Cara Panen Lebah Madu

Cara Panen Lebah Madu

Lebah -Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di gua-gua, di lubang-lubang pohon dantempat-tempat lain untuk diambil madunya.Lebah juga menghasilkan produk yang yangsangat dibutuhkan untuk dunia kesehatanyaitu royal jelly, pollen, malam (lilin), dan sebagainya. Selanjutnya manusia mulai membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada saat ini dengan sistem stup. Di Indonesia lebah ini mempunyai namabermacam-macam, di Jawa disebut tawon, gambreng, di Sumatera Barat disebut labah gadang, gantuang, kabau, jawi dansebagainya. Di Tapanuli disebut harinuan, diKalimantan disebut wani dan di tataranSunda orang menyebutnya tawon Odeng.

CARA PANEN MADU LEBAH

Madu merupakan bahan alami yangbanyak mempunyai manfaat bagi kesehatanmanusia. Selain sebagai bahanmakanan yang bergizi dengan rasa yangenak, madu juga sudah sejak lama digunakan sebagai bahan obat. Sebagianbesar masyarakat memanfaatkan madu dengan cara mengkonsumsinya secaralangsung, dan sebagian menggunakan sebagaibahan ramuan dalam berbagai produkobat dan makanan karena rasa danaromanya banyak disukai oleh orang(Budiaman et al., 2007). Madu digunakan sebagai pemanis sejak zaman prasejarah sebelum adanya gula. Madu tersebut diproduksi oleh lebah, baik oleh lebah liar maupun lebah budidaya. Sampai saat ini pun madu masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai tempat (Mujetahid, 2007).

Madu ini diperoleh dengan merusak sarang lebah lewat pengepresan, penekanan atau lewat cara lainnya.

Madu lebah sudah lama dikenal sebagai obat. Madu sebagai obat dapat digunakan untuk mengobati luka-luka, merangsang urinisasi, dan mempermudah pengeluaran isi perut. Secara umum, madu mempunyai khasiat sebagai pendorong tubuh dalam memulihkan ketahanan pasca operasi, atau sembuh dari penyakit, sebagai terapi penderita penyakit jantung, TBC, hati, maagh dan gangguan pernafasan (Pratiknyo et al., 2013). Madu dalam pengobatan tradisional yang terbaik adalah madu yang berasal dari jenis tumbuhan (suku palmae) antara lain aren, korma dan kelapa.

Jenis-jenis madu yang mempunyai khasiat khusus antara lain :

  1. Madu kapuk, dan kaliandra berkhasiat menurunkan panas, tampek, sariawan, merangsang nafsu makan.
  2. Madu karet, berkhasiat menyembuhkan gatal.
  3. Madu lengkeng, rambutan dan mangga berkhasiat menyembuhkan sakit ginjal, sakit pinggang, melancarkan kencing.
  4. Madu kopi, berkhasiat membuat tidur nyenya.
  5. Madu mahoni, berkhasiat mengurangi keputihan (pek tay).

Menurut Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2006), selain menghasilkan madu, terdapat pula hasil tambahan yang mempunyai nilai dan manfaat yang dapat dipanen secara bersamaan dengan panen madu. Produk tersebut berupa bee pollen, royal jelly, lilin lebah (malam), propolis dan apitoxin.

Manfaat madu juga sangat bagus untuk tumbuh kembang anak, menjadi salah satu cara terbaik untuk mengatasai masalah susah makan anak.

1. Bee Pollen

Bee pollen adalah serbuk sari bunga yang dihasilkan antera bunga sebagai sel-sel kelamin jantan tumbuhan. Bee pollen dikumpulkan oleh lebah madu dalam bentuk pellet dengan bantuan keranjang pollen atau pollen basket (corbicula) yang terdapat pada pasangan kaki belakang lebah pekerja. Bee pollensering disebut sebagai intisari kehidupan, karena kandungan nutrisinya sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, terutama untuk memperbaiki sel-sel tubuh. Hasil uji coba farmakologi menunjukkan bahwa di dalam bee pollen terdapat protein khusus sebagai faktor stimulasi kekebalan yang aktivitasnya sangat tinggi.

