(MAKALAH) FUNGISIDA

Pengendalian Hama Secara Kimiawi (Fungisida) – Pengendalian penyakit tumbuhan secara kimia adalah pengendalian penyakit tumbuhan dengan menggunakan senyawa kimia yang beracun bagi patogen. Cara yang paling umum dikenal dalam pengendalian penyakit tumbuhan di lapangan adalah menggunakan senyawa kimia yang beracun bagi patogen. Bahan kimia tersebut baik yang menghambat perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangbiakan patogen yang dipengaruhinya, senyawa kimia tersebut dinamakan fungisida (untuk penyakit yang disebabkan oleh fungi), bakteriosida (untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri), nematisida (untuk penyakit yang disebabkan oleh nematoda), virusida (untuk penyakit yang disebabkan oleh virus) dan herbisida (penyakit yang disebabkan oleh tumbuhan lain). Keefektifan suatu fungisida terhadap patogen perlu adanya pengujian sekala laboratorium. Pada dasarnya dikenal tiga cara untuk menguji fungisida dalam laboratorium.

  1. Spora dikecambahkan di dalam air yang mengandung fungisida yang akan di uji.
  2. Jamur patogen ditumbuhkan ditumbuhkan pada medium biakan yang mengandung fungisida yang akan di uji.
  3. Mengukur respirasi dari jamur dalam pengaruh fungisida yang akan diuji.

Beberapa fungisida yang dipakai dalam praktikum fitopatologi adalah sebagai berikut:

  1. Merek Topsindo; bentuk bubuk, bahan aktif tiopanat metil 70%. Cara penggunaan yaitu dengan cara penyemprotan dengan volume tinggi menggunakan alat semprot gendong. Gejala dini apabila keracunan akut belum pernah dilaporkan, sehingga gejala yang khusus akibat keracunan fungisida ini belum diketahui.
  2. Merek Curci; bentuk bubuk, bahan aktif simoksani 10%. Cara penggunaan yaitu dengan penyemprotan volume tinggi satu minggu setelah tanam dan diulang setiap tujuh hari atau menurut anjuran setempat. Gejala dini keracunan diantaranya sakit kepala, pusing, mencret, pernafasan tidak teratur dan lemah. Apabila satu atau lebih gejala tersebut timbul, segera berhentilah bekerja, lakukan tindakan pertolongan pertama dan hubungi dokter.
  3. Merek Gavel; bentuk bubuk, bahan aktif Mangkozeb 69% dan Zaksamid. Cara penggunaan dengan penyemprotan volume tinggi, penyemprotan pada sayuran terlihat gejala serangan dan diulangi setiap satu minggu sekali sesuai dengan tingkat serangan. Gejala dan keracunan diantaranya badan menjadi lemah, timbul kelesuan dan kurang nafsu makan, timbul gangguan dan iritasi pada mata, kulit, hidung dan tenggorokan. Apabila salah satu atau lebih gejala itu muncul segera berhenti bekerja dan bubungi dokter.
  4. Merek Melody duo; bentuk bubuk, bahan aktif Propinet 61,3% dan privalikart 5,5%. Cara penggunaan dengan cara penyemprotan volume tinggi (biasanya untuk tanaman tomat dan kentang). Gejala dini keracunan diantaranya sakit kepala, berdebar-debar, pusing, muntah-muntah, muka merah. Apabila satu atau lebih gejala tersebut muncul, segera berhenti bekerja, lakukan pertolongan pertama dan segera hubungi dokter.

Berikut Adalah Beberapa Cara  Pengendalian Hama Secara Kimiawi

1. Fungisida

Fungisida berasal dari kata fungus = jamur, dan caedo = membunuh. Kebanyakan fungisida yang dipakai dewasa ini bersifat sebagai protektan, yaitu untuk melindungi tumbuhan agar patogen mati sebelum mengadakan infeksi. Fungisida dapat bersifat fungisidal, fungistatik, atau genestatik. Fungisidal berarti bahwa fungisida dapat membunuh jamur. Fungisida yang bersifat fungistatik tidak membunuh jamur, tetapi menghambat pertumbuhannya. Sedangkan genestatik berarti mencegah sporulasi. Fungisida yang bersifat genestatik disebut juga eradikan .

