Tuberkulosis (TBC) Adalah Bakteri Tahan Asam

TUBERKULOSIS (TBC)  ADALAH BAKTERI TAHAN ASAM – TBC adalah salah satu penyakit menular yang dapat menularkan bakteri tuberculosis kepada orang lain di sekitar penderita, penyakit ini banyak ditemukan pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah dan lemah. Untuk itu diperlukan suatu tindakan dalam membantu penderita TBC, agar kuman tuberculosis penyebab penyakit dapat dengan segera ditemukan, dan penderita cepat diobati dan sembuh sehingga tidak menular kepada orang lain (Girsang et al., 2003).

Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia, Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan penderita 583.000 orang (Hiswani, 2004). WHO (2005), menyatakan bahwa perkiraan penyakit TBC di Indonesia dengan dasar hasil pemeriksaan sputum adalah 128 per 100.000 (2003) dengan perkiraan prevalens sebesar 295 per 100.000.

Penyebab penyakit TBC salah satunya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis (Utama, 2005). Bakteri M. tuberculosis ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882. Selanjutnya pada tahun 1819 Rene Laennec membuktikan bahwa TBC merupakan penyakit infeksi kronik. Dilanjutkan dengan temuan Jean Antoine Villemin pada 1865 yang membuktikan bahwa tubercolosis adalah penyakit menular. Tubercolosis pada manusia dapat merusak jaringan tubuh mana pun, namun paru-paru adalah yang paling umum terinfeksi.

TBC merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia selain AIDS bahkan merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Hal ini karena frekuensi kematian pada setiap individu-individu yang berumur 15 sampai 49 setiap tahun (Enarson et al., 2000). Oleh sebab itu diperlukan suatu metode yang efektif untuk mencegah penularan yang lebih luas lagi dan penanganan yang tepat terhadap pasien yang positif terserang TBC.

M. tubercolosis masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui pernafasan, pencernaan dan kulit. Mekanisme penyerangan M. tuberculosis melalui pernapasan awalnya bakteri tersebut masuk melalui rongga hidung lalu masuk organ tubuh sampai ke paru-paru. Setelah memasuki organ paru-paru, bakteri ini menyebar ke organ-organ lain pada tubuh melalui melalui aliran darah, sistem limfa atau getah bening, dan melalui jaringan lain atau secara langsung menyebar ke organ atau bagian badan lain. Penyakit TBC yang lebih parah lagi mampu menyebabkan komplikasi lain, seperti radang paru-paru, pleura, sistem limfa, nodus tulang belakang, genito urinary tract, sistem nervous atau abdomen (Enarson et al., 2000).

Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberkulosis akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberkulosis jaringan yang paling sering diserang adalah paru – paru (95,9 %). Cara penularan melalui ludah atau dahak penderita yang mengandung bakteri tuberkulosis paru. Pada waktu batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru (TB Paru). Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam keadaan dingin, atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. lni dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini bakteri tuberkulosis suatu saat dimana keadaan kemungkinkan untuk dia berkembang, bakteri ini dapat bangkit kembali (Hiswani, 2004).
Metode Pengujian
1. Pembuatan Sediaan/ Preparat Apus Sputum
  1. Ose dipanaskan diatas api spiritus sampai merah dan didinginkan.
  2. Sputum disiapkan (hati-hati, hindari percikan sputum (droplet), diambil sedikit pada bagian yang kental dan berwarna kuning kehijauan (purulen) menggunaka ose.
  3. Sputum dioleskan pada object glass secara merata dengan ukuran 2×3 cm.
  4. Ose yang telah digunakan kemudian dibersihkan menggunakan aklohol sampai sisa sputum hilang, lalu dibakar.
  5. Sediaan yang telah dibuat lalu dikeringkan di udara terbuka sekitar 15-30 menit, jangan sampai terkena sinar matahari secara langsung.
  6. Sediaan diambil menggunakan pinset dan difiksasi selama 3-5 detik.
2. pewarnaan dengan metode Ziehl-Neelsen

Sputum atau sediaan dahan diambil secukupnya lalu diletakkan pada gelas obyek dan difiksasi diatas pembakar spiritus namun jangan sampai timbul percikan aerosol.