2. Royal Jelly

Royal jelly adalah jenis makanan dengan kandungan nutrisi yang sangat kompleks bahkan lebih kompleks dibandingkan dengan makanan hewani lainnya. Royal jelly merupakan makanan larva lebah madu dan makanan ratu lebah selama hidupnya. Dengan semakin bertambahnya umur lebah pekerja, kelenjar hypopharyngeal akan mengeluarkan enzim invertase yang mengkonversi sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa (Widowati, 2013). Menurut Halim dan Suharno (2005), royal jelly adalah cairan kental manis berwarna putih susu, yang diolah secara alami dari nektar dan tepung sari bunga oleh lebah pekerja muda melalui kelenjar pharingen di kepalanya dan dikeluarkan melalui kelenjar rahang atas. Manfaat royal jellydiantaranya menyembuhkan keterbelakangan pertumbuhan badan, penurunan berat badan, dan kemunduran kesehatan karena usia lanjut.

3. Malam (Lilin Lebah)

Malam disekresikan oleh kelenjar lilin (wax glands) yang terdapat pada bagian bawah dari perut lebah pekerja. Penggunaan malam tidak hanya terbatas pada industri lilin saja, tetapi telah meluas pada industri-industri lainnya seperti kosmetika dan teknik. Menurut Sihombing (2005), lilin yang berasal dari hewan yaitu malam, merupakan salah satu lilin yang kimianya stabil dan terkenal sepanjang sejarah dunia. Malam juga digunakan oleh industri perlebahan untuk pembuatan pondasi sisiran sarang baru maupun sarang pengganti.

4. Propolis

Propolis adalah bahan perekat atau dempul, bersifat resin yang dikumpulkan lebah pekerja dari kuncup, kulit, atau bagian lain dari tumbuhan. Sarang propolis digunakan untuk menutup celah-celah, mendempul retakan, menutup lubang dari luar. Susunan kimia propolis sangat kompleks, antara lain mengandung zat aromatik, zat wangi, dan berbagai mineral. Propolis sudah digunakan dalam berbagai obat jadi dari pabrik farmasi, antara lain untuk obat luka, dalam tapal gigi, dan luka usus. Hal ini sangat memungkinkan karena di dalam propolis terdapat zat bakterisida, bakteriostatik, dan memiliki sifat antibiotik.

5. Apitoxin

Apitoxin merupakan racun yang dihasilkan lebah madu (A. mellifera, A. cerana, dan A. dorsata) dari jenis lebah pekerja. Ada beberapa jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan sengatan lebah, antara lain rematik, sakit kepala, salah urat, tekanan darah tinggi atau darah rendah. Adapun kontra indikasi sengatan lebah adalah terhadap penyakit jantung dan TBC. Menurut Sihombing (2005), apitoxin adalah cairan bening dengan bau tajam, rasa pahit, aroma spesifik dan bereaksi asam. Berat jenisnya 1,1313 lebih berat dari air. Cairan ini cepat kering pada temperatur kamar dan beratnya menjadi 30-40 % dari berat semula.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam pembudidayaan lebah madu yaitu: lokasi budidaya, kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan.Syarat yang utama yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah madu adalah ada seekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerjaserta lebah jantan. Dalam satu koloni tidak boleh lebihdari satu ratu karena antar ratu akansaling bunuh untuk memimpin koloni.Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26°C, pada suhu ini lebah dapat beraktivitas normal. Pada suhu di atas 10°C,lebah masih beraktivitas. Di lerengpegunungan atau dataran tinggi yang bersuhu normal (25°C) sepertiMalang dan Bandung, lebah madu masih ideal dibudidayakan. Lokasi yang disukailebah adalah tempat terbuka, jauhdari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya(Bapennas, 2000).

Panen madu lebah bisa dimulai jika jumlah jumlah lebah dalam satu koloni sarang minimal 25.000 ekor yang memenuhi 15 sisir sarang. Panen madu dilaksanakan pada 1-2 minggusetelah musim bunga. Ciri-cirimadu siap dipanen adalah sisiran telah tertutup oleh lapisan lilin tipis. Sisiran yang akan dipanen dibersihkan dulu dari lebah yang masih menempelkemudian lapisan penutup sisirandikupas. Setelah itu sisiran diekstraksi untukdiambil madunya (Lukman, 2010). Adapun ciri sarang siap panen menurut Mujetahid (2007) antara lain ukuran sarang memendek atau mengecil, bagian bawah sarang menipis dan keadaan sekitar sarang terlihat bersih. Disamping itu, pemanen juga memperhatikan jumlah koloni dalam setiap pohon inang. Rata-rata jumlah koloni dalam satu pohon inang adalah satu, akan tetapi tidak jarang para pemanen menemukan 2-3 koloni. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa koloni lebah madu yang terdapat di tempat pelaksanaan praktikum ada yang sudah dapat dipanen dan ada juga yang belum dapat dipanen, karena belum memenuhi ciri-ciri lebah madu yang siap dipanen madunya.

