Menjemput Ekonomi Kreatif Di Tengah Pusaran Ekonomi Global

Menjemput ekonomi kreatif di tengah pusaran ekonomi global – Sebagian masyarakat Indonesia masih bermindset pekerja, mereka akan memimpikan pekerjaan yang mapan dengan gaji yang besar.

Wajar, karena memang lingkungan kita adalah lingkungan yang demikian, secara naluri kita akan terbawa, karenanya mulailah membuka pikiran kita dengan jiwa enterprener pelan-pelan saja tidak juga harus menuntut waktu singkat supaya kita cepat menguasainya.

Karena berwirausaha memperlukan banyak perangkat untuk bisa menjalaninya, disamping ilmu, kita juga harus bisa memandang peluang,relasi dan inovasi tentunya.

Contoh bentuk usaha kreatif

Mulai menjalin relasi dari sekarang, sambung silaturahmi dengan teman-teman terdahulu yang tak sengaja terlupakan karena kesibukan masing-masing.

Ingat lingkungan juga sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang, maka bergaulah dengan lingkungan yang bisa membuat kita berpikir postif dan progresif.

Bukan perkara mudah memang namun kita harus memulai, kalau tidak kita akan semakin jauh tertinggal dari yang lain.

Banyak orang merasa bingung ketika akan memulai usaha, belum lagi ketika kita dibenturkan dengan modal, karena itu kita harus jeli, niatkan dulu mencari ilmu dan pupuk keyakinan.

Setelah berhasil mendirikan usaha pun masalah tak kunjung usai, “PR” kita bisa bertahan saja dulu, tidak usah mencari untung, ini bisa memerlukan waktu 3 hingga 4 bulan, bahkan ada yang memerlukan waktu yang lebih lama, tergantung dari bidang usaha yang kita jalani.

Kalau kita bisa bertahan, tinggal mengolah lagi pikiran untuk secepatnya kita bisa mendapatkan untung, agar keberlangsungan usaha terus berjalan.

Diera global seperti sekarang pertarungan usaha semakin terjal, “lawan kita” bukan hanya orang Indonesia saja namun juga dengan orang-orang luar negeri yang dirasa lebih siap dalam mengarungi pasar global.

Kita sudah memasuki pasar bebas Asia Tenggara atau biasa disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Indonesia tentu diharapkan meraup keuntungan dari pelaksanaan MEA ini.

Dengan catatan kita harus bisa mewarnai, kalau tidak maka kita akan semakin tenggelam, terkalahkan dari Negara-negara yang memang sudah mempersiapkan jauh-jauh hari MEA ini.

Melihat itu semua agaknya usaha ekonomi kreatif adalah salah-satu jalan yang paling mungkin untuk kita bisa mengambil peran.

Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama (Wikipedia).

Konsep ini biasanya akan didukung dengan keberadaan industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya.

Kalau masih bingung saya akan memberikan sedikit gambaran, misal kita memiliki sebuah kayu. Bagaimana kayu itu bisa menjadi usaha kreatif yang bernilai lebih tinggi daripada ketika kita hanya menjual dalam bentuk kayu saja.

Kayu itu bisa kita olah menjadi, meja, kursi, lemari dan lain-lain, tidak hanya itu limbahnya pun masih bisa kita gunakan untuk membuat produk, potongan-potongan kayu tersebut bisa kita buat menjadi mainan anak-anak seperti boneka atau pun mobil-mobilan, bisa juga untuk dibuat gagang sapu, itulah gambaran kecil bagaimana ekonomi kreatif tersebut.

Jelas nilainya akan jauh lebih tinggi, dari pada kita hanya menjual kayunya saja, apalagi potongan-potongan kayu kecil tadi, itu sudah bisa dikatakan limbah, yang biasanya hanya digunakan sebagai kayu bakar saja.

Apalagi sekarang pemerintah sangat mendukung dan mendorong supaya masyarakatnya bisa menjalankan ekonomi kreatif tersebut dibuktikan dengan pada 20 Januari 2015, melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif.

Presiden Joko Widodo membentuk lembaga baru non kementerian bernama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Badan ini bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Bekraf bertugas membantu presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan dibidang ekonomi kreatif.

Bekraf yang memiliki tugas untuk membantu presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengkoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif di 16 sektor ekonomi kreatif (musik, fesyen, film, animasi video, fotografi, kriya (kerajinan tangan), usaha kuliner, aplikasi dan pengembangan game, arsitektur dan desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni‎ rupa, televisi dan radio).

Nampaknya pemerintah memang menyadari karena memang kalau kita mau bertarung menciptakan produk-produk tertentu, kita masih kalah dengan negera-negera maju seperti Amerika serikat dan Cina, yang sekarang mendominasi perekonomian ekonomi global.

Ditambah lagi dengan teknologi informasi yang sedang berkembang di Indonesia, peluang untuk membuka usaha ekonomi kreatif semakin terbuka lebar, karena kita tidak perlu susah-susah mempromosikan bentuk usaha ekonomi kreatif tersebut.

Tinggal kita memanfaatkan saja media sosial untuk memasarkan, tidak memerlukan biaya tambahan alias gratis.
Data dari pemerintah mengatakan bahwa bentuk usaha ekonomi kreatif di Indonesia selama tahun 2016 kemarin semakin maju dan berkembang mulai dari bisnis makanan, pakaian hingga animasi.

Kedepean bisa jadi usaha ini bisa menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, dari pada kita hanya bergantung pada sumber daya alam yang semakin lama semakin menipis saja.

Demikian semoga artikel ini bermanfaat

salam

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.