Budidaya Anggrek Dengan Teknik Kultur

Budidaya Anggrek Teknik Kultur – Anggrek atau Orchidaceae termasuk dalam keluarga tanaman bunga-bungaan. Anggrek terdapat pada hutan yang gelap, di lereng yang terbuka, pada batu karang yang terjal, pada batu-batuan didaerah pantai dengan garis pasang surut tinggi

Bahkan di tepi gurun pasir pun anggrek dapat ditemukan. Tumbuh dari kutub utara sampai daerah katulistiwa dan selatan pada semua benua kecuali Antartika.

Anggrek yang banyak digemari adalah anggrek epifit dari daerah tropis.

Anggrek mempunyai lebih banyak jenis (species) nya daripada keluarga tanaman bunga-bungaan lainnya.

Para ahli tumbuh-tumbuhan berkeyakinan anggrek mempunyai lebih dari 25.000 species yang tersebar di seluruh dunia.

Tetapi karena kerusakan hutan kita kehilangan species yang belum dikenali dan tidak tahu dengan pasti berapa jumlahnya.

Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang mempunyai lebih dari 4000 species anggrek yang tersebar di hampir semua pulau.

Kalimantan, Papua, Sumatera, Jawa termasuk pulau-pulau yang terkenal didunia karena kekayaan anggreknya.

Genus yang banyak tumbuh meliputi :

Vanda, Phalaenopsis, Paphiopedilum, Dendrobium, Coelogyne, Cymbidium, Bulbophyllum dll.

Jenis Anggrek yang terkenal dari Indonesia

Anggrek yang terkenal dari Indonesia adalah “anggrek bulan” (Phalaenopsis amabilis) yang diangkat sebagai “Bunga Nasional” dan dijuluki “puspa pesona”, dan “anggrek kantung” (Paphiopedilum javanicum).

Tinjauan Pustaka 

Budidaya tanaman Anggrek sebagai Bisnis, Sejalan dengan permintaan anggrek baik sebagai tanaman maupun sebagai bunga potong yang cukup besar, maka usaha peningkatan dan penganekaragaman produk anggrek menjadi sangat penting.

Untuk memperluas pasar dan meningkatkan kemampuan bersaing di pasar dalam dan luar negeri, diperlukan teknologi untuk menghasilkan anggrek dengan warna yang beragam, bentuk yang menarik, dan tahan lama dengan harga yang relatif terjangkau.

Biji anggrek hasil persilangan memerlukan perlakuan tertentu dalam tahap perkecambahan karena biji anggrek tidak memiliki endosperm sebagai cadangan makanan, sehingga perkecambahan secara in vitro sangat dibutuhkan.

Medium yang digunakan pada kultur in vitro pada tanaman anggrek diantaranya adalah Vacin-Went (VW), Knudson C (Kn C) dan Murashige-Skoog (MS). Tetapi medium yang paling sering digunakan untuk kultur embrio adalah medium VW.

Untuk menyiasati mahalnya zat kimia, pada saat ini telah berkembang teknologi alternatif yaitu penggunaan medium dengan komposisi pupuk.

Umumnya anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 – 30° C dengan temperatur minimum 15° C.

Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi.

Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda.

Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer.

Pada anggrek, karakter morfologi daun dan bunga merupakan karakter yang digunakan sebagai penanda untuk membedakan kelompok tanaman.

Budidaya Anggrek Dengan Teknik Kultur

 Anggrek merupakan jenis tumbuhan liar yang memiliki bunga yang sangat unik dengan aroma khas, sehingga banyak diminati untuk dipelihara dengan tujuan kesenangan maupun untuk dibudidayakan / diperdagangkan. Semua anggrek tergolong dalam famili Orchidaceae, yaitu bangsa Anggrek.

Di Dunia diperkirakan terdapat ± 800 genus, yang termasuk kategori anggrek alam diperkirakan ± 25.000 jenis, sedangkan ± 10.000 jenis merupakan anggrek hibrida (hasil persilangan). Indonesia memiliki ± 5.000 jenis anggrek alam, yaitu seperlima dari jumlah anggrek alam di dunia.

Penyebarannya mulai dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Berdasarkan asal-usulnya, anggrek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anggrek alam (spesies) dan anggrek hibrida (kultivar). Anggrek alam adalah anggrek yang berasal dari habitat aslinya di alam (hutan). Sedangkan anggrek hibrida adalah anggrek yang merupakan hasil dari perkawinan silang antar species.

 Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain scalpel, cawan petri, botol kultur, pinset, rak kultur, aluminium foil, Bunsen, LAF, wrapping dan kertas label. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain biji anggrek dan media VW steril.

BACA JUGA : Teknik vegetatif, Cara Memperbanyak Tanaman Anggrek

Cara Budidaya Anggrek Teknik Kultur

Cara Budidaya Anggrek dengan Tekhnik Kultur
Cara Budidaya Anggrek dengan Tekhnik Kultur

Cara kerja subkultur atau overplanting sebagai berikut :

  1. Sediakan biji yang akan dikultur.
  2. Ambil secukupnya biji dari botol kultur menggunakan pinset.
  3. Letakan di dalam botol kultur yang berisi media tumbuh.
  4. Tutup dengan aluminium foil dan diwraping.
  5. Diamati pertumbuhanya setelah beberapa hari.

