Orang Hidup Harus Cemas, Harus Banyak Pertanyaan

Orang Hidup Harus Cemas, Harus Banyak Pertanyaan – Melihat tayangan salah-satu produk iklan yang mengemasnya dalam bentuk mini film ispiratif membuat aku ingin menulis tentang ini, sebuah dilema rasa yang mungkin setiap orang alami.

Siapa orang yang tidak merindukan kenyamanan? Hampir seluruh dari kita sebagai manusia merindukan itu. Namun kenyataanya tidak sesederhana apa yang kita bayangkan. Ada hal lain yang tidak mudah kita ucapkan yaitu soal kejenuhan.

Dikiranya kalau hidup kita sudah enak kita bisa merasakan kebahagiaan, belum. Belum tentu juga. Bahagia itu soal rasa. Bukan berwujud benda atau materi glamour yang menyilaukan mata.

Ilustrasi kecemasan seseorang

Untuk mencapai kebahagiaan mau tidak mau kita dipaksa untuk menjalankan penderitaan terlebih dahulu. Ketidakbahagiaan merupakan bagian dari hidup ini. Maka tak usalahlah kaget karena memang sudah seperti itu adanya.

Pernah berpikir kenapa kita diberi rasa cemas?

Bahwa memang manusia mungkin diciptakan untuk cemas. Untuk bisa merasakan kegundahan. Mencari sesuatu yang membuatnya tenang. Karena kita harus terus berjalan. Ketika tidak ada rasa cemas manusia akan stragnan.

Padahal rumus hidup adalah bergerak, manusia yang stagnan adalah manusia mati. Bisa dikatakan mayat. Kalau kita sudah mati barulah manusia mempunyai hak untuk diam.

Selama manusia masih menghirup udara secara gratis maka dia harus membayarnya dengan gerak. Dengan aktivitas yang menandakan bahwa dia masih hidup.

Kecemasan membuka jalan manusia untuk terus berjalan untuk mencari kebahagiaan, untuk terus berpikir, meski prosesnya tidak gampang, perlu perjuangan untuk melewati semua.

Masalah adalah energi untuk menggerakan alam, agar seimbang, karena dengan adanya masalah, kehidupan akan terus berputar, dengan segala warna-warninya, keluh-kesahnya dan kemudian akan kembali ke biasa (bahagia).

Orang yang berbahagia adalah orang yang bisa menyelesaikan masalah, sedangkan masalah identik dengan cemas. Maka kalau ingin merasa bahagia kita mesti mau merasakan cemas.

Kenapa hidup harus banyak pertanyaan?   

Ada beberapa orang yang bilang bahwa “hidup adalah rangkaian pertanyaan yang tak berputus”. Di dalam penemuan jawaban akan muncul pertanyaan baru, demikian seterusnya hingga nalar tak bisa menerka.

Lalu kenapa hidup kita banyak pertanyaan. Ya karena manusia memang dianugerahi akal, sedangkan akal akan banyak memunculkan pertanyaan.

Proses mencari pertanyaan ini yang membuat hidup terasa tak monoton bukan, membuat penasaran akan jalan keluar apa yang bisa dilalakukan kita dalam segala problematika yang ada.

Namun masalahnya adalah tidak semua orang terlahir sudah dengan pemikiran yang mapan, ada beberapa orang yang memulai semua dari awal untuk memapankan pikiranya menjadi mudah mencerna tentang masalah kehidupan.

Bila pola pikirnya sudah terbentuk. Tidak masalah dengan kecemasan-kecemasan yang melanda kehidupuan. Namun bila tidak? Masalah adalah momok yang menakutkan. Tak jarang karena itu manusia mengambil jalan pintas. Mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Hidup memang penuh tekanan, dimana tekanan hidup kadang membuat manusia menjadi depresi, bila mental tidak siap kita bisa gila. Beruntung bagi kita yang masih waras. Meski perilaku kita kadang melampaui orang gila.

Dikiranya hidup itu kebahagiaan. Tidak. Hidup adalah penderitaan, dikiranya hidup itu pilihan. Bukan, hidup adalah paksaan. Memaksa diri kita untuk bisa bertahan di atas kerasnya dan munafiknya manusia sebagai sosok dewa baru penghuni bumi.

Semoga bermanfaat !

Baca juga :

Simpan

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.