2. Sediaan yang telah kering kemudian digenangi dengan karbol fuchsin setelah itu dicuci dan dikeringanginkan.

3. Warna merah dilarutkan pada sediaan sampai bersih dengan 3% alkohol asam.

4. Sediaan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan.

5. Sediaan digenangi dengan larutan methylin blue selama 20-30 detik.

6. Sediaan dicuci dengan air mengalir dan keringkan.

3. Pembacaan dan Penilaian

a. Pembacaan

1. Sediaan yang telah kering ditetesi dengan minyak mersi dilihat dengan mikroskop dengan perbesaran 100 kali.

2. Dicari adanya batang panjang atau pendek yang berwarna merah dengan latar belakang berwarna biru.

b. Penilaian

1. BTA negatif : apabila dalam 100 LP atau selama 15 menit pengamatan tidak dijumpai adanya BTA.

2. BTA positif : apabila dalam pengamatan dijumpai adanya BTA. Untuk BTA positif apabila dibuat sediaan langsung dan diwarnai dengan Ziehl Nielseen atau Kinyoun Gabbert maka dapat dilakukan penilaian sebagai berikut :

Penilaian menurut IUAT (International Union Against Tubercolosis)

– Negatif : Tidak dijumpai adanya BTA

– Positif : Ditemukan 1-9 BTA/100 LP

– Positif 1 : Ditemukan 10-99 BTA/100 LP

– Positif 2 : Ditemukan 1-10 BTA/1 LP

– Positif 3 : Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP

PEMBAHASAN

Bakteri tahan asam adalah bakteri yang dapat mengikat karbolfuksin (fuksin basa larut dalam campuran air-alkohol-fenol) meskipun terjadi dekolorisasi dengan asam HCl dalam alkohol. Bakteri tahan asam kaya akan lipid, mencakup asam mikolat (asam lemak rantai panjang C78-C96), lilin dan fosfatida. Panjangnya struktur lipid ini mempengaruhi tingkat ketebalan lpid yang menyebabkan bakteri tahan asam. Kelompok bakteri tahan asam adalah Mycobacterium dan Actinomycetes. Kedua kelompok ini jika diwarnai dengan kabol fuksin berwarna merah (Brooks et al., 1996). Menurut Misnadiarly dan Simanjuntak (1993), kelompok Mycobacterium tahan asam diantaranya adalah M. cansai, M. gastri, M. smegmatis, M. terra complek, M. chelonei, M. Simiae, M. scrofulaccum dan M. tuberculosis.

M. tubercolosis adalah organisme penyebab TBC manusia. Bakteri ini sukar diwarnai dengan zat warna mikrobiologis biasa. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar lemak pada organisme ini sehingga warna tersebut tidak tercuci oleh alkohol asam. Oleh sebab itulah dinamakan basil tahan asam atau bakteri tahan asam dan tetap berwarna merah seperti warna yang diberikan pertama (Pelczar dan Chan, 1986). Untuk mengamati bakteri tersebut, maka dilakukan pewarnaan khusus berupa pewarnaan bakteri tahan asam yang dikenal dengan nama metode Ziehl-Neelson dengan tujuan agar bakteri yang akan diamati dapat dibedakan dengan organisme lainnya.

Menurut Karuniawati et al. (2005), Pewarnaan Ziehl-Neelsen dilakukan dengan cara : larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir.

Menurut Lay (1994) perlakuan pemanasan atau fiksasi sebelum ditetesi carbol fuchsin menyebabkan carbol fuchsin dapat mudah masuk ke dalam sel bakteri yang diliputi oleh lipid. Zat warna pertama yang berupa carbol fuchsin merupakan fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5%. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu perasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Pada saat ini jika bakteri uji merupakan bakteri tahan asam maka warna carbol fuchsin akan melekat kuat dan menyebabkan sel berwarna merah. Asam alkohol memiliki fungsi sebagai pelarut terhadap fuchsin carbol pada sediaan dahak. Sedangkan methylen blue berfungsi sebagai pewarnaan tandingan dimana organisme lain pada sediaan tersebut akan terwarnai biru sedangkan M. tubercolosis tetap terwarnai merah, hal ini dikarenakan M.tubercolosis dapat menahan zat warna dengan sangat kuat dan tidak dapat dilunturkan.

