\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Observasi terkendali (controlled observation).\u00a0 Seperti halnya observasi biasa, pada observasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendali pelaku atau objek\u00a0 yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen\u00a0 atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi.\u00a0 Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan \u201cbermukim\u201d langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu tertentu pula untuk\u00a0 mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.<\/div>\n
<\/div>\n
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri.\u00a0 Kedua cara pelibatan dimaksud\u00a0 yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Observasi\u00a0 berstruktur.\u00a0 Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.<\/div>\n
<\/div>\n
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik da
n<\/span> guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.<\/div>\nSecara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang\u00a0, berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotal berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.\u00a0 Alat mekanikal berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.<\/div>\n
Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu\u00a0 dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya,\u00a0 serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.<\/div>\n
<\/div>\n
2.\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Menanya<\/div>\n
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar y
a<\/span>ng baik.<\/div>\nBerbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah \u201cpertanyaan\u201d tidak selalu dalam bentuk \u201ckalimat tanya\u201d, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalima
t<\/span> efektif!<\/div>\na.\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Fungsi bertanya<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian\u00a0 peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir,\u00a0 dan menarik\u00a0 simpulan.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.<\/div>\n
<\/div>\n
b.\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Kriteria pertanyaan yang baik<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Singkat dan jelas.<\/div>\n
Contoh:\u00a0 (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Menginspirasi jawaban.<\/div>\n
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama? Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.<\/div>\n
<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Memiliki fokus.<\/div>\n
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan\u00a0 yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.<\/div>\n
<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Bersifat probing atau divergen.<\/div>\n
Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin belajar? (2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh\u00a0 peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.<\/div>\n
<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Bersifat validatif atau penguatan.<\/div>\n
Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik\u00a0 yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu\u00a0 dimaksudkan untuk memvalid
a<\/span>si atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.<\/div>\nContoh:<\/div>\n
o\u00a0\u00a0 Guru: \u201cmengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan\u201d?<\/div>\n
o\u00a0\u00a0 Peserta didik I: \u201ckarena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.\u201d<\/div>\n
o\u00a0\u00a0 Guru: \u201csiapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?\u201d<\/div>\n
o\u00a0\u00a0 Peserta didik II: \u201ckarena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif\u201d<\/div>\n
o\u00a0\u00a0 Guru\u00a0 : \u201csiapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?\u201d<\/div>\n
o\u00a0\u00a0 Peserta didik III: \u201corang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.\u201d<\/div>\n
<\/div>\n
<\/div>\n
<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.<\/div>\n
Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.<\/div>\n
Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.<\/div>\n
<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.<\/div>\n
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif\u00a0 yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.<\/div>\n
<\/div>\n
\u00b7\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Merangsang proses interaksi.<\/div>\n
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik. Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.<\/div>\n
<\/div>\n
c.\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0 Tingkatan Pertanyaan<\/div>\n
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.<\/div>\n
<\/div>\n
<\/p>\n
<\/div>\n
\n
\n\n\n\nTingkatan<\/div>\n<\/td>\n \nSubtingkatan<\/div>\n<\/td>\n \nKata-kata kunci pertanyaan<\/div>\n<\/td>\n<\/tr>\n \n\nKognitif yang lebih rendah<\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Pengetahuan (knowledge)<\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Apa…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Siapa…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Kapan…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Di mana…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Sebutkan…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Jodohkan atau pasangkan…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Persamaan kata…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Golongkan…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Berilah nama…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Dll.<\/div>\n<\/td>\n<\/tr>\n \n\n\u00a7\u00a0 Pemahaman (comprehension)<\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Terangkahlah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Bedakanlah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Terjemahkanlah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Simpulkan…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Bandingkan…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Ubahlah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Berikanlah interpretasi…<\/div>\n<\/td>\n<\/tr>\n \n\n\u00a7\u00a0 Penerapan (application<\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Gunakanlah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Tunjukkanlah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Buatlah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Demonstrasikanlah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Carilah hubungan…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Tulislah contoh…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Siapkanlah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Klasifikasikanlah…<\/div>\n<\/td>\n<\/tr>\n \n\nKognitif yang lebih tinggi<\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Analisis (analysis)<\/div>\n <\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Analisislah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Kemukakan bukti-bukti\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Mengapa\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Identifikasikan\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Tunjukkanlah sebabnya\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Berilah alasan-alasan\u2026<\/div>\n<\/td>\n<\/tr>\n \n\n\u00a7\u00a0 Sintesis (synthesis)<\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Ramalkanlah\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Bentuk\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Ciptakanlah\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Susunlah\u2026<\/div>\n <\/div>\n<\/td>\n<\/tr>\n \n\n\u00a7\u00a0 <\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Rancanglah…<\/div>\n \u00a7\u00a0 Tulislah\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Bagaimana kita dapat memecahkan\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Apa yang terjadi seaindainya\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Bagaimana kita dapat memperbaiki\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Kembangkan\u2026<\/div>\n<\/td>\n<\/tr>\n \n\n<\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Evaluasi (evaluation)<\/div>\n<\/td>\n \n\u00a7\u00a0 Berilah pendapat\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Alternatif mana yang lebih baik\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Setujukah anda\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Kritiklah\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Berilah alasan\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Nilailah\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Bandingkan\u2026<\/div>\n \u00a7\u00a0 Bedakanlah\u2026<\/div>\n<\/td>\n<\/tr>\n<\/tbody>\n<\/table>\n<\/div>\n \n- Menalar<\/li>\n<\/ol>\n
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | |