Fenomena Buang Dolar di Seluruh Dunia Dan Negara yang Memilih Mata Uang Lain

Fenomena ‘Buang Dolar’ di Seluruh Dunia: Negara-negara yang Memilih Mata Uang Lain untuk Transaksi Perdagangan.

Tren pengurangan penggunaan dolar AS sebagai mata uang transaksi internasional telah menjadi sorotan sejak beberapa waktu terakhir.

Beberapa negara telah mulai meninggalkan dolar dan beralih menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan antar negara.

Seperti halnya China, Brasil, India, Meksiko, Indonesia, Peru, Bolivia, Paraguay, dan Argentina. Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memberikan catatan khusus terkait fenomena ini.

Ada beberapa bukti bahwa dolar AS semakin ditinggalkan dalam perdagangan internasional, seperti kerja sama perdagangan antara Brasil dan China yang menembus US$ 171,49 miliar.

Serta Beberapa rencana kerja sama China dengan Arab Saudi yang diharapkan dapat menggerus permintaan dolar AS lebih dari US$ 10 miliar.

Baca : Kebangkrutan SVB dan Prediksi Resesi Amerika

Fenomena Buang Dolar Dan 5 bukti dolar AS semakin ditinggalkan

Fenomena Buang Dolar Dan 5 bukti dolar AS semakin ditinggalkan
Fenomena Buang Dolar Dan 5 bukti dolar AS semakin ditinggalkan
  1. Kerja Sama China-Brazil
    Pada akhir Maret 2023, diketahui bahwa Brasil dan China telah membuat kesepakatan untuk ‘membuang’ dolar dalam transaksi perdagangan mereka. Kesepakatan tersebut diketahui bernilai sangat besar mengingat total perdagangan kedua negara menembus US$ 171,49 miliar.

Artinya, ada permintaan dolar sebesar US$ 171 miliar yang hilang dalam perdagangan global. Kesepakatan tersebut jelas sebuah kemenangan bagi kampanye pengurangan penggunaan dolar AS.

  1. Rencana Kerja Sama China-Arab Saudi
    Selain dengan Brasil, Tiongkok juga tengah merayu Arab Saudi untuk menggunakan mata uang Yuan untuk membeli minyak.

The Wall Street Journal menulis, pembicaraan ini sebenarnya sudah terjadi selama enam tahun terakhir.

Namun ketidaksenangan Negeri Raja Salman pada komitmen keamanan AS pada kerajaan beberapa dekade ini membuat pembicaraan dengan Beijing kian gencar.

Jika kerja sama ini disepakati maka diperkirakan bisa menggerus permintaan dolar AS lebih dari US$ 10 miliar.

Kontrak Saudi Aramco dengan perusahaan China terkait penjualan minyak diperkirakan mencapai US$ 10 miliar.

  1. Kerja Sama China-Rusia
    Mata uang dolar AS belakangan sudah semakin tersingkirkan di Rusia. Sebab negara yang dipimpin Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin itu kini banyak menerima mata uang negaranya rubel dan mata uang China, Yuan.

Pemerintah China memang banyak mengimpor gas dan minyak mentah dari Rusia. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pembayaran yang negara itu gunakan yakni dengan Yuan dan Rubel.

“Yuan dan rubel dalam permintaan tinggi, sehingga vektor akan terus berlanjut. China sudah membayar dalam yuan untuk gas dan sebagian untuk minyak, ada penyelesaian dalam rubel juga,” kata Novak kepada TV pemerintah Rusia.

  1. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri India
    Tidak ingin ketinggalan dengan China, saat India telah mengeluarkan kebijakan baru untuk semakin meningkatkan penggunaan rupee dalam perdagangan mereka. Adapun kebijakan tersebut sudah mulai dijalankan sejak April 2023.

Di luar itu, India juga tercatat menjalin kesepakatan dengan negara lain seperti Malaysia untuk menggunakan mata uang masing-masing dalam transaksi perdagangan.

  1. Kerja sama Indonesia dan ASEAN
    Indonesia dan negara-negara ASEAN juga mulai meningkatkan penggunaan mata uang masing-masing melalui local currency transaction (LCT). Dengan begitu Indonesia beserta negara ASEAN lainnya sudah tidak lagi menggunakan dolar AS dalam transaksi perdagangannya.

Baca Juga : Indonesia Kembali Berencana Meredominasi Rupiah

Diketahui bahwa saat ini Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina telah meneken kerjasama transaksi pembayaran lintas batas melalui kode QR, fast payment, data, hingga transaksi mata uang lokal.

Di luar itu Indonesia sendiri secara khusus sudah menandatangani kerangka kerjasama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) dengan sejumlah negara. Di antaranya adalah Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan.

Tidak hanya itu, Indonesia juga bersama negara-negara ASEAN mulai meningkatkan penggunaan mata uang masing-masing melalui local currency transaction (LCT), sehingga tidak lagi menggunakan dolar AS dalam transaksi perdagangannya.

Bahkan, Indonesia telah menandatangani kerangka kerjasama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal dengan sejumlah negara, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan.

Kesimpulan :

Fenomena Buang Dolar atau Pengurangan penggunaan dolar AS dalam perdagangan internasional memiliki dampak yang signifikan.

Permintaan dolar AS oleh bank sentral dunia telah anjlok ke level terendah dalam 25 tahun, dan komposisi dolar AS dalam cadangan devisa (cadev) global menurun dari 71% pada 1990an menjadi 59% pada Mei 2021.

Dalam beberapa tahun ke depan, kemungkinan besar kita akan melihat semakin banyak negara yang beralih menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan antar negara.

Hal ini dapat mempengaruhi kekuatan ekonomi dan politik negara-negara yang biasanya menggunakan dolar AS sebagai mata uang transaksi internasional.

Sebagai contoh, jika China dan Arab Saudi berhasil mencapai kesepakatan untuk menggunakan mata uang yuan dalam transaksi minyak mereka.

Tentunya ini dapat mengurangi penggunaan dolar AS dalam perdagangan internasional dan mengurangi kekuatan ekonomi AS di dunia.

Baca Artikel Tentang Fenomena Buang Dolar lainnya Di Google News

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.