Fungisida yang baik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

  1. Meracun patogen sasaran
  2. Tidak meracuni tumbuhan
  3. Tidak meracuni manusia, ternak, ikan, dan sebangsanya
  4. Tidak meracuni tanah dan lingkungan, termasuk jasad renik
  5. Murah dan mudah didapat
  6. Tidak mudah terbakar
  7. Dapat disimpan lama tanpa menurun mutunya
  8. Tidak merusak alat-alat
  9. Mudah disiapkan dan dipakai
  10. Dapat merata dan melekat kuat pada permukaan badan tanaman
  11. Aktif dalam waktu yang tidak terlalu lama, agar tidak banyak          meninggalkan residu pada hasil pertanian dan kurang mencemari lingkungan
  12. Kalau dapat, selain membunuh jamur juga dapat membunuh serangga, tungau dan sebangsanya yang merugikan.

Ada 2 macam jenis fungisida yaitu fungisida kimiawi  dan fungisi  dan nabati, seperti fungisida yang diekstrak dari biji nimbi dan cenhkeh . fungisida nabati dapat meningkatkan jumlah populasi mikroorganisme berguna dalam tanah dan merupakan salah satu faktor menurunnyaintensitas serangan penyakit (Littro, 2008). Dalam  pengendalian penyakit dengan menggunakan pestisida kimiawai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti cara pengendalian yang efektif  yaitu harus mengetahui terlebih dahulu  gejala penyakit, mendapatkan informasi intensitas penyakit serta patogen (penyebab penyakit), sebagai dasar untuk melakukan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien yang mengacu pada konsep pengelolaan hama/penyakit terpadu, baru kemudian menentukan jenis fungisida kimiawi yang dapat dipakai.

2. Nematisida

Nematisida adalah bahaan  kimia yang digunakan untuk membunuh nematoda, sejenis cacing kecil yang hidup pada akar tanaman. Jenis nematisida yang sering digunakan adalah dichloropropene-dichloropropane (DD) dan ethylenedibromid (EDB) keduanya merupakan jenis insektisida yang diinjeksikan kedalam tanah yang berfungsi untuk mematikan insektisida yang hidup dalam tanah atau pada perakaran tanaman, telur nematode, dan jenis serangga tanah lainnya. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.

3. Bakterisida

Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu. Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri. Bakterisida biasanya sistemik karena baktri melakukan perusakan dalam tubuh inang. Bakterisida, Berasal  dari kata latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri. Pmberantasan virus menggunakan virusida, Pemberantasan serangga mengunakan insectisida.  Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen. Pemberantasan gulma menggunakan herbisida Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, dan masih banyak lagi yang lainnya.

4. Herbisida

Herbisida adaalah senyawa kimia yang biasa digunakan untuk memberantas gulma. Gulma Dalam lahan pertanian merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak diinginkan karena dapat menjadi inang bagi berbagai jenis patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan ehingga  kualitas dan kuantitas hasil dari tanaman budidaya akan berkurang, sehingga perlu ditangani secara serius, dan herbisida adalah salah satu zat kimia yang dapat menekan pertumbuhan gulma tersebut.

Djafaruddin. 2000. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Ghazanfar M. U,  W. Wakil,  S.T. Sahi and  S. Yasin. 2009. Influence of various fungicides on the management of  rice blast disease  Department of Plant Pathology, Department of Agri. Entomology, University of  Agriculture, Faisalabad .Rice Research Institute, Kala Shah Kaku
Nyoman. 1995. Ilmu Penyakit  Tumbuhan. Malang : Banyumedia Publishing.
Prayudi, Bambang., A. Meilin dan S. Handoko. 2011. Pengendalian Kanker Batang Duku di Jambi : Gejala, Intensitas Penyakit, dan Identifikasi Patogen. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Jambi.
Riska. W. 2010. Pengendalian Fisik Mekanik. http://widyariska.blogspot.com/2010/01/pengendalian-fisik-mekanik.html {diakses desember 2012}
Semangun, G. Nssss. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Silaban C. H., P. A. O. Siagan., S. Agustina., G., Kusuma., dan M. Gupta., 2012. Pengendalian secara kimiawi hama wereng cokelat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi. http://misscuekzzabizzz.blogspot.com/2012/01/pengendalian-secara-kimiawi-ddpt.html {diakses desember 2012}
Subiyakto. 2009. Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala, dan  Strategi Pengembangannya. Balai Penelitian Tanaman T3mbakau dan Serat ndonesian Tobacco and Fibre Crops Research Institute. Perspektif  Vol. 8 No. 2 / Desember 2009. Hlm  108 – 116 ISSN: 1412-8004
Sudarji, Sinaga Meity. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya, Depok.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.