PRAKTIKUM BUDIDAYA JAMUR

Latar Belakang

Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang bercabang. Karena tidak berklorofil, kehidupan jamur mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain yang telah mati. Jamur telah lama diketahui di berbagai negara sebagai sumber makanan yang lezat dan mengandung bernutrisi. Jamur dikonsumsi karena kaya akan nutrisi, yaitu protein, mineral dan vitamin, juga mengandung khasiat sebagai obat. Budidaya jamur sangat menguntungkan, karena menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah untuk mendapatkan substrat untuk menumbuhkan jamur (Agromania, 2010).

Jamur disukai tidak hanya karena rasanya yang lezat. Jamur juga dipercaya memiliki banyak manfaat. Dibanding dengan daging, jamur memang punya nilai yang lebih tersendiri. Apabila mengonsumsi daging erat dengan masalah lemak atau kandungan kolesterol yang tinggi. Sedangkan jamur sebaliknya bebas kolesterol serta kaya serat vitamin dan mineral. Karenanya, jamur

dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit. Jamur merang, misalnya berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah, bahkan dapat mengobati kanker (Agromania, 2010).

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sekarang telah banyak dibudidayakan orang. Media tanam atau substratnya yang sudah umum digunakan adalah gergajian kayu alba (sengon). Sembarang gergajian kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu yang tidak beracun, kemudian di campur dengan bahan-bahan yang lain dengan berbandingan tertentu (Sritopo, 1999).

Baca Juga : Struktur Jamur

Ling zhi (Cina), reishi (Jepang) atau yeongji (Korea) adalah jamur yang termasuk dalam jenis Ganoderma lucidum. Berdasarkan sejarah Cina, ling zhi pertama kali ditemukan oleh seorang petani yang bernama Seng Nong. Ia dijuluki sebagai petani yang suci (holyfarmer). Menurut Seng Nong, hal terpenting dari sebuah tanaman obat adalah bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan efek samping.

Ling zhi berkhasiat sebagai herbal anti-diabetes, anti-hipertensi, anti-alergi, antioksidan, anti-inflamasi, anti-hepatitis, analgesik, anti-HIV, serta perlindungan terhadap liver, ginjal, hemoroid atau wasir, anti-tumor, dan sistem imun (kekebalan tubuh) (Aditya, 2010).

E-Book >>> Bisnis Olahan Jamut Tiram dengan Omset Milyaran <<<

Usaha budidaya jamur perlu dilandasi pengetahuan yang cukup tentang sifat masing-masing jamur dan kondisi lingkungan yang dibutuhkan. Faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur meliputi suhu, sinar matahari, pH, CO2, kelembapan, kandungan air, ukuran partikel, viabilitas kultur, dan kontaminan.

Terdapat 7 tahap yang harus diperhatikan, yaitu : pemilihan jenis jamur, penyediaan kultur induk, penyediaan bibit, penyiapan medium tanah, penyusihamaan (pasteurisasi dan sterilisasi), inokulasi bibit, dan pemeliharaan pertumbuhan (Sritopo, 1999).

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa mengetahui tahap-tahap budidaya jamur.

2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan budidaya jamur.

II. MATERI DAN METODE

A. Alat

Alat yang digunakan dalam pembuatan media bibit antara lain cawan petri, pembakar spirtus, silet, pisau, jarum inokulum, botol, aluminium foil, wrapping, spidol, pinset, dan Laminar Air Flow (LAF). Alat yang digunakan dalam pembuatan media tanam Baglog adalah karet, ring (potongan bambu), sekop, drum untuk sterilisasi, kompor, ember, plastik polipropilen, dan kertas.

B. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan media bibit antara lain Pleurotus ostreatus, Ganoderma lucidum, alcohol, akuades, biji jagung 1000 gram, biji kacang hijau 800 gram, millet 500 gram, CaCO3 1%, dan glukosa 0,5%. Bahan yang digunakan dalam pembuatan media tanam baglog adalah plastik polipropilen, kapur 3 kg, CaCO3 2 kg, gypsum 2 kg, bekatul 15 kg, 100 kg serbuk kayu (kayu sengan atau kayu lunak).

