Bioaerosol (Mikroorganisme Udara)

Atmosfer bumi kita mengandung partikel-partikel halus yang memiliki beragam sifat, baik kimia maupun fisik. Partikel halus yang dimaksud adalah bioaerosol. Bioaerosol mempunyai peranan yang sangat penting terhadap  komposisi atmosfer baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini akan berpengaruh terhadap iklim global dan kehidupan kita (Dodi, 2005). Douwes et al. (2003) mendefinisikan bioaerosol sebagai atau materi partikulat mikroba yang berasal dari manusia, hewan ataupun tanaman, baik yang bersifat patogenik atau nonpatogenik. Menurut  Irianto (2002), partikel bioaerosol yang tersuspensi di udara memiliki kisaran ukuran sebesar 0,5-30 µm.

Mempelajari mikrobiologi udara sebagai cabang dari mikrobiologi erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan dan  masyarakat, ilmu lingkungan dan pertanian serta cabang ilmu yang lainnya. Komponen penyusun udara mikroba, air, pollen, partikel debu, senyawa organik maupun senyawa anorganik. Mikroorganisme yang paling banyak memenuhi  komponen udara bebas adalah bakteri, jamur dan mikro alga, dalam bentuk vegetatif atau generatif, umumnya berbentuk spora. Kandungan udara dalam ruangan akan berbeda dengan luar ruangan. Mikroba dalam ruangan dipengaruhi oleh laju ventilasi, padatnya orang, sidat dan taraf kegiatan orang yang menempati ruangan tersebut (Waluyo, 2005).

BIOAEROSOL

Flora mikroba yang terdapat diudara bersifat sementara dan beragam. Udara bukan merupakan medium tempat mikroba tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat, debu, tetesan air yang semua dapat sebagai tempat tumbuh mikroba (Waluyo, 2005).

Mikroba dapat tersuspensikan sementara dalam bahan partikulat tersebut atau terbawa oleh partikel debu dan  tetesan cairan baik yang berukuran besar ataupun kecil. Jumlah dan tipe mikroba yang mengkontaminsai udara ditentukan oleh sumber kontaminan, misalnya dari orang yang batuk atau bersin. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer, ada sebagian yang mati dalam hitungan detik sedangkan yang lain dapat bertahan hidup lama.

Ketahanan hidup yang berbeda-beda dari suatu mikroba di dalam udara ditentukan oleh keadaan lingkungan seperti keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya, suhu, ukuran partikel pembawa mikroorganisme tersebut serta ciri-ciri mikroorganisme itu sendiri terutama ketahanan terhadap keadaan fisik di atmosfer. Beberapa metode penangkapan mikroba udara antara lain dengan cara sedimentasi dan alat penangkap udara (air sampler) (Pelczar dan Chan, 1988).

Menurut Waluyo (2005), kelompok mikroba yang paling banyak ditemukan antara lain jasad-jasad kontaminan seperti :

1.   Bakteri dengan contoh spesiesnya adalah Bacillus, Sraphylococcus, Streptococcus, Pseudomonas dan Sarcina

2. Kapang dengan contoh spesiesnya adalah Arpergillius, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Trichoderma

3. Khamir dengan contoh spesiesnya adalah Candida, Saccharomyces, Paecylomyces dan sebagainya.

Komponen-komponen penyusun bioaerosol di antaranya adalah jamur, virus dan bakteri. Udara tidak mempunyai flora alami, mikroorganisme tersebut hanya tinggal sementara mengapung di udara dan terbawa bersama dengan debu. Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi dan jumlah orang yang ada.

Tipe-tipe bakteri yang hidup di udara meliputi bakteri pembentuk spora dan bukan pembentuk spora, basillus
gram positif, coccus gram positif dan basillusgram negatif. Golongan jamur dominan yang bisa didapati dalam suatu ruang adalah dari genus Trichosporon, monieliella, Trichoderma dan Aspergillus, sedangkan golongan bakteri  dominan adalah dari genus Pseudomonas dan Bacillus (Waluyo, 2005).

Menurut Irianto (2002) kelembaban udara, medan elektromagnet, polutan dan radiasi mempengaruhi gerak Brown di udara yang secara langsung mempengaruhi bioaerosol. Selain itu, ukuran partikel pembawa mikroba, sifat mikroba dan kerentanan terhadap faktor fisik yang dimiliki setiap mikroba  juga mempengaruhi bioaerosol.

Pengaruh kesehatan yang ditimbulkan oleh bioaerosol yaitu infeksi m alergi dan iritasi. Bioaerosol dalam dunia kesehatan memiliki dampak yang besar yaitu salah satunya Polyaromatic hydrocarbon (PAH) yang memiliki efek karsinogen (Dodi, 2005). Dampak buruk lain bagi kesehatan dapat berupa gejala akut seperti asma, bronkitis dan lain-lain. Disamping gejala kronis iritasi  saluran pernafasan atau kanker paru-paru.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kift (2005), bioaerosol yang berlebihan berdampak negatif terhadap kehidupan manusia. Dampak yang sering ditimbulkan akan menyebabkan penyakit pada paru-paru manusia. Selain itu, bioaerosol dapat menyebabkan brochitis dan fibrosis pada paru-paru.

Atlas, R. M and R Bartha. 1981. Microbial ecology : Fundamentals of Aplications. Addison Wesley Publisshing
Company Inc, Philippines.

Corden, J. M., and Millington, M. 2001. The long-term  trends and seasonal variation of the Aeroallergen Alternaria in Derby, UK. Aerobiologia 17: 127-136.

Dodi, S. 2005. Aerosol, Berdampak pada Iklim Global. http://www,beritaiptek,com. Diakses Tanggal 24 Mei 2009.

Douwes, J., Thorne, P., Pearce, N. and Heederik, D. 2003. Bioaerosol Health Effects and Exposure Assessment:  Progress and Prospects. Annals of Occupational Hygiene 47(3): 187-200.

Irianto, A. 2002. Mikrobiologi Lingkungan Edisi Ke 1. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.

Kift, L. R., Reed, G. S., Mulley, C. R., Davidson, M. E., and Cusbert, C. S. 2005. Comparison of Indoor and Outdoor
Bioaerosol Concentrations in Sheep Shearing Sheds in Eastern NSW. Pilanesberg : 1-9.

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Pelczar, M.J. dan E.C.E. Chan.  1988.  Dasar-Dasar Mikrobiologi 2.  Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Volk, W. A dan M. F, Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar. Erlangga, jakarta.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.