Proses pemanenan lebah madu selama ini dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara tradisional dan cara modern. Cara tradisional dilakukan dengan cara memanaskan sisiran sarang lebah dengan bantuan air mendidih. Teknik ini dipakai untuk peternak yang memiliki jumlah koloni lebah madu sedikit.

Langkah-langkah pengumpulan madu secara tradisional ini yaitu sebagai berikut :

  1. Pakailah perlengkapan kerja khusus untuk memanen lebah madu.
  2. Masaklah air di dalam panci yang berukuran besar. Air panas ini nantinya digunakan untuk memisahkan madu dari sisiran sarang.
  3. Bukalah kotak lebah madu dari sisi samping atau belakang lubang keluar masuk lebah madu.
  4. Bila perlu lakukan pengasapan pada kotak lebah madu. Pengasapan ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian koloni lebah madu.
  5. Ambil bingkai sisiran sarang yang di penuhi oleh lebah madu dengan bantuan alat pengungkit.
  6. Bersihkan sisiran sarang dari kerumunan koloni lebah madu dengan sikat lebah. Posisi bingkai sisiran sarang pada waktu dibersihkan harus di atas kotak pengeraman agar lebah tidak keluar dari sarang.
  7. Letakkan bingkai yang berisi madu tersebut di tempat yang datar.
  8. Potonglah sisiran sarang lebah madu tersebut dengan pisau. Pemotongan itu dilakukan pada batas antara deretan sel-sel sarang yang berisi madu dan larva.
  9. Masukkan potongan tersebut kedalam panci yang berukuran lebih kecil dari panci yang digunakan untuk merebus air.
  10. Hasil potongan sisiran sarang yang berisi madu ini siap untuk dipanaskan. Pemanasan ini dilakukan supaya madunya keluar dari sisiran sarang.
  11. Setelah air yang ada di panci besar mendidih, masukkan panci yang berisi potongan sisiran sarang lebah madu ke dalam panci besar untuk dipanaskan.
  12. Sistem pemanasan ini akan menyebabkan lilin yang menutupi sel-sel sarang madu mencair. Kemudian, secara otomatis madunya akan keluar dari sel-sel sarang tersebut.
  13. Setelah madunya keluar, angkat panci kecil yang berisi potongan sisiran sarang lebah ini dari kompor, dan biarkan hingga dingin supaya lilin lebah dan madunya terpisah.
  14. Madu yang telah terpisah dari lilin lebah ini segera dimasukkan ke dalam botol atau wadah lain, melalui saringan. Hal ini untuk memisahkan madu dari kotoran lainnya (Sumoprastowo et al., 1993).

Teknik pengambilan madu secara modern hanya dapat dilakukan pada sisiran sarang lebah madu yang dilengkapi dengan fondasi sarang. Adapun cara untuk memisahkan madunya, yaitu dengan memutar sisiran sarang lebah tersebut dengan proses ekstraksi menggunakan ekstraktor. Dengan menggunakan alat ini, pemisahan madu dapat dilakukan lebih cepat dan efisien.

Berikut ini langkah-langkah pemanenan madu secara modern :

  1. Pakailah perlengkapan kerja khusus untuk memanen lebah madu.
  2. Buka kotak lebah dari sisi samping atau belakang lubang keluar masuk lebah madu, sambil sesekali melakukan pengasapan pada kotak madu lebah (stup).
  3. Ambil bingkai sisiran sarang yang dikerumuni lebah made dengan bantuan alat pengungkit.
  4. Bersihkan kerumunan koloni lebah madu dari sisiran sarang dengan sikat lebah. Posisi bingkai sisiran sarang pada waktu dibersihkan harus diatas kotak pengeraman.
  5. Taruh bingkai yang berisi madu tersebut di tempat yang datar.
  6. Kupaslah lapisan lilin atau malam pada sisiran sarang lebah yang menutupi sel-sel sarang yang berisi madu dengan pisau yang telah dicelupkan dalam air panas terlebih dahulu.
  7. Sisiran sarang madu yang telah dikupas lalu dimasukkan ke dalam ekstraktor bersama bingkainya. Cara ini untuk memisahkan madu dari sisiran sarang lebah.
  8. Peganglah alat pemutar ekstraktor dan putarlah secara perlahan-lahan, semakin lama percepat putarannya sampai semua madu mengalir dari sisiran sarang tersebut.
  9. Bingkai sisiran sarang lebah madu yang telah selesai diproses dengan ekstraktor, sebaiknya jangan dibuang. Kembalikan lagi ke dalam kotak lebah seperti semula agar dapat dipergunakan lagi oleh koloni. Sehingga perkembangan koloni lebah made akan lebih cepat tanpa membuat sisiran sarang dari awal.
  10. Setelah semua sisiran sarang diproses dengan ekstraktor, madu yang terkumpul dalam bejana ekstraktor dimasukkan ke drum khusus penampungan madu.
  11. Setelah madu dipasarkan, masukkan madu tersebut ke dalam botol dengan saringan (Sumoprastowo et al., 1993).

Madu yang dihasilkan oleh lebah madu ada yang berkualitas baik dan ada yang tidak. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi madu dalam sarang antara lain ketersediaan nektar dan serbuk sari, ketersediaan sel telur yang terbuka untuk peletakan, jumlah lebah perawat, dan vitalitas keseluruhan serta kualitas sang ratu (Chensheng et al., 2012).

Kualitas madu dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini :

  • Madu yang baik adalah madu yang mengandung kadar air sekitar 17-21 persen.
  • Biasanya warna madu cenderung akan mengikuti tanaman penghasil nektarnya, misalnya madu yang berasal dari tanaman lobak akan berwarna putih seperti air, madu yang berasal dari tanaman akasia dan apel akan berwarna kuning terang, sedangkan madu yang berasal dari tanaman lime akan berwarna hijau terang.
  • Aroma madu ada hubungannya dengan warnanya. Makin gelap warnanya, aromanya makin keras atau tajam.
  • Rasa manis madu alami melebihi manisnya gula karena kadar atau tingkat kemanisannya itu sedikitnya bias mencapai 1 ½ kali dari rasa gula putih/pasir.
  • Jika dilakukan uji enzimatis, terdapat dua enzim yang mencolok dalam madu, yaitu enzim diastase dan invertase.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas madu menurut Sihombing (2005) antara lain :

  1. Waktu pemanenan madu. Waktu pemanenan madu harus dilakukan pada saat yang tepat, yaitu ketika madu telah matang dan sel-sel madu mulai ditutup oleh lebah.
  2. Cara pemanenan atau pengambilan dan prossesing madu. Pemanenan atau pengambilan dan prossesing madu harus dilakukan secara baik, benar, dan hati-hati supaya tidak merusak sisiran dan zat-zat kotoran seperti pasir, potongan-potongan daun, serangga atau zat lainnya tidak ikut terbawa.
  3. Lamanya waktu dan cara penyimpanan madu. Aroma madu mudah menguap. Oleh karena itu, madu harus dirawat, ditutup rapat, tidak dipanaskan, dan tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama. Madu yang telah disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka akan cenderung mengalami perubahan warna menjadi lebih tua.

Menurut Sukartiko (1986), agar diperoleh madu yang berkualitas maka cara panen madu harus memenuhi syarat sebagai berikut :

  1. Madu diambil dari sel sisir sarang yang sudah ditutup atau madu dalam keadaan matang (ripe honey).
  2. Diambil menggunakan pisau tajam pada bagian yang mengandung madu saja.
  3. Tidak dikering-anginkan terlalu lama, karena madu bersifat menyerap uap air di udara (higroskopis).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi madu antara lain: ketersediaan pakan, cuaca, kelembaban, temperatur udara, dan proporsi koloni lebah. Menurut Bapennas (2000), berhasil tidaknya budidaya lebah madu tergantung:

  1. Ada sumber makanan (madu/tepung sari/pollen/bunga), ada tanaman berbunga.
  2. Bibit lebah madu yang baik, yaitu anggota koloni banyak, dalam satu stup atau sarang minimal 6 sisiran dan pejantan jumlahnya sedikit (<100 ekor).
  3. Pembudidaya atau peternak (orang yang bersangkutan).
  4. Pemberian tambahan makanan pada saat perubahan cuaca.

Kandungan dan sifat enzim serta khasiat madu ini akan rusak apabila prosesing madu tidak dilakukan secara benar dan memenuhi syarat. Adapun prosesing madu yang benar dan memenuhi syarat adalah sebagai berikut :

  1. Diambil dari madu yang sudah masak (ditutup lilin).
  2. Diambil dengan cara ditiriskan atau ekstraktor dan tanpa pemerasan.
  3. Madu tidak dikukus/ dimasak.
  4. Madu tidak dicampur dengan bahan apapun.
  5. Disimpan dalam tempat bersih dan ditutup rapat (Pratiknyo et al., 2013).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

  1. Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar yang masih mengandung enzim diatase aktif.
  2. Berdasarkan asal cairan yang diambil oleh lebah, madu dibedakan menjadi madu nektar, madu embun (honey dew), dan madu tiruan (artificial honey), sedangkan berdasarkan proses pengambilannya, madu digolongkan menjadi dua madu ekstraksi (extracted honey) dan madu paksa (strained honey).
  3. Selain memproduksi madu, lebah madu juga memproduksi hasil tambahan berupa bee pollen, royal jelly, lilin lebah (malam), propolis, dan apitoxin yang dapat dipanen secara bersamaan.
  4. Proses pemanenan lebah madu dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara tradisional dan cara modern.
  5. Kualitas madu dapat dilihat dari kadar air, warna, rasa, aroma dan enzim yang terkandung dalam madu.
  6. Faktor-faktor yang mempengarugi jumlah dan kualitas madu antara lain waktu pemanenan madu, cara pemanenan atau pengambilan dan prossesing madu, serta lamanya waktu dan cara penyimpanan madu.

DAFTAR REFERENSI

Adalina, Yelin. 2008. Analisis Finansial Usaha Lebah Madu Apis mellifera L. (Financial Analysis of Apis mellifera L. Honey Bee Enterprises). Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. 5 (3) : 217-237.

Badan Standarisasi Nasional. 2004. Madu: http:// www.bsn.or.id/SNI/madu.cpm. Diakses pada tanggal 15 November 2013.

Bapennas. 2000. Budidaya Ternak Lebah. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Jakarta.

Budiaman, B. Putranto, Mufidah dan Aliyah. 2007. Tingkat Kesukaan Lebah Madu Apis mellifera L. Terhadap Pakan Tambahan Campuran Madu dan Jus Mengkudu. Jurnal Perhimpunan Entomologi Indonesia, Sumatera Utara. 4 (2) : 89-97.

Chensheng, LU, Warchol, K.M., and Richard A. Callahan. 2012. In Situ Replication of Honey Bee Colony Collapse Disorder. Department of Environmental Health, Harvard School of Public Health, Landmark Center West, Boston, MA, USA. Bulletin of Insectology 65 (1): xxx-xxx, 2012ISSN 1721-8861 :1-8.

Halim, M. N. A dan Suharno. 2005. Teknik Mencangkok Royal Jelly, Lebah Madu Apis Mellifera liguistica dan Prospek Bisnis. Kanisius, Yogyakarta.

Marhiyanto, B. 1999. Peluang Bisnis Beternak Lebah. Gitamedia Press, Surabaya.

Mujetahid, A. 2007. Teknik Pemanenan Madu Lebah Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan di Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros. Jurnal Parrenial. 4 (1) : 36-40.

Pratiknyo, H., Darsono, T.B. Ambarningrum. 2013. Pedoman Praktikum Apikultur. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.

Pusat Perlebahan Apiari Pramuka. 2006. Lebah Madu, Cara Beternak dan Pemanfaatan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Saepudin, R., A. M. Fuah, C. Sumantri, L. Abdullah, S. Hadisoesilo. 2010. Peningkatan Produktivitas Lebah Madu Melalui Penerapan Sistem Integrasi dengan Kebun Kopi. “The Effect of Honeybee-Coffee Plantation Integration on Improving the Honey Productivity of Apis cerana”. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan Fakultas Peternakan UB, Bogor. 21 (1) 24-30.

Sari, Maulida. 2007. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Lebah Madu. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Sarwono. 2001. Lebah Madu. Agro Media Pustaka, Tanggerang.

Sihombing, D. T. H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sumoprastowo, R. M., Suprapto, R. A. 1993. Beternak Lebah Madu Modern. Bhratara, Jakarta.

Widowati, R. 2013. Pollen Substitute Pengganti Serbuk Sari Alami Bagi Lebah Madu. E-Journal

WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan. ISSN 2338-7793, Volume 1 Nomor 1 Mei-Agustus 2013.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.