C. Cara Kerja

a. Inokulasi biakan murni ke media bibit

  • Isolat yang akan dibudidayakan diinokulsikan ke dalam salah satu media, jagung, millet, atau biji kacang hijau sesuai perlakuan yang dilakukan.
  • Media bibit tersebut diinkubasi pada suhu kamar hingga 2 minggu kemudian.
  • Beri tanda dengan spidol untuk mengukur pertumbuhan diameter miselium.
  • Selama 2 minggu tersebut, dihitung laju pertumbuhannya.

b. Pembuatan Media Tanam

  • 100 kg serbuk kayu (kayu sengon atau kayu jenis apaun yang lunak) di campurkan dengan 15 kg Bekatul, 2 kg Gips, 2 kg CaCO3, dan 2,5 kg kapur. Campurkan hingga merata dengan menggunakan bantuan sekop untuk mengaduknya.
  • Masukkan campuran serbuk kayu tersebut kedalam plastik putih yang nantinya akan digunakan untuk melakukan budidaya. Bagian bawah plastik agak dilipat sedikit, dimaksudkan agar baglog tersebut nantinya dapat didirikan. Memasukkan serbuk kayu tersebut sambil di padatkan dengan cara di pukul-pukul.
  • Baglog kemudian di sterilisasi menggunakan autoklaf konvensional. Baglog diletakkan didalam tempat sterilisasi tersebut.
  • Baglog yang telah di sterilisasi siap untuk ditanamkan bibit yang telah kita buat sebelumnya di Laboratorium.

c. Inokulasi bibit ke baglog

  • Buatlah suatu bolongan di tengah-tengah media tersebut, kurang lebih sebesar jempol tangan kita.
  • Masukkan bibit yang berasal dari media jagung, millet, ataupun biji kacang hijau tersebut kedalam media yang telah di sterilisasi tersebut.
  • Masukkan ring yang terbuat dari bambu ke dalam plastik tersebut untuk mengikat plastik tersebut.
  • Tutupi juga dengan kertas koran, kemudian ikat kertas Koran tersebut dengan karet gelang.

d. Inkubasi

  • Letakkan baglog yang telah berisi media dan bibit tersebut di ruang inkubasi. Ruang inkubasi tersebut dibagi menjadi dua, ruang untuk fase vegetatif dan ruang untuk fase generatif.
  • Ruang untuk fase vegetatif, suhu ruangan dijaga 22-28°C, dan kelembapan dijaga pada kisaran 60-80%.
  • Fase generatif, suhu ruangan dijaga pada suhu 22-26°C, dan kelembapan berkisar antara 60-80%.
  • Ruangan tersebut juga dilengkapi dengan selang yang berfungsi untuk mengalirkan air dalam ruangan tersebut. Selang tersebut berfungsi untuk menjaga kelembapan dalam ruangan tersebut.

B. PEMBAHASAN

Jamur tiram cokelat (Pleurotus pulmonarius) tumbuh soliter, tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan pada batang kayu. Di alam, jamur P. pulmonarius banyak dijumpai tumbuh pada tumpukan limbah biji kopi. Jamur P. pulmonarius memiliki tudung dengan diameter 4-15 cm atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang membentuk corong; permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak lengket; berwarna cokelat, atau cokelat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa); tepi menggulung ke dalam, pada jamur muda sering kali bergelombang atau bercuping.

Daging tebal, berwarna cokelat, kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa tidak merangsang. Bilah cukup berdekatan, lebar, warna putih atau keabuan dan sering kali berubah menjadi kekuningan ketika dewasa. Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh, dan tidak di pusat atau lateral (tetapi kadang-kadang di pusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar (Laununa, 2010).

Klasifikasi jamur tiram cokelat menurut Anonymous (2001) adalah

Kingdom : Plantae

Divisi : Mycota

Kelas : Homobasidiomycetes

Ordo : Himenomycelates

Famili : Agaricaceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus pulmonarius

Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal. Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua.