Pembahasan

Biji anggrek merupakan organ tumbuhan yang memang disiapkan untuk tumbuh menjadi tanaman lengkap. Berbeda dengan biji-biji tanaman lain, biji anggrek tidak mempunyai lembaga atau tunas, yang tampak pada biji anggrek adalah protocorm. Protocorm berupa sel pada anggrek dimana akar, tunas, dan batangnya tidak dapat dibedakan, dan hanya merupakan jaringan, tetapi dapat tumbuh sebagi kecambah.

Biji anggrek umumnya sangat kecil dan tidak mempunyai cadangan makanan atau endosperm, sehingga untuk dapat berkecambah secara alami sangat sulit, tana bantuan mikoriza atau jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut.

Untuk meningkatkan jumlahbiji anggrek yang mampu berkecambah, maka penebaran biji anggrk harus dilakukan secara aseptis dalam botol kultur melalui kultur embrio.

Media untuk menanam biji anggrek biasanya menggunakan media Vacin dan Went atau media Knudson C.

Media-media tersebut dilengkapi dengan senyawa-senyawa anorganik, senyawa-senyawa organic, sumber energy, pemicu tumbuh, vitamin, serta arang aktif. Selain media, faktor lain yang menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan adalah sitokinin (BAP) dan auksin (NAA).

BAP berfungsi merangsang pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan dan meransang pertumbuhan tunas, sedangkan NAA merupakan golongan auksin yang berfungsi dalam menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan pucuk aksilar dan adventif, serta inisiasi pengakaran.

Berkaitan dengan hal tersebut perlu diadakan penelitian pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh Benzyl Amino Purine (BAP) dan Napthalene Acetic Acid (NAA) terhadap pertumbuhan tanaman anggrek hitam (C. pandurata Lindl.).

Air kelapa mangandung zat/bahan-bahan seperti unsur hara, vitamin, asam amino, asam nukleat dan zat tumbuh seperti auksin dan asam giberelat yang berfungsi sebagai penstimulasi proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi.

Keberhasilan teknik in vitro dittentukan oleh keberhasilan pada tahap pemilihan eksplan, inisiasi, penggandaan, pengakaran dan aklimatisasi masing – masing tahapan tersebut memerlukan kondisi dan media khusus salah satu hara essensial yang dibutuhkan media adalah nitrogen.

Kebutuhan tanaman akan nitrogen ditunjukan dengan besarnya serapan nitrogen tanaman yang yang digunakan unuk membentuk bahan kering tanaman.

salah satu pembatas, dapat terjadi pada setiap saat dalam masa kultur.

Kontaminasi Budidaya Anggrek Teknik Kultur dapat berasal :

  1. Kontaminan internal dan eksternal. Kontaminan internal dari dalam jaringan tanaman. Kontaminan internal, sulit diatasi, maka perlu perlakuan antibiotik atau fungisida yang sistemik. Kontaminan eksternal, akibat langsung dari cendawan/bakteri atau akibat tidak langsung dari senyawa toksik produksi cendawan atau bakteri.
  2. Organisme kecil yang masuk dalam media.
  3. Botol / alat yang kurang steril.
  4. lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor.
  5. Pelaksana yang ceroboh / faktor pekerja
  6. Browning, atau pencoklatan, karena senyawa fenol dari eksplan. Fenol mengikat oksigen dari luar, sehingga terjadi oksidasi senyawa fenolik, menyebabkan eksplan berwarna coklat

Tanaman yang tumbuh secara in vitro, memerlukan sumber karbon, karena cahaya yang lemah, CO2 terbatas, tumbuh secara heterotrof.

Salah satu modifikasi media yaitu penambahan persenyawaan organik kompleks sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan anggrek hitam tersebut serta penggunaan NAA,

salah satu jenis auksin sintetis banyak digunakan untuk meningkatkan rasio pertumbuhan akar tanaman dalam kultur invitro, karena akan mendorong pembentukan akar-akar baru pada selang konsentrasi tertentu.

Dengan pertumbuhan akar yang sehat dan kuat akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk bertahan hidup pada tahap aklimatisasi ke lapangan.

Terdapatnya zat-zat endogen/ auksin alami dalam eksplan yang mendorong eksplan untuk tetap mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesimpulan Budidaya Anggrek Teknik Kultur :

  1. Medium yang digunakan untuk penanaman anggrek yaitu menggunakan media Vacin-Went (VW).
  2. Proses browing merupakan proses enzimatik yang berasal dari senyawa fenol eksplan.

Trimakasih telah membaca, semoga Bermanfaat.

Ikuti Kami di Google News Untuk up date informasi Menarik lainnya

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.