{"id":7779,"date":"2017-12-13T19:54:42","date_gmt":"2017-12-13T12:54:42","guid":{"rendered":"http:\/\/bacamedi.com\/?p=7779"},"modified":"2020-06-15T00:29:54","modified_gmt":"2020-06-14T17:29:54","slug":"menjadi-generasi-pilihan-dalam-islam","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/bacamedi.com\/menjadi-generasi-pilihan-dalam-islam\/","title":{"rendered":"Menjadi Generasi Pilihan Dalam Islam"},"content":{"rendered":"
\u201cKuu anfusakum waahlikum naara\u2026\u201d<\/p>\n
Pernah dengar kalimat ini sebelumnya, kan ? Yang artinya \u201cjagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka\u201d? pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita kalau sering dengar ceramah atau tilawah Al-Qur\u2019an.<\/p>\n
Kalimat ini mengantarkan kita pada pentingnya menjaga pribadi kita sebagai seorang muslim, dan juga menjaga keluarga kita terhadap sesuatu yang dapat menjerumuskan kita ke dalam api neraka. Tentunya kita semua sudah tahu apa saja hal-hal yang dapat mendekatkan kita ke padanya (api nerakapen), kan ? Jawaban yang pasti adalah segala perbuatan dosa atau maksiat kepada Allah, dalam bentuk apa pun; kecil maupun besar.<\/p>\n
Dalam hal ini, menjaga diri terhadap perbuatan dosa (yang dapat menjerumuskan ke dalam api neraka) menjadi sesuatu yang sangat patut untuk digaris-bawahi. Menjaga diri dalam artian yang luas, bukan hanya berdiam diri di dalam kamar untuk menghindari perbuatan dosa\/maksiat, aneh sekali jika kita malah berpikir demikian.<\/p>\n
Maksudnya adalah kita mampu menjaga segala sesuatu yang dapat menjauhkan kita kepada Allah, bahkan justru semakin membuat kita terpuruk ke dalam lingkaran setan. Bukan hanya berupa perbuatan kasat mata, tetapi juga dari bagaimana kita berkata dan berpikir.<\/p>\n
Maka satu kesimpulan penting yang kita dapatkan, kondisi ini (menjaga dirired) menjadi sebuah kewajiban bagi setiap kita untuk senantiasa membina diri, ketika dilalaikan akan mendapat dosa, karena telah berbuat zalim terhadap diri sendiri, Nah, Lho!?<\/p>\n
Artinya, penting bagi kita untuk selalu membina diri kita agar tetap berada pada jalur-jalur yang telah Allah buat khusus untuk kita; yakni jalur yang membuat kita untuk senantiasa dekat dan mengingat Allah, sehingga menjadi manusia yang mampu mengantarkan diri dan keluarga (bahkan lingkungannya) jauh dari api neraka.<\/p>\n
Dari sinilah kita tahu, bahwa sejatinya, kita adalah generasi pilihan. Generasi yang mampu mengubah diri sendiri dari kezaliman pribadi, generasi yang mampu menolong keluarga dan lingkungan, genarasi yang dengannya Islam berjayha, generasi yang dirindukan oleh Allah SWT. Amiin.<\/p>\n
Ketika pertanyaan di atas muncul, maka jawabannya adalah pembinaan yang selalu mengedepankan nilai-nilai Islami, tentunya ! Sepakat ?<\/p>\n
Tapi, jika ingin lebih spesifik lagi, maka pembinaan yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, yang tentu saja berlandaskan kepada Al-Qur\u2019an dan As-Sunnah. Sehingga kita yakin bahwa pembinaan yang kita lakukan sudah benar, baik itu dari segi kosepsi maupun aplikasi. Dengan dua rujukan inilah, sebuah pembinaan akan menemukan spirit dan jati dirinya, yang akan mengantarkan kita menjadi generasi pilihan: generasi yang jauh dari nilai-nilai ke-syirik-kan, generasi yang senantiasa mengedepankan keimanan dan ketaqwaan kepada Rabbnya, generasi yang di damba orang tua, negara dan tentu saja Agama Islam tercinta ! Subhanallah!.<\/p>\n
Mari kita telisik lebih lanjut, sebenarnya pembinaan yang bagaimana yang kita butuhkan ?<\/p>\n
Tentu saja aqidah ! Bahkan ini merupakan poin penting dalam pemahaman Islam secara kaffah.<\/p>\n
Ketika kita meyakini eksistensi Allah dengan segala Kemahabesaran-Nya, konsekuensi logis dari hal ini adalah dengan tidak pernah sedikitpun menyekutukan Allah dengan apapun dan siapapun. Konsep inilah yang akan mengenalkan kita pada sebuah fitrah akan adanya Allah, Rabb yang menguasai alam raya, Rabb yang tiada bandingan, Ilah yang tiada sekutu bagi-Nya.<\/p>\n
Sejatinya, setiap nabi mengajarkan kepada aqidah yang sama, tauhid (mengesakan Allah). Tidak pernah ada satupun nabi yang menyatakan dirinya tuhan dan meminta untuk disembah. Juga, bahwa Nabiyullah Muhammad adalah pembawa risalah terakhir, penutup kenabian. Artinya tidak akan pernah ada Nabi lagi setelah beliau wafat. No compromise !.<\/p>\n
Dengan pemahaman aqidah yang lurus, kita akan mengetahui seberapa yingkatan iman kita. Dan yang paling penting, keyakinan kita tidak akan tergoyahkan oleh apapun yang merusak dan mengotori ke Islaman kita. Dan dengan pemahaman aqidah yang benar pula, kita tidak mudah terombang-ambing dan mempunyai tegangan.<\/p>\n