Jamur kuping memiliki banyak manfaat kesehatan, di antaranya untuk mengurangi penyakit panas dalam dan rasa sakit pada kulit akibat luka bakar. Bila jamur kuping dipanaskan maka lendir yang dihasilkannya memiliki khasiat sebagai penangkal (menonaktifkan) zat-zat racun yang terbawa dalam makanan, baik dalam bentuk racun nabati, racun residu pestisida, maupun racun berbentuk logam berat. Jamur kuping juga telah dijadikan sebagai bahan berbagai masakan seperti sayur kimlo, nasi goreng jamur, tauco jamur, sukiyaki, dan bakmi jamur dengan rasa yang lezat dan tekstur lunak yang terasa segar dan kering.

Klasifikasi jamur tiram cokelat menurut Anonymous (2001) adalah

Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Auriculariales
Famili : Auriculariaceae
Genus : Auricularia
Spesies : A. auricula-judae
Faktor yang mempengaruhi budidaya jamur menurut Sumarsih (2010), yaitu:
1. Kadar atau nutrisi baglog
Fungsi bekatul atau tepung jagung adalah untuk pertumbuhan miselium awalnya. Jika kualitas bekatul baik (kandungan beras berbanding sekam tinggi) tampak miselium putih sempurna dan memanjang dengan cepat. Jika kandungan nutrisi kurang atau kualitas nutrisi tidak baik, pertumbuhan miselium cenderung lambat, dan tidak putih sempurna.
2. Kualitas bibit (F2)
Dalam pembuatan bibit, media jagung itu berarti media “murni” jika sudah ada gergajian, maka itu adalah media campuran. Penggunaan jagung inilah yang memacu pertumbuhan miselium dengan cepat. Kualitas bibit F2 yang ditanamkan ke baglog akan teramati jika baik, maka akan cepat memutih, selanjutnya pertumbuhan miselium pun akan cepat.
3. Jenis serbuk kayu yang digunakan
Untuk budidaya, bisa menggunakan kayu sengon laut, mahoni, mindi, kayu nangka, kayu kembang, kayu albasiah, kayu meranti dan sebagainya, dan diusahakan jangan menggunakan bukan kayu cemara, damar, pinus. pemilihan jenis kayu ini pengaruhnya pada berat jenisnya. Disarankan menggunakan kayu yang tidak mudah lapuk. Jenis kayu yang lebih keras tentunya akan menghasilkan jamur lebih banyak. namun, pembudidaya tidak selalu mendapatkan jenis serbuk gergaji yang homogen, seringnya campuran.
4. Kadar air dalam baglog
Kandungan kadar air dalam baglog adalah 65%-75%. Pengukuran kadar air ini sulit dilakukan, biasanya hanyalah berdasarkan perasaan atau pengalaman saja. Indikasinya jika digenggam menggumpal tetapi tidak terlalu basah, itulah kadar air optimalnya. Kadar air dalam baglog ini sangat berpengaruh dalam pertumbuhan jamur tiram nantinya. Jika kadar air kurang, maka pertumbuhan jamur tiram tidak akan bisa optimal. Tetapi jika kadar air berlebih, baglog akan cepat membusuk, bahkan timbul ulat. Bahkan lagi bisa menghambat pertumbuhan miselia. Jadi kadar air harus pas dan optimal.
5. Berat baglog atau volume baglog
Produksi jamur tiram nantinya akan tergantung pada kuantitas/volume serbuk gergaji dalam baglog. Karena jamur adalah saprofit yang memakan sisa tumbuhan yang telah mati. Jadi semakin banyak volume atau bobot serbuk gergaji yang ada di dalam baglog, semakin banyak pula kemungkinan jamur yang dapat dipanen nantinya. Hal ini berhubungan langsung dengan BER (biological efficiency ratio) nya.
6. Perawatan baglog pada masa produksi
Perawatan yang optimal, mengawasi, membersihakan, mengatur sirkulasi, akan menghasilkan jamur lebih daripada yang hanya sekedar ditaruh saja dan mengharapkan hasil panen yang optimal.
Fungsi masing-masing bahan menurut Sumarsih (2010) :
  • Serbuk gergaji memiliki fungsi sebagai pendegradasi selulosa.
  • Gips (CaCO4) berfungsi untuk sumber mineral, terutama kalsium.
  • Kapur (CaCO3) memiliki fungsi sebagai penetral pH.
  • Dedak berfungsi sebagai sumber nutrisi.
  • Biji jagung, kacang hijau, dan millet digunakan sebagai media tanam miseliumya.
Fungsi dari tiap tahapan budidaya jamur menurut Ratnaningtyas (2010), adalah:
  1. Memilih jenis jamur yang akan dibudidayakan à Memutuskan jamur jenis apa yang akan dibudidayakan
  2. Penyediaan kultur induk jamur à berupa pembuatan biakan murni untuk dibuat kultur induk, kemudian dilakukan isolasi terhadap tubuh buah tersebut, baik melalui kultur spora maupun jaringan.
  3. Pembuatan bibit jamur siap tanam à kualitas bibit yang akan digunakan akan menentukan hasil atau produksi jamur, baik kualitas maupun kuantitasnya.
  4. Pembuatan medium tanam jamur à pemilihan bahan dasar untuk pembuatan medium tanam jamur secara buatan bergantung pada substrat asal dimana jamur tumbuh dialam atau modifikasinya. Jamur biasanya ditumbuhkan pada medium yang terbuat dari limbah sisa pertanian atau perkebunan yang mengandung lignoselulosa, dicampur dengan bahan-bahan lain yang dibutuhkan untuk perkembangan jamur.
  5. Sterilisasi medium tanam jamur à sterilisasi medium dapat dilakukan secara sederhana, yakni dengan ‘pengukusan’ atau tepatnya dengan pasteurisasi.
  6. Inokulasi atau penebaran bibit à bibit yang akan diinokulasikan berupa miselium vegetative yang masih sangat rentan terhadap kontaminan, oleh karena itu diperlukan ketrampilan yang memadai.
  7. Pemeliharaan medium tanam jamur à jamur yang telah ditanam diletakkan di ruang inkubasi. Ruang inkubasi tersebut dibagi menjadi dua, ruang untuk fase vegetatif dan ruang untuk fase generative. Ruang untuk fase vegetatif, suhu ruangan dijaga 22-28°C, dan kelembapan dijaga pada kisaran 60-80%. Fase generative, suhu ruangan dijaga pada suhu 22-26°C, dan kelembapan berkisar antara 60-80%. Ruangan tersebut juga dilengkapi dengan selang yang berfungsi untuk mengalirkan air dalam ruangan tersebut. Selang tersebut berfungsi untuk menjaga kelembapan dalam ruangan tersebut.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Tahapan-tahapan dalam budidaya jamur yaitu:
  • Memilih jenis jamur yang akan dibudidayakan
  • Penyediaan kultur induk jamur
  • Pembuatan bibit jamur siap tanam
  • Pembuatan medium tanam jamur
  • Sterilisasi medium tanam jamur
  • Inokulasi atau penebaran bibit
  • Pemeliharaan medium tanam jamur
B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam praktikum kali ini yaitu saat perlakuan inokulum harusnya memperhatikan tingkat keaseptisannya. Sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
E-Book >>> Bisnis Olahan Jamut Tiram dengan Omset Milyaran <<<
DAFTAR REFERENSI