M. tubercolosis merupakan bakteri yang memiliki bentuk batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 mm. Biasanya terdapat tunggal atau berkelompok, tidak bergerak dan tidak membentuk spora atau kapsul (Pelczar dan Chen, 1988). Sedangkan menurut Brooks et al. (1996), M. tubercolosis merupakan bakteri yang berbentuk batang ramping, lurus atau sedikit bengkok seperti kurva dengan ukuran 0,4 X 3 mikrometer dan kandungan lipidnya 20-40% dari berat kering.

Menurut Brooks et al. (1996) mikobakteria kaya akan lipid, mencakup asam mikolat, lilin dan fosfolipida. Dalam sel lipid sebagian besar terikat pada protein dan polisakarida. Dipeptidamuramil (dari peptidoglikan) yang membentuk kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan granuloma. Lipid dalam batas-batas tertentu bertanggung jawab terhadap sifat asam bakteri. Penghilangan zat ini dengan asam panas merusak sifat tahan asam bakteri, yang bergantug pada keutuhan dinding sel dan adanya lipid tertentu.

Sepintas langkah kerja yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan metode pewarnaan gram. Namun yang berbeda antara kedua metode tersebut adalah penggunaan jenis larutan. Pada pewarnaan gram, larutan yang digunakan dan sesuai urutan penggunaannya yaitu diawali dari ungu kristal (UK), larutan yodium (Y), alkohol dan safranin. Teknik pewarnaan gram pertama kali diuraikan dalam suatu publikasi pada tahun 1884 oleh seorang ahli bakteriologi Denmark yaitu Christian gram, yang mengembangkan prosedur pewarnaan ini saat mencari suatu metode untuk memperlihatkan bakteri pneumokokus pada jaringan paru-paru pasien yang mati karena pneumonia.

Pewarnaan gram merupakan salah satu prosedur yang hingga saat ini cukup banyak digunkan untuk mencirikan banyak bakteri. Pewarnaan ini amat berarti pada laboratorium diagnostik rumah sakit karena informasi yang diperoleh dari pengamatan spesimen yang diwarnai dengan pewarnaan gram dengan cepat dapat memberi petunjuk akan organisme penyebab suatu infeksi. Namun, pewarnaan gram tidak dapat diaplikasikan pada bakteri M. tuberculosis karena sebagaimana diketahui bahwa struktur dinding sel bakteri yang mengandung lipid cukup tebal sehingga saat digenangi dengan alkohol tetap mempertahankan warna pertama. Menurut Hanifah et al. (2001), sekarang telah dikembangkan untuk memudahkan dalam mendiagnosis M. tuberculosis dari pasien yang terserang TBC adalah dengan metode PCR.

DAFTAR REFERENSI

Brooks, G. F., J. S. Butel dan L. N Ornston. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

Enarson, D.A., H. L. Rieder, T. Arnadottir and A. Tebucq. 2000. Management of tuberculosis A Guide For Low Income Countries Fifth Edition. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease68 boulevard Saint-Michel, 75006 Paris, France

Girsang, M., Sumarti, R. Dany, Tami, I. Olii, dan G. Wahyuhono. 2003. Teknik sentrifugasi untuk meningkatkan penemuan bakteri tahan asam (BTA) dari sputum penderita TBC melalui metode zielh-neelsen. Media Litbang Kesehatan XIII (4).

Hanifah, U., S. Soemohardjo, H. Achmad and M. A. Widodo. 2001. Comparative Study Of PCR Test, Culture of M. tuberculosis, and Acid Fast Bacilli Detection In The Pleural Fluid With The Result Of Radiological Examination on Patients With Tuberculous Pleural Effusion In Mataram General Hospital. Biosains 1 (3) : 13-22.

Hiswani. 2004. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. e-USU Repository.

Karuniawati, A., E. Risdiyani, S. Nilawati, Prawoto, Y. Rosana, B. Alisyahbana, I. Parwati, W. Melia, T. M. Sudiro. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan Fluorokrom sebagai metode pewarnaan basil tahan asam untuk pemeriksaan mikroskopik sputum. Makara 9 (1) : 29-33.

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Misnadiarly, C dan H. Simanjuntak.1993. Frekuensi Mycobacterium Atipik di Jakarta. www.kalbefarma.com.

Pelczar, M. J dan Chan, E. C. S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Utama, A. 2005. Resistensi Bakteri TBC. www,beritaiptek,com

WHO, 2005. Global Tuberculosis Control, WHO Report, Surveillance,Planning, Financing Geneva.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.