan Pasir dengan kompetisi adu tanding sesame prajurit yaitu denggan saling Beradu atau Gol-golan (saling dorong-dorongan) di dekat kerajaan Pasir. Sampai sekarang tempat tersebut di namakan Desa Pejogolan.

Dijodohkan Dewi Cipto Roso Dengan Adipati Mruyung

Setelah kejadian gagalnya perjodohan dengan raja cilacap, Raja Pasir tidak kehabisan akal untuk menikahkan putrinya yaitu Dewi Cipto Roso. Dewi Cipto Roso dijodohkan dengan bangsawan dari Ajibarang yang bernama Adipati Mruyng.

Dalam cerita, Adipati Mruyung adalah orang sangat kaya dan sakti mandraguna. Kesaktiannya belum ada yang menandingi. akhirnya Adipati Mruyung meminang Dewi Cipto Roso dengan membawa berbagai macam hasil bumi berupa sembako dengan jumlah yang sangat banyak.

Adipati Mruyung meminang Dewi Cipto Roso, namun dalam perjalanan sebelum sampai di kerajaan Pasir, rombongan dihadang oleh seekor monyet Lutung Kasarung yang ternyata adalah Kamandaka. Kamandaka berusaha membubarkan rombongan Adipati Mruyung agar membatalkan prosesi pinangan. Kamandaka berhasil memaksa dan memukul mundul rombongan Adipati Mruyung sampai babak belur.

Diceritakan bahwa sembako beras yang dibawa oleh rombongan Adipati Mruyung tumpah berhamburan, sampai sekarang tempat itu disebut dengan nama Gerbeas.

Rombongan Adipati Mruyung di pukul mundur sampai disuatu tempat,  Cabe atau Lombok Cengis yang dibawanya juga tumpah, dan sampai sekarang tempat tersebut diberi nama Karang Cengis, letaknya ada di Desa Lesmana.

Kekalahan Adipati Mruyung sangat parah, pertarungan dengan Kamandaka sangat sengit dan akhirnyaa Adipati Mruyung meninggal dunia dalam pertarungan tersebut.

Dikisahkan, setelah pertarungan berakhir Kamandaka melarikan diri kearah selatan dan istirahat  beberapa waktu untuk melaksanakan sholat DUHUR saat waktu LINGSIR atau siang hari ketika matahari sudah mulai lingsir dari ubun-ubun, Sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama PASIR LUHUR, ada di Desa Sawangan.

Adipati Mruyung konon dimakamkan dengan baik oleh penduduk Desa Ajibarang. Dalam ceritayang beredar pemakaman dilakukan siang hari, namun ketika tengah malam keluar suara meledak yang ternyata adalah jasad Adipati Mruyung yang keluar dari pemakamannya.

Oleh warga jasad kembali dikubur pada siang hari dan jasad kembali keluar pada tengah malam, kejadian berulang dan berulang sampai akhirnya sekarang dibiarkan tetap berada diatas pemakaman dan mengeras / membatu.

Menurut cerita yang beredar hal kejadian itu terjadi karena Adipati Mruyung semasa hidupnya menggunakan SUSUK kesaktian sehingga bumi tidak mau menerima jasad orang yang memakai susuk.

Meninggalnya Dewi Cipto Roso

Ini adalah rangkaian dari asalmuasal kata Gunung Putri di desa Kalitapen.

Dewi Cipto Roso sakit hati dan dendam karena cintanya tidak direstui oleh orang tuanya. Diceritakan karena hati Dewi Cipto Roso sedang kacau, akhirnya dewi ciptoroso kabur dari kerajaan untuk pergi mencari cintanya.

Sampailah dewi cipto roso disuatu tempat dengan pemandangan yang menawan, Dalam bahasa banyumas “jan genoh koh di SAWANG – SAWANG apik temen” maka untuk mengenang momen tersebut yang indah diberilah tempat tersebut dengan nama Desa SAWANGAN.

Perjalanan terus dilakukan sampai akhirnya Dewi Cipto Roso lelah dan duduk atau lungguhan ditempat yang lumayan tinggi, sampai sekarang menyebut tempat tersebut dengan nama MUNGGUHAN.

Perjalanan terus dilakukan dan sampailah Dewi Cipto Roso di hutan Belantara. Karena terus berjalan di dalam hutan akhirnya dewi cipto roso merasa cape dan istirahat dibawah pohon besar yang rindang sambil duduk diatas batu berbentuk elips. Sambil menangis tersedu-sedu Dewi Cipto Roso berbicara nglantur sendiri meratapi nasibnya.

Terjadi kepanikan di kerajaan pasir, Akhirnya raja pasir menyuruh prajurit untuk mencari dewi cipto roso. Prajurit melacak keberadaan dewi ciptoroso dengan bertanya kepada warga yang di jumpai di jalan.

Warga tersebut memberitahu bahwa sempat melihat dewi cipto roso sedang duduk-duduk di bawah pmalangnya nasibnya. Setelah prajurit sampai ditempat tersebut ternyata Dewi Cipto Roso sudah pergi dari tempat tersebut, Tempat tersebut dikenal dengan nama Watu kenteng, letak watu kenteng berada di sekitar petilasan gunung putri berjarak sekitar 400 meter dari puncak..

Lokasi Wisata Gunung Putri Kalitapen, Purwojati, Banyumas

Mitos yang berkembang konon cerita batu yang digunakan untuk duduk Dewi Cipto Roso oleh prajurit di tandai dengan dibuat lubang ditengah seperti Lesung. Ada yang mengatakan barang siapa yang dapat mengangkat Batu tersebut 3x sampil bersila, maka kelak akan menjadi orang sukses. Sampai sekarang Watu kentheng tetap masih ada tapi Batunya sudah tidak ada lagi karena ada yang mencurinya.

Dewi Cipto Roso Melakukan Murcha (Menghilang)

Dewi Cipto Roso terus naik kepuncak gunung, disana Dewi bersemedi meminta petunjuk kepada yang Kuasa. Pada saat itulah prajurit menemukanya,  namun Dewi Cipto Roso tidak mau kembali ke Kerajaan Pasir.

Dengan seijin yang maha kuasa akhirnya Dewi Cipto Roso menghilang dari pandangan mata manusia atau istilahnya murcha (Menghilang dengan jasadnya di puncak gunung).

Menghilangnya jasad dewi ciptoroso yang tidak kembali membuat Dewi Cipto Roso mendapat julukan dengan nama Dewi Sri Rahayu.

Mulai saat itulah dinamakan warga menamakan Gunung Putri. Karena ada putri yang melakukan murcha di gunung tersebut.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.