Aditya, Rial. 2010. Budidaya Jamur Ling zhi/reishi/Ganoderma lucidum bagian 1.http://organikganesha.wordpress.com/2010/03/15/budidaya-jamur-ling-zhi-reishi-ganoderma-lucidum-bagian-i. Diaksestanggal 6 November 2011

Agromania. 2010. http://groups.yahoo.com/group/agromania/message/61217. Diakses tanggal 16 November 2011

Anonim. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Jamur Tiram. http://web.ipb.ac.id.

Laununa Agro Jamur. 2010. Budidaya Jamur Tiram Cokelat. Create your own website for free: http://www.webnode.com Diakses tanggal 20 November.

Ratnaningtyas, Nuniek Ira. 2010. Petunjuk Praktikum Biologi Jamur Makroskopis. Laboratorium Mikologi-Fitopatologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Sritopo, A. 1999. Budidaya Jamur Tiram Putih. http://www.scribd.com/doc/17335702/Budi-Daya-Jamur-Tiram-Putih. Diakses tanggal 19 November 2011.

Sumarsih, Sri. 2010. Budidaya Jamur Tiram dengan Berbagai Media. Laboratorium Biologi Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian.

Laununa Agro Jamur. 2010. Budidaya Jamur Tiram Cokelat. Create your own website for free: http://www.webnode.com Diakses tanggal 20 November.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.