Fungsi Chemoreseptor Lobster

Fungsi Chemoreseptor Lobster – Chemoreseptor merupakan organ indera yang distimulasi oleh berbagai ion atau molekul kimia baik dalam bentuk gas maupun cairan. Ini meliputi indera penciuman, perasa dan juga reseptor yang memantau konsentrasi oksigen dan karbondioksida. Antenulla merupakan salah satu chemoreceptor yang terdapat disekitar mulut udang yang biasanya ditutupi oleh rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai alatpenciuman (Green, 1967).

Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu untuk mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut-rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang datang dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan sering pada torsi dengan nilai ambang tinggi (Ville et.al, 1988).

Kemampuan saraf untuk menanggapi rangsang, mempunyai peran sangat penting dalam adaptasi ekologis. Misalnya menemukan makanan, kawin dan mengetahui tempat atau keluarganya dan menghindari toksin dan predator. Hewan mengembangkan chemoreseptor  yaitu alat indera yang distimilsi oleh berbagai ion atau molekul kimia baik dalam bentuk gas maupun cairan meliputi penciuman dan perasa sebagai alat untuk berinteraksi dengan dunia luar dan dalam pengubahan penciuman dan sensitivitas perasa (rasa), sering juga sebagai petunjuk (Gardiner et.,al, 2008).

Lobster air tawar ada dua jenis pertumbuhan yaitu pertumbuhan diskontinyu yang terjadi pada jenis krustasea (termasuk Cherax sp.) dan pertumbuhan kontinyu yang terjadi pada moluska dan vertebrata.

Pertumbuhan Cherax sp. (baik bobot maupun panjang tubuh) bersifat diskontinyu yang terjadi secara berkala hanya sesaat setelah pergantian kulit (moulting) yakni saat kulit luarnya belum mengeras sempurna. Pertumbuhan tidak akan terjadi tanpa didahului oleh proses pergantian kulit, karena krustasea mempunyai kerangka luar yang keras (tidak elastis), sehingga untuk tumbuh menjadi besar perlu membuang kulit lama dan menggantinya dengan kulit baru (Kurniasih, 2008).

Individu lobster Homarus americanus dapat dikenal didasarkan pada deteksi urin feromon melalui chemoreseptor yakni antennula flagela lateral. Sensor spesifik diperoleh melalui tahap mediasi yang belum diketahui penyebabnya. Kebanyakan sel chemoreseptor memiliki flagela yang banyak ditemukan pada sensilla aestetas unimodal dan kerja spefikasi glomeruli lobus olfaktori di bagian otak. Sel chemoreseptor tambahan terletak disekitar sel mechanoreseptor pada sensilla bimodal, termasuk rambut penjaga yang semua lobus olfaktorinya tidak bekerja. Neuro anatomi yang terdapat didalamnya membawa aestetas essensial menuju chemosensor kompleks seperti yang terlihat pada duri Panulirus argus dapat menunjukkan adanya perbedaan deteksi pakan yang kompleks dan letak lokasinya tanpa aestetas (Johnson, 2005).

Udang yang diablasi antenullanya sudah tidak dapat melakukan flicking, wipping, withdraw, rotation dan mendekati pakan dengan frekuensi yang jarang. Hal ini membuktikan bahwa pentingnya antenulla dalam respon terhadap aktifitasnya. Udang dengan perlakuan ablasi mata masih bisa melakukan gerakan seperti flipping, wipping, withdraw, rotation dan mendekati pakan. Pada udang dengan ablasi total tidak dapatmelakukan gerakan apapun. Gerakan flicking, wipping, dan withdraw pada udang kontrol mendominasi gerak, serta melakukan beberapa kali gerakan mendekati pakan dalam 10 menit pertama dan kedua.

Menurut Radiopoetro (1977), pada perlakuan ablasi total dan antenulla, tidak terjadi gerakan karena organ yang berfungsi sebagai reseptor telah hilang. Storer (1975) menyatakan bahwa antenulla pada udang galah (lobster) merupakan struktur sensor yang dapat bergerak untuk mencari perlindungan, makan, dan mencari pasangan serta menghindari predator. Oleh karena itu udang yang tidak diberi perlakuan ablasi antenulla akan memberikan respon terhadap pakan, karena fungsi dari antenulla tersebut akan hilang jika dilakukan ablasi atau pemotongan salah satu organ tertentu, sedangkan udang yang paling responsif terhadap pakan adalah udang dengan perlakuan normal dan perlakuan ablasi mata.

Fungsi dari antenulla yaitu menangkap stimulus kimia berupa pheromon dari hewan lawan jenis juga untuk mengetahui posisi tubuh.

Mekanisme stimulus yang sampai ke udang dan diterima oleh organ chemoreseptor adalah senyawa yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan ke dalam air akan berdifusi dalam air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga menimbulkan aroma yang khas bagi udang. Rangsangan ini diterima oleh chemoreseptor melalui antenula dan ditransformasi ke otak oleh neuron efferent, kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan yang kemudian akan diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya organ reseptor melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan mekanisme ini dapat diketahui bahwa organ chemoreseptor udang terletak pada antenulla yang berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas sebagai stimulus zat kimia (Roger, 1978).

Menurut Devine dan A. Jelle (1982), udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama, yaitu antenulla bagian medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. Organ tersebut dapat berfungsi untuk membau dan merasai. Dua pasang kaki jalan pertama dan reseptor bagian antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai fungsi dalam orientasi secara kimia.

Chemoreseptor juga digunakan oleh udang untuk mengetahui adanya predator, lawan jenis, serta makanan. Lokasi makanan, tingkah laku penghindaran terhadap predator pada lobster, serta pendekatan lawan jenis, diperantarai oleh antenulla. Dalam antennula terdapat sel-sel yang dapat membaui adanya rangsang kimia dari lingkungan terutama peka terhadap asam-asam amino dan karbohidrat dari pakan (Radiopoetro,1977).

Faktor yang mempengaruhi udang mendekati pakan antara lain berupa sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik dan adanya chemoreaktant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan.

Chemostimulan yang dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae, mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, udang menunjukkan respon rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Harpaz,1990).

Hasil percobaan yang dilakukan menyatakan bahwa udang melakukan beberapa gerakan flicking, wipping, withdraw, rotation, dan mendekati pakan.

  1. Gerakan flicking, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan antenulla ke depan, dan gerakan tersebut berfungsi dalam mencari atau mendekati pakan.
  2. Gerakan wipping, yaitu gerakan pembersihan antenulla, dimana gerakan tersebut berfungsi dalam pembersihan setelah mendapatkan makanan atau setelah memakan pakan.
  3. Gerakan withdraw, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan ke belakang, dimana gerakan tersebut berfungsi untuk melawan atau menghindari musuh yang akan mendekatinya.
  4. Gerakan rotation, yaitu gerakan pemutaran antenulla yang berfungsi untuk mencari sensor kimia. Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, dan rangsangan mekanik (Gordon et al.,1982).
Mekanisme stimulus yang sampai ke udang dan diterima oleh organ chemoreseptor adalah senyawa yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan ke dalam air akan berdifusi dalam air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga menimbulkan aroma yang khas bagi udang.
Rangsangan ini diterima oleh chemoreseptor melalui antenula dan ditransformasi ke otak oleh neuron efferent, kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan yang kemudian akan diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya organ reseptor melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan mekanisme ini dapat diketahui bahwa organ chemoreseptor udang terletak pada antenulla yang berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas sebagai stimulus zat kimia (Roger, 1978).

Menurut Roger (1978), kemampuan untuk mendeteksi dan mengetahui lokasi sumber makanan dengan rangsangan kimia dari jarak jauh, merupakan proses yang penting untuk kehidupan bentik seperti udang.  Untuk itu, antenula dibutuhkan untuk mencari lokasi atau tempat sumber makanan.  Setiap antenula tersusun dari 4 segmen dan terbagi pada bagian distal yang bercabang menjadi flagellum lateral dan flagellum medial. Setiap flagellum tersusun dari antenula yang menghubungkan antara chemosensory dan mechanosensory.
Bacaan Lanjut :
Devine, D.V. and A. Jelle. 1982. Fungtion of Chemoreceptor Organs in Spartial Orientation of Lobster. Boston University Marine Program, Boston.
Gardiner, A., Barker, D., Bultin. R.K., Jordan.W.C., and Ritchie.M.G. 2008. Drosophila Chemoreseptor Gene Evolution : Selection, Specializtion and Genome Size. Journal Of Molekuler Biology, 17: 1648-1657.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.